Sunday, July 14, 2019

Wisata Kebun Teh Kayu Aro, Teh Kesukaan Ratu Belanda

Kendaraan travel yang kami tumpangi dari Kota Padang baru saja memasuki Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Setelah sekitar 8 jam perjalanan melewati jalur darat via Kota Muara Labuh, Solok Selatan. Hamparan pepohonan Kulit Kayu Manis (Cinnamomum verum) terlihat memerah di hampir seluruh bukit di sepanjang perjalanan memasuki daerah perbatasan Jambi dan Sumatera Barat ini.


Jalan sempit mendaki dan berkelok-kelok seperti huruf “S” yang tidak pernah putus saat memasuki perbatasan daerah ini memberikan sensasi tersendiri bagi kami dalam menempuhnya. Salah satunya adalah rasa mual. Beruntung sebelum berangkat ke daerah ini, teman-teman yang ikut dalam perjalanan ini sudah meminum tablet anti mabuk. Jadi tidak perlu ada drama muntah diperjalanan ini.

Baru saja melewati satu belokan, sudah disambut dengan belokan lainnya yang berlawanan arah. Tak jarang disaat melewati belokan itu kendaraan yang kami tumpangi berselisih dengan kendaraan lainnya. Jika tidak hati-hati, dua kendaraan ini dapat bersenggolan.

Dan benar saja, di salah satu belokan kami lihat ada dua kendaraan roda empat yang sedang memarkirkan kendaraan mereka ke pinggir jalan. Supir kedua kendaraan tersebut sedang “berdiskusi” di samping salah satu kendaraan tersebut, sambil salah satu dari supir itu melihat dan menunjuk-nunjuk ke  arah badan kendaraannya. Sepertinya kendaraan mereka baru saja mengalami insiden bersenggolan.

Perlahan, kendaraan yang kami naiki mencapai ujung jalan yang berkelok-kelok itu, yakni sebuah kampung yang sudah mendatar, dimana terdapat beberapa warung makan di kiri-kanannya, yang dikenal dengan nama “Letter Way.”

Perkebunan rakyat di kiri-kanan jalan mulai terlihat, didominasi tanaman kentang, cabe, dan bawang. Di sekitaran rumah penduduk di kiri-kanan jalan yang kami lalui, tak sedikit pula yang menanam daun seledri (Apium graveolens)dan sayuran lainnya. Rata-rata rumah di daerah ini mempunyai pekarangan yang cukup untuk sekedar bertani, menanam sekedar sayuran untuk kebutuhan harian rumah tangga.

Melewati Gunung Tujuh

Di tengah perjalanan, kendaraan kami melewati desa bernama “Pelompek”. Di tengah kampung Pelompek ini terdapat satu simpang jalan raya yang menuju ke  arah kiri. Di simpang itu tertulis penunjuk arah tertulis “Danau Gunung Tujuh”.

Wah, dari Desa Pelompek ini rupanya jalan masuk jika kita ingin mendaki ke Gunung Tujuh yang terkenal dengan danaunya yang menjadi danau tertinggi di Asia Tenggara (1.950 mdpl).

Perlahan, perbukitan hijau sejauh mata memandang, menghampar bak karpet permadani. Inilah perkebunan teh tertua yang ada di Indonesia. Selain itu, perkebunan teh yang terletak di ketinggian 1.400-1.600 mdpl di Kayu Aro ini juga merupakan perkebunan teh tertinggi ke dua di dunia setelah perkebunan teh Darjeling di kaki Gunung Himalaya (4.000 m dpl).

Kayu Aro merupakan satu kecamatan di antara 11 kecamatan yang ada di Daerah Kabupaten Kerinci, dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Kebun teh ini memiliki luas 3.020 km2. Kawasan Kerinci ini kaya sekali akan panorama yang sangat menakjubkan, dan di sini juga terdapat Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), dimana Gunung Kerinci terdapat di dalam kawasannya.

Kami berhenti di penginapan Pak Paiman, salah satu penginapan yang terletak di pinggir jalan raya Kersik Tuo. Setelah mendapatkan kamar untuk beristirahat, kami memanfaatkan waktu dengan berjalan-jalan menikmati kesejukan udara kebun teh yang terletak di kaki Gunung Kerinci ini.

Dibangun Oleh Belanda

Perkebunan teh  ini juga merupakan perkebunan teh dalam satu hamparan terluas di dunia. Kebun teh Kayu Aro ini dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda pada sekitar tahun 1925 hingga tahun 1928. Perusahaan Hindia Belanda yang menanam the ini adalah  Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA), bersamaan dengan pabriknya.

Menurut sejarah, lahan yang dulunya berupa hutan ini diubah menjadi sebuah perkebunan yang pada awalnya mulanya ditanami kopi. Namun karena hasil yang didapat dari kopi kurang memuaskan, Belanda pun akhirnya mengganti tanaman kopi tersebut dengan tanaman teh.

