Tuesday, February 10, 2015

MESSAGE IN THE BOTTLE

By : Bams Nektar
Dari kamar mandi
Inspirasi bagi Pendaki #09

Hari ini Tanggal 24 Mei Tahun 2104. Suhu 25 derajat celcius, elevasi 3.073 mdpl. Hari ini tepat 90 tahun yang lalu Kakek menginjakan kakinya di Puncak Kerinci, atap Sumatera. Pendakianku ke sini juga untuk memperingati dan dalam rangka napak tilas pendakian Kakek tersebut. Suhu terasa agak hangat, Ayah pernah bilang, menurut cerita Kakek, 90 Tahun yang lalu, Shelter Dua bersuhu sekitar 10 derajat celcius. Huuuh,,,, lubang ozon bagian mana lagi yang terbuka??? Efek rumah kaca ???
Pesan di dalam botol.

Sebelumnya, 29 tahun yang lalu, Ayah juga sudah menginjakan kakinya di atap Sumatera ini. Pendakian yang telah Ayah lakukan itu juga adalah  napak tilas untuk perjalanan Kakek, serta untuk menemukan pesan Kakek. Tepatnya ada pesan khusus yang diletakan oleh Kakek di dalam sebuah botol yang dikuburkan di dalam tanah, di Shelter Dua Gunung Kerinci. Pesan itu juga disampaikan oleh Ayah kepadaku, yang membuat Aku penasaran sekaligus membuat Aku bersemangat untuk mencapai Puncak Kerinci ini.

Darah pendaki  ini sudah mengalir di tiga generasi, dan mengental di tubuhku. Sudah tiga generasi, dan Aku juga mengikuti alurnya. Selalu dimulai dengan Rinjani, Semeru dan Kerinci. Setelah itu ke arah Timur. “Arah Kehidupan”, begitu kata Ayah, yang Aku yakin kata- kata itu bersumber dari Kakek yang terobsesi menjadi Seven Summiter Indonesia.

90 tahun telah berlalu. Terlalu banyak perbedaan dan perubahan yang terjadi dalam kurun waktu ini. Semua terlihat begitu berbeda, setidaknya itu yang Aku tangkap dari foto- foto di album perjalanan pendakian yang telah dilakukan oleh Kakek. Begitu kentara…. Patung macan yang ada di foto Kakek sudah tidak Aku jumpai lagi di Kersik Tuo. Sudah berganti dengan gapura setinggi 20 meter, berwarna biru, yang di kedua sisinya adalah bangunan megah yang tembus pandang dengan kaca tebal bening tempat pendaftaran bagi para pendaki. Di seberangnya ??? Sebuah gedung mall bertingkat tujuh tinggi menjulang. Konon dulunya di sana adalah barisan rumah penduduk dan home stay bagi para pendaki.

Dari pos pendaftaran ini sudah tersedia beberapa mobil dinding terbuka yang akan mengantarkan para pendaki langsung ke Pintu Rimba. Secara, di foto Kakek, pendaki masih harus berjalan kaki menuju R.10 dan Pintu Rimba melalui jalan berbatu. Demikian juga Pintu Rimba, di foto Kakek hanyalah ada gapura setinggi 2 meter yang penuh coretan para pendaki yang tidak bertanggung jawab, kumuh. Kini Pintu Rimba adalah sebuah bangunan besar bertingkat dua yang megah, yang lantai duanya adalah tempat pendaki memulai untuk pendakiannya menuju Shelter Dua, dengan menggunakan kereta gantung… Yah,,, dengan kereta gantung berwarna kuning…

Ayah pernah bercerita sewaktu Aku masih kecil, katanya butuh waktu sekitar 5 sampai 6 jam mendaki dari Pintu Rimba menuju Shelter Dua non stop, melewati hutan hujan tropis dengan suara burung yang berkicauan di sekitar para pendaki. Tak ketinggalan suara monyet atau siamang yang bermain di lebatnya pepohonan. Namun hal itu tidak Aku temui kemarin dalam perjalanan dari Pintu Rimba ke Shelter Dua yang menghabiskan waktu hanya 20 menit dengan kereta gantung itu.

