Sunday, August 4, 2019

Danau Biru Sawahlunto, Mutiara Yang Tersembunyi

Matahari baru saja menampakan dirinya di ufuk timur Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Pak Asril, pemilik homestay tempat kami menginap di Sawahlunto ini sudah mengantarkan dua gelas teh hangat dan beberapa bungkus makanan kecil sebagai pendampingnya. Kue apem dan surabi yang masih hangat begitu menggoda sudah terhidang di depan aku dan Andes, anak Kota Sijunjung yang menjadi teman seperjalananku saat ini.



Belum habis kue-kue hangat yang kami nikmati bersama teh manis hangat yang disuguhkan oleh pak Asril, beliau kembali datang mengantarkan dua bungkus nasi goreng untuk sarapan pagi kami. Langsung saja kami sikat nasi goreng yang telah terhidang sambil mengobrol dengan siempunya homestay.

Pukul 8:00 wib, kami menitipkan carrier bawaan berisi pakaian ganti ke pak Asril untuk disimpan sementara waktu di homestay miliknya. Carrier tersebut tentunya akan merepotkan jika akan dibawa serta ke tempat tujuan kami, Danau Biru Sawahlunto. Menurut informasi yang aku dapatkan dari Andes yang sudah pernah mengunjungi destinasi ini, sebagian jalan menuju ke Danau Biru adalah jalan tanah berbatu yang masih tidak rata. Semakin sedikit bawaan, akan semakin memudahkan dalam perjalanan nanti.

Jalan tanah menuju lokasi Danau Biru Sawahlunto.



Melewati daerah Puncak Cemara, perjalanan kami menyusuri Jalan Khatib Sulaiman Kota Sawahlunto, kemudian menuju ke Jalan Hamnan Nur, untuk kemudian menyusuri Jalan Simpang Kolok. Sampai di sini jalanan yang kami tempuh masih melewati jalanan beraspal yang licin meskipun mendaki.

Sebuah Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika yang konon adalah lapas khusus narkotika terbesar di Sumatera kami lewati di sebelah kiri perjalanan kami, untuk kemudian kami sampai ke tempat wisata kebun buah-buahan Kandi.

Melewati lokasi wisata kebun buah-buahan Kandi, kami memasuki daerah yang disebut Parambahan, Kecamatan Talawi dengan melintasi sebuah jembatan yang membentang di atas sebuah sungai. Sesudah melewati Parambahan Talawi ini, di daerah Kudus, jalanan sudah mulai tidak licin lagi.

Sampai pada suatu persimpangan di sebelah kiri jalan di daerah Kudus ini, di mana terdapat penunjuk arah yang terbuat dari spanduk tentang tempat letak Danau Biru, di sinilah jalanan tanah berbatu dimulai.

Kendaraan bermotor yang kami naiki tidak dapat melaju kencang karena memang jalanannya sangat jelek. Andes yang menjadi pembawa motor harus jeli mencari celah jalanan yang agak bagus agar goncangan yang kami terima tidak terlalu besar.

Jalanan ini sebenarnya adalah jalanan yang digunakan oleh truk-truk pengangkut batu bara dari pertambangan batu bara di perbukitan ini. Wajar saja jalanan ini menjadi hancur, mengingat setiap harinya truk-truk bermuatan besar selalu hilir mudik membawa batu bara di atasnya.

Sepanjangan perjalanan di jalanan tanah mendaki ke perbukitan ini, pemandangan yang terhampar adalah jajaran Bukit Barisan yang menghijau. Di satu atau dua titik di kiri perjalanan terkadang kita dapat melihat persawahan milik penduduk  di kejauhan sana, terlihat sesekali mengintip di antara sisi perbukitan.

Tiga puluh menit kemudian setelah melewati simpang jalan masuk ke tujuan wisata ini, kami sampai di sebuah dataran, di mana terdapat tiga buah pondok untuk berjualan di atasnya. Di sini kami berhenti dan di sinilah terpampang pemandangan Danau Biru Sawahlunto.
Danau Biru Sawahlunto dari atas bukit.