Kala itu, banyak pekerja dari Jawa yang didatangkan oleh Belanda ke Kayu Aro ini untuk membuka lahan hutan untuk perkebunan. Hal ini pula yang menjadi sebab banyaknya keturunan orang Jawa yang hingga kini yang menetap dan melahirkan keturunan di Kerinci.

Pabrik Teh Kayu Aro Tempo Dulu. Situsbudaya.id

Pabrik Teh Kayu Aro masa kini.

Penginapan Pak Paiman tidak begitu jauh dari simpang Tugu Macan, simpang yang menjadi titik awal bagi pendaki Gunung Kerinci jika akan mulai menuju ke pintu rimba Gunung Kerinci. Kami mencoba berjalan kaki menelusuri jalan menuju pintu rimba tersebut, namun tidak sampai ke pintu rimba Gunung Kerinci.

Aroma pucuk-pucuk teh terlalu menggoda dan sayang sekali jika momen ini dibiarkan berlalu dengan cepat. Begitu menemukan jalan-jalan setapak kecil yang mengarah ke dalam perkebunan ini, itu artinya ada tempat-tempat untuk mengabadikan pemandangan yang sulit untuk diabaikan begitu saja.

Kebun teh dengan latar belakang Gunung Kerinci (3.805 mdpl)


Jalan-jalan setapak kecil yang menuju ke dalam perkebunan teh ini sebenarnya digunakan oleh ibu-ibu pemetik daun teh untuk melakukan pekerjaan mereka memetik teh, atau digunakan oleh pekerja lainnya untuk melakukan penyemprotan insektisida untuk mengatasi hama pada daun teh.

Perkebunan ini beberapa kali mengalami perubahan status dan juga manajemen setelah Indonesia merdeka. Kebun teh ini secara resmi dinauingi oleh PT. Perkebunan VIII di tahun 1974, namun perusahaan ini dikonsolidasi dengan beberapa perusahaan yang ada di Sumatera Barat dan Jambi, hingga akhirnya berubah menjadi PT. Perkebunan Nusantara VI pada tahun 1996.

Dijadikan Destinasi Wisata

Perkebunan Teh Kayu Aro dibuka secara resmi sebagai sebuah destinasi wisata setelah berselang dua tahun kemudian, yakni di tahun 1998. Karena keindahan kebun teh ini dengan udara sejuk khas pegunungan serta megahnya Gunung Kerinci, menimbulkan minat yang tinggi dari pengunjung untuk datang ke sini. Selain berkunjung ke kebun teh, wisatawan juga dapat berkunjung langsung ke pabriknya.
Wisatawan dapat berfoto bersama pemetik teh.

Dengan kualitas teh-nya  yang terbaik, dan juga aroma teh-nya yang khas, membuat sebagian besar teh produksi PTPN VI ini diekspor ke manca negara, salah satunya adalah Negara Belanda. Sejarah juga mencatat, Ratu Beatrix di di Negeri Belanda sangat menyukai Teh Kayu Aro ini.

Kamu tertarik untuk berliburan dan merasakan kesejukan hawa perkebunan teh Kayu Aro ini? Walaupun Kabupaten Kerinci ini termasuk bagian dari Provinsi Jambi, kita sarankan kamu dapat mencapainya lebih cepat dari Provinsi Sumatera Barat, yakni dari Kota Padang.

Setelah mendarat di Bandara Internasional Minangkabau, langsung naik travel menuju ke Kerinci. Perjalanan menuju ke Kerinci menghabiskan waktu antara 8 sampai 9 jam, atau bisa lebih cepat lagi.

Ongkos travel ke Kerinci sekitar Rp. 100.000,- untuk mobil jenis engkel ukuran tigaperempat berkursi 14 orang, dan sekitar Rp. 130.000,- untuk mobil travel jenis APV berpenumpang 5 orang. Bila ingin dijemput langsung ke Bandara Internasional Minangkabau biasanya dikenakan charge tambahan sekitar Rp. 20.000,- perorang.

Jika kamu mengunjungi daerah Kayu Aro ini pada musim libur lebaran atau liburan sekolahan akhir tahun, kemungkinan Perusahaan Otto (PO) yang ada mengenakan tuslah/ “toeslag” (pembayaran tambahan) karena lonjakan arus penumpang.

Ada baiknya jika kamu memesan jauh-jauh hari kursi angkutan travel ke daerah ini, bukan karena tuslah-nya, namun mengingat banyaknya putra daerah Kerinci yang menuntut ilmu di Kota Padang. Biasanya mereka akan pulang ke kampung halamannya di Kerinci pada masa liburan ini. Jadi bisanya semua travel yang menuju ke Kerinci akan penuh, dan akan sulit sekali mencari travel ke Kayu Aro ini jika dipesan secara mendadak.

Jika hal ini terjadi, artinya kamu harus mengeluarkan biaya ekstra untuk menginap satu atau dua malam lagi di Kota Padang, guna menunggu ketersediaan angkutan lagi ke daerah tersebut.

Untuk travel  ke Kerinci, salah satunya kamu dapat menghubungi PO. Sahabat Kerinci Wisata (SKW) di nomor 0852 6657 2777.

Bams @2019

No comments:

Post a Comment