Pulau Penyengat yang terletak di
seberang Kota Tanjungpinang, ibu kota Provinsi Kepri, memang sedang
dikembangkan untuk menjadi ikon baru pengembangan pariwisata dan budaya kota
gurindam.
Tahun 2019 ini merupakan tahun keempat bagi
Provinsi Kepri merayakan hajatan besar Festival Pulau Penyengat. Sesuai dengan
waktu yang telah direncanakan, Festival Pulau Penyengat ini akan digelar pada
tanggal 14-18 Februari 2019 mendatang.
Perjamuan lima hari ini seperti tahun
sebelumnya akan menampilkan lebih dari 20 aktivitas untuk memuaskan hasrat
pelesir bagi para wisatawan, antara lain lomba berbalas pantun Melayu. Pantun
adalah ciri khas dari masyarakat Melayu. Tak heran, dalam setiap acara formal
maupun nonformal, pantun sering kali dipersembahkan mengiringi awal pembuka dan
akhir penutup dari sebuah kata sambutan. Dalam perlombaannya nanti pada
Festival Pulau Penyengat, pantun tersebut tentunya harus saling berbalas,
biasanya pertama kali dilemparkan oleh pihak pertama dalam bentuk pantun
bertanya, kemudian akan dibalas oleh pihak lawannya dalam bentuk pantun
menjawab.
Kuliner Melayu
Selain itu, event Festival Pulau Penyengat ini juga melombakan senandung lagu-lagu
Melayu. Lagu-lagu berjudul “Tanjung Katung”, “Zapin” serta lagu Melayu lainnya
dipastikan akan dibawakan dengan merdu dan semenarik mungkin oleh para peserta
lomba dalam event ini.
Tak ketinggalan juga lomba layang-layang
yang biasanya ditampilkan di lapangan yang terletak di belakang bangunan museum
Pulau Penyengat akan dimeriahkan oleh berbagai komunitas layangan dari dalam
dan luar negeri, selain tentunya diikuti oleh warga setempat juga.
Layang-layang Festival Pulau Penyengat
Di tempat lainnya, lomba berzanji adalah
salah satu lomba yang akan mendapatkan perhatian lebih dari para pengunjung.
Sebagaimana diketahui, dalam masyarakat Melayu Kepulauan Riau, berzanji
mendapat tempat yang sangat penting saat melakukan prosesi adat perkawinan yang
sakral. Berzanji hanya dapat dijumpai pada saat hajat perkawinan di lakukan.
Nah, di Festival Pulau Penyengat ini, para wisatawan tidak harus menunggu
adanya warga yang menikah dulu baru dapat melihat prosesi berzanji, prosesi
sakral ini dapat disaksikan langsung dalam bentuk perlombaan.
Bagi sebagian besar pengunjung di
Festival Pulau Penyengat, lomba gasing adalah salah satu event yang mendapatkan perhatian lebih. Permainan gasing ini diduga
sudah seumur kata “Melayu” itu sendiri. Sudah dikenal sejak lama sekali, bahkan
permainan ini sudah dimainkan sejak masa para sultan masih bertahta di kerajaan
Melayu.
Kepiawaian para pemain gasing yang mampu
memutar gasing mereka dengan cepat, tepat dan berputar lama, serta atraksi
memainkan gasing tersebut secara atraktif tentunya akan menjadi tontonan yang
sangat menghibur bagi para pelancong.
Peserta karnaval Festival Pulau
Penyengat.
Atraksi hiburan yang tidak boleh
dilewatkan pada Festival Pulau Penyengat ini adalah “nambat itik”. Atraksi ini
melibatkan sebagian besar pemuda yang ada di Pulau Penyengat. Pesertanya tidak
dibatasi. Atraksinya adalah berenang mengejar itik yang dilepaskan oleh panitia
festival di laut.
Ada puluhan ekor itik yang dilepaskan
oleh panitia di laut yang diperebutkan oleh para perenang. Hadiahnya? Tentu
saja itik-itik yang dikejar dengan berenang tersebut. Yang lebih cepat berenang
tentu saja akan mendapat lebih banyak itik.
Di bagian Utara dari sisi Pulau
Penyengat juga akan dihebohkan dengan lomba “jong” pada Festival Pulau
Penyengat ini. Jong adalah permainan adu balap perahu layar kecil yang
digerakan oleh kecepatan hembusan angin pada layarnya.
Perahu kecil berukuran sekitar 1,5 m – 2
m ini berlayar tanpa dikendalikan oleh nahkoda, dan sepenuhnya memanfaatkan
hembusan angin. Layarnya yang berwarna-warni akan menghiasi dan meramaikan
permukaan laut saat turun berlaga. Para petarung lomba ini juga diikuti oleh
warga Negara dari negeri jiran, Malaysia dan Singapura.
Perlombaan
yang menggelitik hati serta sangat sayang untuk dilewatkan adalah lomba pukul
bantal. Lomba ini diadakan di atas permukaan laut. Dua orang petarung akan
saling berhadapan di atas sebuah pokok kayu atau pokok pisang. Kedua orang ini
akan saling memukulkan bantal ke arah
lawannya. Salah satu mereka akan terjatuh ke laut, dan yang masih bertahan
duduk di atas pokok kayu tersebut yang akan menjadi pemenangnya.
Lomba pukul bantal Festival Pulau
Penyengat.