Aku mengambil beberapa foto dulu dari atas puncak dataran ini. Danau Biru masih belum memperlihatkan keindahan warna biru tosca-nya secara maksimal. Sinar Matahari pagi masih terhalang oleh sebuah puncak bukit yang menjadi dinding curam di danau ini. Kami harus sabar sedikit menunggu beberapa waktu sampai matahari hampir di atas ubun-ubun kepala, sehingga sinar Matahari dapat mencapai permukaan Danau Biru dan memantulkan bias warna danau ini ke segala arah.

Di sebelah kiri dari puncak ini aku dapat melihat pertambangan batu bara masih berjalan di bawah sana. Sebuah alat berat masih berjalan menggali bebatuan dan tanah-tanah di sekelilingnya. Sebuah truk terlihat menunggu untuk diisi penuh dengan hasil tambangnya.
Eksplorasi batubara yang masih berjalan di sekitar Danau Biru.

“Duaarrr...!” Sebuah ledakan yang cukup keras terdengar dari sisi bukit sebaliknya, jauh di ujung sana. Dinamit ternyata juga digunakan untuk memecah bebarapa bagian perbukitan untuk mencari dan memanen “emas hitam” ini.

Danau Yang Tercipta Tidak Sengaja

Danau biru, demikian orang-orang di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat menyebutnya. Danau yang tercipta karena endapan air di dalam bekas galian pertambangan batu bara ini, saat ini menjadi tempat favorit bagi warga setempat maupun wisatawan untuk mengunjunginya, sekedar untuk berswafoto atau berekreasi menikmati waktu luang di sekitar danau ini.

Sebenarnya Danau Biru ini banyak ditemukan di wilayah Indonesia. Kebanyakan lokasi danau biru berasal dari bekas tambang, baik itu tambang timah, tembaga, batu bara, atau tambang  berjenis logam lainnya.

Bersama teman seperjalanan, dari kiri ke kanan, Dodi, Andes, Bams.

Kota Sawahlunto sendiri diketahui sudah memproduksi batu bara sejak tahun 1891. W. H. De Greve, seorang insinyur pertambangan yang cerdas menemukan bahan tambang ini di tahun 1868 yang lalu. Sejak itu kota ini menjadi kawasan pemukiman pekerja tambang. Batu bara yang dihasilkan oleh kota ini di masa jayanya yang telah berlalu bisa mencapai ratusan ribu ton pertahun.

Seiring dengan sedikitnya batu bara, bekas-bekasnya-pun disulap menjadi objek wisata yang menarik. Beberapa tempat bermetafora menjadi museum yang mempertontonkan kegemilangan di masa lalu, beberapa di antaranya mengisahkan sejarah sedih tentang nasib yang bercerita tentang “orang rantai” yang terkenal itu. Tidak sedikit di antaranya saat ini hanya meninggalkan kisah yang terpatri di dalam brosur pariwisata atau terpajang di dalam frame pada dinding-dinding museum jika posturnya kecil atau sedang. Jika posturnya besar? Maka ia harus rela teronggok semakin menua dimakan zaman seperti yang terjadi pada tiga silo yang berdiri menjulang, terletak di tengah Kota Sawahlunto.

Demikian juga Danau Biru Sawahlunto, tidak ada yang mengetahui persis kapan bekas galian batu bara ini terisi oleh endapan air yang semakin lama semakin memenuhi ceruk galiannya. Warga hanya menyadari bahwa, setelah air memenuhi ceruk galian yang dalam ini setelah warnanya berubah dari bening menjadi biru tosca. Artinya cuma satu, pariwisata…



Pemandangan Danau Biru dari depan.

Mendekati tengah hari, panas di daerah ini semakin meningkat. Puncak tempat kami berada memang gersang, tidak terdapat pepohonan untuk berteduh. Kami hanya mengandalkan pondok tempat orang berjualan saja sebagai tempat berteduh.

