By
: Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #05Tulisan ini Saya akui sebagai suatu “kekeliruan ide” yang telah melenceng dari ide awal tulisan ini dibuat. Awalnya, Saya sedang mengembangkan ide dari suatu judul yang rencananya juga akan Saya inspirasikan untuk para Pendaki. Namun entah mengapa, setelah Saya baca ulang, isi tulisannya tidak sesuai dengan judulnya, jadi lebih baik Saya ganti judulnya saja dari pada harus mengganti isi tulisannya yang lumayan panjang, menurut Saya itu lebih simple. Jadi, kalimat di dalam paragraph pembuka ini, Saya tulis justru setelah inti tulisannya telah selesai Saya susun. Tulisan yang aneh bukan…?. Dan inilah, Saya coba hidangkan untuk kawan- kawan Pendaki sekalian, mudah- mudahan ada kebaikan di dalamnya sehingga akan kembali pula kepada Saya dalam bentuk kebaikan yang sama atau dalam bentuk lain yang lebih baik. Dan bagi kawan- kawan yang membagikannya (share), mudah- mudahan ada kebaikan di dalamnya sehingga akan kembali pula kebaikan tersebut kepada kawan- kawan dalam bentuk kebaikan yang sama atau dalam bentuk kebaikan lain yang lebih baik.
Tahun 1996, saat pulang kampung ke Kerinci, di
dalam angkutan bus malam, Saya satu bus dengan beberapa pendaki dari Kota
Padang. Karena merasa sehobby, kita ngobrol sepanjang perjalanan dan setelah
tahu mereka baru pertama kali ke Kerinci, Saya menawarkan gubug Saya sebagai
tempat singgah sementara untuk istirahat sebelum mereka melakukan pendakian,
dan mereka menerimanya. Orang tua Saya hanya dapat menyediakan selembar tikar
butut tempat berbaring dan sedikit jamuan sarapan dengan telur mata sapi untuk mereka. Karena saat itu
memang hanya itu yang kami punya.
Tahun berlalu dengan cepat, menggilas semua
kenangan persahabatan tentang kenangan itu. Dua tahun kemudian, Bulan Maret
Tahun 1998, dari Kota Padang Saya berangkat melakukan pendakian solo ke Gunung
Dempo di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Dalam perjalanan, Saya mampir ke Kota
Jambi, di mana ada beberapa teman di sana untuk dijumpai. Dengan sedikit
rayuan, beberapa teman berhasil Saya “racuni” sehingga akhirnya mereka ikut
bersama Saya ke Gunung Dempo untuk melakukan pendakian. Alhasil, rencana
pendakian solo malah jadi pendakian dengan grup beranggotakan 5 orang.
Berbekal info yang sangat minim, tanpa guide
dan buta masalah jalur Dempo, akhirnya kami sampai di Kota Pagar Alam, mencari
rumah Pak Anton, yang katanya sering dijadikan tempat persinggahan para
pendaki. Kami diterima baik di sana. Lepas magrib kami jalan- jalan sebentar,
dan tanpa sengaja di sebuah warung kami ngobrol dengan salah satu pemuda desa,
Arif namanya.
Setelah tahu kami seperti orang buta di Pagar Alam
ini, tanpa kami minta Arif menawarkan diri untuk mengantarkan kami untuk naik
ke Gunung Dempo, yang tentu saja kami terima dengan sukacita. Bukan hanya
mengantarkan saja, Arif juga mengundang kami untuk makan malam di rumahnya dan
setelah turun dari Gunung Dempo dua hari kemudian, kami juga masih disuguhi
sarapan pagi di rumahnya. Kebaikan demi kebaikan yang kami terima itu sampai
saat ini, setelah 16 Tahun, masih lengket di dalam ingatan Saya.
Untuk kenangan ini,
Saya teringat akan James Prescott
Joule, di Tahun 1847, yang mengemukakan teori “Laws of Thermodynamics ” atau yang biasa disebut
Hukum Termodinamika, alias Hukum
Kekekalan Energi. Yang dalam dalam Wikipedia Indonesia,
diterjemahkan : “Energi tidak dapat
diciptakan dan dimusnahkan tetapi dapat dikonversi dari suatu bentuk ke bentuk
yang lain”.
Yang menarik adalah bahwa hukum
kekekalan energi diatas, tidak hanya habis sebatas teoritis para ilmuwan yang
tidak berkaitan dengan aktivitas apapun dalam hidup ini. Karena sesungguhnya di
dalam hidup inipun, hukum tersebut berlaku.
Hal ini ternyata 1.400 tahun yang lalu juga sudah di recording
oleh salah satu kitab agama samawi. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu
berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan)
itu akan kembali pada dirimu sendiri (QS 17 : 7)
Setiap apa yang kita lakukan atau kita pikirkan, akan mengeluarkan
atau melepaskan energi. Bahkan meski itu sebatas niat sekalipun. Olehnya di dalam
Islam ada konsep bahwa segalanya berawal dari niat.