Tak jarang kedua petarung sama-sama
jatuh tercebur ke laut, yang artinya pertandingan ini hasilnya seri atau sama, dan
harus diulang kembali. Gelak tawa dari penonton akan sangat riuh dalam
menyaksikan perlombaan ini.
Pada tempat lain, biasanya di gedung
museum, juga digelar perlombaan cerita rakyat pada Festival Pulau Penyengat ini.
Para penyair akan membawakan cerita-cerita rakyat Melayu Kepri dengan cara yang
dramatis, humoris ataupun atraktif.
Para wisatawan akan terbawa oleh
kepiawaian para penyair yang bercerita. Terkadang suasana akan bersedih, kadang
pula akan tertawa tebahak-bahak. Lantunan instrument musik akan mengiringi
cerita-cerita rakyat ini. Lupakan gadged sejenak, nikmati suasana Melayu tempo
dulu dalam alunan cerita-cerita kejayaan masa lalu.
Nikmati kisah Hang Tuah, Hang Lekir,
Hang Lekiu dan Hang Kesturi yang berjaya dengan armada mereka menggulung
perompak di Selat Malaka. Tenggelam dalam dalam kisah asmara Sang Nila Utama
dan Wan Seri Beni sebelum mereka menemukan tanah Singapura, atau rasakan kharisma Sultan Mahmud yang wafat di
julang. Jangan lupa siapkan sapu tangan saat menyelami kisah sedih Laksamana Megat
Seri Rama atau yang dikenal dengan nama Laksamana Bentan yang kehilangan
istrinya, Wan Anum. Semuanya ada di Festival Pulau Penyengat ini.
Perlombaan lain yang sangat menarik
adalah perlombaan membaca Gurindam Dua Belas. Sebagaimana diketahui, Gurindam
Dua Belas sendiri adalah karya Raja Ali Haji yang sangat termashur. Beliau
adalah seorang sastrawan dan pahlawan nasional dari Kepri. Gurindam Dua Belas
itu sendiri diselesaikan di Pulau Penyengat pada tanggal 23 Rajab 1264 Hijriyah
atau 1847 Masehi, saat Raja Ali Haji berusia 38 tahun.
Tampilan seni di Festival Pulau
Penyengat.
Gurindam Dua Belas ini merupakan puisi
didaktik yang terdiri dari 12 Fasal, yang berisikan nasihat dan petunjuk menuju
hidup yang diridhai oleh Allah SWT. Selain itu terdapat pula pelajaran ilmu
Tasawuf tentang mengenal “Yang Empat”, yakni syariat, tarekat, hakikat, dan
makrifat.
Gurindam Dua Belas diterbitkan pada
tahun 1854 dalam Tijdscrft van het
Bataviaasch Genootschap No. II, di Batavia, dengan huruf Arab dan disadur
ke Bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.
Dalamnya nilai sastra dan pengajaran di
Gurindam Dua Belas salah satunya dapat kita simak di kutipan Gurindam Dua
Belas, Fasal keempat;
Hati
itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau
zalim segala anggotapun rubuh
Apabila
dengki sudah bertanah,
Datanglah
daripadanya beberapa anak panah
Mengumpat
atau memuji hendaklah fikir,
Di
situlah banyak orang yang tergelincir
Nah, dalam perlombaan membaca Gurindam
Dua Belas ini, pembacaannya akan diiringi oleh instrument Melayu yang khidmad,
sehingga para pendengarnya akan larut dalam meresapi isi Gurindam Dua Belas
ini.
Semua yang ditampilkan dalam Festival
Pulau Penyengat ini sangat menarik bukan? Kamu tertarik untuk mengunjungi
festival ini?
Cara dan rutenya gampang, kok. Dari daerah
kamu tinggal naik pesawat ke tujuan airport
Hang Nadim Batam. Dari airport kamu
naik taksi dengan ongkos sekitar Rp. 70.000,- atau ojek dengan ongkos sekitar
Rp. 30.000,- ke Pelabuhan Telaga Punggur. Durasinya sekitar 30 menit.
Dari Pelabuhan Telaga Punggur kamu naik
kapal ferry penyeberangan dari Batam ke Tanjung Pinang. Kapalnya ada setiap
jam, dari pukul 8:00 wib sampai pukul 17:00 wib setiap harinya, dengan ongkos
sekitar Rp. 70.000,- per orang.
Setelah kapal ferry merapat di pelabuhan
Kota Tanjungpinang, kamu jalan ke luar
pelabuhan ambil arah ke sebelah kiri, menuju pelabuhan ke Pulau Penyengat. Gak
jauh jaraknya dari pelabuhan Tanjungpinang. Tanya saja ke orang yang kamu
jumpai, pasti mereka tahu dan menunjukan arah ke pelabuhan menuju Pulau Penyengat.
Pompong yang membawa wisatawan ke Pulau
Penyengat.
Wisatawan menuju Pulau Penyengat.
Dari pelabuhan ke Pulau Penyengat kamu
dapat menumpangi pompong, perahu kecil berkapasitas sekitar 20 orang yang akan
mengantarkan kamu ke Pulau Penyengat, dengan tarif Rp. 7.000 per orang dan
durasi perjalanan laut sekitar 15 menit.
Jangan khawatir kemalaman di Pulau
Penyengat, di sana sudah tersedia home
stay dengan tariff Rp. 50.000,- s.d. Rp. 250.000,- untuk kamu beristirahat.
Bams @2019
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
ReplyDeletehanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^