Seiring naiknya Matahari, ini artinya pantulan sinarnya di permukaan danau mulai memperlihatkan keindahan Danau Biru ini. Kami bergerak turun menuju bibir jurang sebelah kanan danau untuk mencari tempat yang bagus guna berswa foto.

Dari sisi tebing sebelah kanan ini kita dapat mengambil dokumentasi dengan latar belakang Danau Biru dan putihnya dinding batu di ujungnya yang dihiasi kehijauan pepohonan yang masih tersisa.
View Danau Biru dari tebing sebelah kanan.


Puas di tempat ini, kamipun bergeser ke  arah depan danau, persis di pinggir jalan yang digunakan oleh truk-truk pengangkut batu bara berlalu-lalang. Dokumentasi dari sisi ini dapat memperlihatkan keseluruhan permukaan dari Danau Biru. Puluhan frame foto kami ambil sebagai kenangan dan penghias akun media sosial nantinya, mengingat entah kapan lagi nantinya kaki ini dapat kembali ke tempat yang indah ini.

Tip & Trik Serta Cara Mencapai Destinasi Danau Biru

Kamu tertarik untuk mengunjungi lokasi Danau Biru ini? Sebagai jalur lintas Sumatera, Kota Sawahlunto dapat dicapai melalui Kota Jambi, menuju ke Muara Bungo, dan melewati Kota Dharmasraya dan Kota Sijunjung. Namun, cara tercepat untuk mencapai destinasi ini tentunya adalah melaui Kota Padang, Sumatera Barat. Kamu dapat naik travel dari Kota Padang menuju ke Kota Sawahlunto atau ke tavel dari Kota Padang dengan tujuan Kota Jambi, lalu turun di simpang yang ke  arah Sawahlunto. Ongkos travelnya sekitar Rp. 50.000,- dengan durasi perjalanan darat sekitar 3-4 jam melalui Kota Solok.

Dari Simpang ke Sawahlunto, kamu dapat naik ojek dengan ongkos sekitar Rp. 15.000,- dengan waktu sekitar 15 menit. Dari Sawahlunto tidak ada kendaraan oplet atau bus yang khusus menuju ke  arah Danau Biru ini. Jadi kamu dapat naik ojek dengan ongkos sekitar Rp. 50.000,-

Tips yang menjadi catatan penting bagi perjalanan kamu ke destinasi Danau Biru ini adalah, jalanan yang akan kamu tempuh merupakan medan yang cukup berat, hindari membawa barang-barang yang berlebihan, bawa kebutuhan secukupnya saja.

Bawa baju hujan untuk mengantisipasi cuaca, karena di sepanjang perjalanan dengan medan yang berbatu ini tidak ada rumah atau pondok tempat berteduh. Bawa juga rain cover untuk melindungi kamera atau gadged yang kamu bawa.

Gunakan baju lengan panjang dan topi jika kamu tidak ingin kulitmu terbakar sinar Matahari, kecuali jika kamu memang berniat untuk membuat kulitmu kecoklatan menjadi ala-ala eksotis, sehingga kelihatan sering piknik, he he…

Bawa air minum untuk di perjalanan guna menghindari dehidrasi, karena disepanjang jalan berbatu menuju ke Danau Biru tidak ada kedai atau orang yang berjualan makanan atau air minum, kecuali jika sudah sampai di lokasi.

Pastikan sebelum kamu berangkat ke lokasi Danau Biru, kamu tidak mempunyai masalah perut, karena di lokasi Danau Biru belum tersedia fasilitas pendukung toilet yang memadai. Ada baiknya kamu membawa tisu kering dan tisu basah, buat membersihkan diri setelah buang air.

Untuk alasan keamanan, sebaiknya jangan pergi sendirian, ajak teman kamu, berombongan lebih baik, mengingat tempatnya yang jauh dan terpencil. Jika terjadi masalah dengan kendaraan kamu, masih ada teman yang membantu untuk ke kota memanggil montir.

Bams @2019

1 comment:

  1. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    ReplyDelete