Ketika kita berniat jahat ataupun kita berpikiran negatif, saat
itu juga kita tanpa sadar telah melepaskan energi yang juga negatif atau energi
yang merusak keluar tubuh kita.
Sebaliknya, ketika kita berbuat baik maka kebaikan pula akan
kembali pada diri kita, walau seringkali kebaikan yang kita terima tidak sama
bentuknya seperti yang telah kita lepaskan atau kita berikan. Energi itu akan kembali memantul, dia tidak
musnah tetapi sangat mungkin dia berubah bentuknya.
Kebaikan yang kita lakukan kepada
orang lain pasti akan kembali kepada kita. Entah itu berupa persahabatan, rasa respek, atau perasaan senang.
Semakin besar nilai kebaikan yang kita berikan
kepada orang lain, akan semakin besar pula kebaikan yang kita peroleh. Jadi,
setiap kita berbuat baik, pada hakikatnya kita
sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri.
Itulah hukum kekekalan energi. Seperti kita melemparkan bola ke dinding,
maka bola itu akan kembali memantul kepada kita atau ke sekitar kita. Semakin keras
kita melempar dan memantulkannya maka akan semakin keras pula kembalinya pada
kita.
Dalam kasus perjalanan Saya ke Gunung Dempo, Saya merasakan bahwa
kebaikan yang Saya terima dari keluarga Arif, bisa jadi adalah sebuah refleksi
dari tikar butut dan telur mata sapi yang Dua Tahun sebelumnya pernah keluarga
Saya hidangkan untuk kawan- kawan Pendaki dari Padang tersebut. Bedanya, saat
di Pagar Alam Saya mendapat “bonus”, yakni makan malam dan guide selama
pendakian.
Saya tidak pernah meragukan Jiwa saling membantu sesama Pendaki
seumur hidup Saya. Mulai saat pertama kali Saya menapakkan kaki saya pada objek
yang bernama gunung di Tahun 1993, sampai hari ini saat Saya sedang menyusun
tulisan ini.
Pada tulisan Saya yang berjudul “MENGAPA SUKA NAIK GUNUNG”, Saya
membalas salam kenal dari seorang audience, saudaraku dengan nama FB “Abd
R-Jack” di Jawa Tengah, kutipannya :
Bams Nektar salam kenal kembali
saudaraku mas Abd R-Jack di jawa tengah, negeri dengan banyak jalur yg indah... mudah2an
bisa silahturahmi ke sana.
Tidak berapa lama kemudian , beliau membalas sapaan tersebut
seperti kutipan di bawah ini :
Abd R-Jack tak tunggu bang.....siap jd t4 persinggahan.....
Abd R-Jack tak tunggu bang.....siap jd t4 persinggahan.....
Kawan,,, bukankah itu adalah “sesuatu” yang
luar biasa? Apakah dalam sapaan Saya tersebut Saya minta disiapkan tempat
berteduh??? Jawabannya jelas,,, “Tidak”. Apa yang akan diberikan oleh saudaraku
Abd R-Jack jika Saya jadi berkunjung ke Jawa Tengah? . “Tempat persinggahan”. Mungkin
jika Saya jadi datang ke Jawa Tengah, bukan hanya tempat persinggahan yang
siapkan untuk Saya. Bisa jadi sekalian dengan guide dan logistiknya juga sudah
disiapkan untuk Saya (ngarep.com). Bagi Saya, itu adalah sesuatu yang “LUAR
BIASA”. Jiwa saling berebut untuk memberikan kebaikan bagi sesama Pendaki. Saya
yakin bukan hanya beliau yang memiliki jiwa yang seperti itu, anda kawan- kawan
Pendaki, yang sedang membaca tulisan ini juga pasti mempunyai jiwa yang sama….
Karena jika anda tidak memiliki jiwa yang seperti itu, anda adalah seorang
Pendaki yang patut untuk dipertanyakan.
Nah,,, terbersit satu pikiran di kepala Saya,
jika kebaikan- kebaikan yang Pendaki punya, dia berikan kepada gunung yang dia
daki, seperti menjaga kebersihannya, tidak melakukan perusakan, vandalism dan
lain sebagainya. Saya yakin dan percaya bahwa kebaikan tersebut akan
dikembalikan kembali oleh gunung kepada si Pendaki.
Gunakan Hati Saat Mendaki.
Salam satu jiwa.
* * * * *
Kebaikan itu seperti bumerang, ia akan KEMBALI
KEPADA PENDAKI.
Semoga jiwamu tercerahkan
*B4MS*
* * * * *
No comments:
Post a Comment