Dari atas kereta gantung, sangat jelas terlihat, tidak ada burung, tidak ada monyet. Hutan yang dulunya diceritakan Ayah sudah berganti dengan kebun dan tanaman rakyat sampai ke Shelter Satu, setidaknya itu nama yang tertulis di stasiun pemberhentian kereta gantung yang Aku naiki, yang tiba- tiba berhenti karena ada beberapa pendaki yang akan ikut naik dari Shelter Satu ke Shelter Dua. Mereka menginap di Home Stay yang banyak bertebaran di Shelter Satu ini… Home stay di Shelter Satu Gunung Kerinci…!!! Mungkin Kakek dan Ayah tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya… Dan itu lengkap dengan kamar mandinya yang memakai water heater… Beberapa kedai makanan dan gerai cendera mata turut juga melengkapinya.

Shelter Dua adalah bangunan bertiang, berukuran 10 x 10 meter, tempat kereta gantung mengakhiri perjalanannya. Tempat pendakian dengan berjalan kaki dimulai. Dimulai dengan menaiki jalur tangga yang konon katanya berjumlah 1.500 undakan menuju ke Shelter Tiga. Sementara di foto Kakek, jalur ini dulu sepertinya jalur lutut ketemu dengkul… Butuh menaiki anak tangga berpagar besi di kiri kanannya sejumlah 1.100 undakan lagi jika ingin mencapai Tugu Yudha dari Shelter Tiga.

Dahulunya di foto Kakek, jalurmenuju Tugu Yudha ini adalah parit berpasir sebagai jalur turunnya air jika hujan yang digunakan para pendaki sebagai jalan setapak menuju puncak, yang di kiri kanannya adalah jurang. Ingin menggapai puncak? Tidak terlalu sulit,,, ada undakan anak tangga sejumlah 474 dari Tugu Yudha menuju Puncak Kerinci. Ayah pernah cerita, beliau dulu melangkah di bebatuan dari Tugu Yudha ke Puncak Kerinci, dan itu adalah 525 langkah yang melelahkan…

Aku kembali teringat apa yang menjadi tujuanku di Shelter Dua ini. Pesan Ayah jelas,,, “Cari pohon Cantigi terbesar di Shelter Dua, gali tanah yang menghadap ke arah Barat, tepat di bawah pohon itu, tidak terlalu dalam, sekitar 20 centi meter. Ada botol plastik bekas minuman yang ditanam Kakek di sana. Pesan Kakek yang ditulis di atas kertas ada di dalam botol plastik tersebut.”

Nah,,, itu dia. Aku sudah menemukannya. Tidak terlalu sulit untuk menemukan pohon yang disebutkan Ayah. Pohon Cantigi terbesar di Shelter Dua, di sebelahnya ada plakat peringatan untuk meninggalnya 17 orang pendaki yang terkena gas beracun Gunung Kerinci. Kisah pilu yang terjadi 11 Tahun yang lalu…

Tidak butuh waktu lama untuk menggali sedalam 20 centi meter dan menemukan botol plastik yang tertanam di dalamnya. Dalam fikiranku, apakah ini warisan dari Kakek? Peta tempat harta karun berada? Aaahh… entahlah… Pelan- pelan kubuka tutup botol plastik tersebut, membalikannya sehingga gulungan kertas di dalamnya meluncur keluar dari bibir botol.

Pelan- pelan kubuka gulungan kertas itu, kertas yang mulai menguning, lembab,,, dan tulisan tangan Kakek di atasnya. “24 Mei 2014. Sayangku, jika kamu jumpai botol plastik ini masih utuh, hitung sudah berapa lama ia tertanam. Jangan tinggalkan sampahmu di gunung”. Di salah satu kolom dalam goresan di kertas tertulis “Plastik keras (Botol plastik, Tupperware, dll) , masa waktu terurai 50- 80 Tahun”. Aku terdiam menghitung,,, Ini Tahun 2104,,, berarti,,, ini sudah 90 Tahun berlalu,,,

Botol di tanganku ini belum hancur….

Semoga jiwamu tercerahkan.
Salam satu jiwa.

* * * *  *
Saat kau membunuh waktumu di Alam, hanya waktu yang dapat membuktikan segalanya. Hanya waktu…

Semoga jiwamu tercerahkan.

*B4MS*

* * * *  *

Bams said :

“GUNAKAN HATI SAAT MENDAKI”


BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment