Monday, December 15, 2014

KEMBALI KEPADA PENDAKI

By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #05

Tulisan ini Saya akui sebagai suatu “kekeliruan  ide” yang telah melenceng dari ide awal tulisan ini dibuat. Awalnya, Saya sedang mengembangkan ide dari suatu judul yang rencananya juga akan Saya inspirasikan untuk para Pendaki. Namun entah mengapa, setelah Saya baca ulang, isi tulisannya tidak sesuai dengan judulnya, jadi lebih baik Saya ganti judulnya saja dari pada harus mengganti isi tulisannya yang lumayan panjang, menurut Saya itu lebih simple. Jadi, kalimat di dalam paragraph pembuka ini, Saya tulis justru setelah inti tulisannya telah selesai Saya susun. Tulisan yang aneh bukan…?. Dan inilah, Saya coba hidangkan untuk kawan- kawan Pendaki sekalian, mudah- mudahan ada kebaikan di dalamnya sehingga akan kembali pula kepada Saya dalam bentuk kebaikan yang sama atau dalam bentuk lain yang lebih baik. Dan bagi kawan- kawan yang membagikannya (share), mudah- mudahan ada kebaikan di dalamnya sehingga akan kembali pula kebaikan tersebut kepada kawan- kawan dalam bentuk kebaikan yang sama atau dalam bentuk kebaikan lain yang lebih baik.
Sunrise Gn. Rinjani 3.726 mdpl


Tahun 1996, saat pulang kampung ke Kerinci, di dalam angkutan bus malam, Saya satu bus dengan beberapa pendaki dari Kota Padang. Karena merasa sehobby, kita ngobrol sepanjang perjalanan dan setelah tahu mereka baru pertama kali ke Kerinci, Saya menawarkan gubug Saya sebagai tempat singgah sementara untuk istirahat sebelum mereka melakukan pendakian, dan mereka menerimanya. Orang tua Saya hanya dapat menyediakan selembar tikar butut tempat berbaring dan sedikit jamuan sarapan dengan  telur mata sapi untuk mereka. Karena saat itu memang hanya itu yang kami punya.

Tahun berlalu dengan cepat, menggilas semua kenangan persahabatan tentang kenangan itu. Dua tahun kemudian, Bulan Maret Tahun 1998, dari Kota Padang Saya berangkat melakukan pendakian solo ke Gunung Dempo di Pagar Alam, Sumatera Selatan. Dalam perjalanan, Saya mampir ke Kota Jambi, di mana ada beberapa teman di sana untuk dijumpai. Dengan sedikit rayuan, beberapa teman berhasil Saya “racuni” sehingga akhirnya mereka ikut bersama Saya ke Gunung Dempo untuk melakukan pendakian. Alhasil, rencana pendakian solo malah jadi pendakian dengan grup beranggotakan 5 orang.

Berbekal info yang sangat minim, tanpa guide dan buta masalah jalur Dempo, akhirnya kami sampai di Kota Pagar Alam, mencari rumah Pak Anton, yang katanya sering dijadikan tempat persinggahan para pendaki. Kami diterima baik di sana. Lepas magrib kami jalan- jalan sebentar, dan tanpa sengaja di sebuah warung kami ngobrol dengan salah satu pemuda desa, Arif namanya.

Setelah tahu kami seperti orang buta di Pagar Alam ini, tanpa kami minta Arif menawarkan diri untuk mengantarkan kami untuk naik ke Gunung Dempo, yang tentu saja kami terima dengan sukacita. Bukan hanya mengantarkan saja, Arif juga mengundang kami untuk makan malam di rumahnya dan setelah turun dari Gunung Dempo dua hari kemudian, kami juga masih disuguhi sarapan pagi di rumahnya. Kebaikan demi kebaikan yang kami terima itu sampai saat ini, setelah 16 Tahun, masih lengket di dalam ingatan Saya.

Untuk kenangan ini, Saya teringat akan James Prescott Joule, di Tahun 1847, yang mengemukakan teori  “Laws of Thermodynamics ” atau yang biasa disebut Hukum Termodinamika,  alias Hukum Kekekalan Energi. Yang dalam dalam Wikipedia Indonesia, diterjemahkan : “Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi dapat dikonversi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain”.

Yang menarik adalah bahwa hukum kekekalan energi diatas, tidak hanya habis sebatas teoritis para ilmuwan yang tidak berkaitan dengan aktivitas apapun dalam hidup ini. Karena sesungguhnya di dalam hidup inipun, hukum tersebut berlaku.

Hal ini ternyata 1.400 tahun yang lalu juga sudah di recording oleh salah satu kitab agama samawi. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu akan kembali pada dirimu sendiri (QS 17 : 7) 

Setiap apa yang kita lakukan atau kita pikirkan, akan mengeluarkan atau melepaskan energi. Bahkan meski itu sebatas niat sekalipun. Olehnya di dalam Islam ada konsep bahwa segalanya berawal dari niat.

Ketika kita berniat jahat ataupun kita berpikiran negatif, saat itu juga kita tanpa sadar telah melepaskan energi yang juga negatif atau energi yang merusak keluar tubuh kita.
Sebaliknya, ketika kita berbuat baik maka kebaikan pula akan kembali pada diri kita, walau seringkali kebaikan yang kita terima tidak sama bentuknya seperti yang telah kita lepaskan atau kita berikan. Energi itu akan kembali memantul, dia tidak musnah tetapi sangat mungkin dia berubah bentuknya.

Kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain pasti akan kembali kepada kita. Entah itu berupa persahabatan, rasa respek, atau perasaan senang. Semakin besar nilai kebaikan yang kita berikan kepada orang lain, akan semakin besar pula kebaikan yang kita peroleh. Jadi, setiap kita berbuat baik, pada hakikatnya kita sedang berbuat baik kepada diri kita sendiri.

Itulah hukum kekekalan energi. Seperti kita melemparkan bola ke dinding, maka bola itu akan kembali memantul kepada kita atau ke sekitar kita. Semakin keras kita melempar dan memantulkannya maka akan semakin keras pula kembalinya pada kita.

Dalam kasus perjalanan Saya ke Gunung Dempo, Saya merasakan bahwa kebaikan yang Saya terima dari keluarga Arif, bisa jadi adalah sebuah refleksi dari tikar butut dan telur mata sapi yang Dua Tahun sebelumnya pernah keluarga Saya hidangkan untuk kawan- kawan Pendaki dari Padang tersebut. Bedanya, saat di Pagar Alam Saya mendapat “bonus”, yakni makan malam dan guide selama pendakian.

Saya tidak pernah meragukan Jiwa saling membantu sesama Pendaki seumur hidup Saya. Mulai saat pertama kali Saya menapakkan kaki saya pada objek yang bernama gunung di Tahun 1993, sampai hari ini saat Saya sedang menyusun tulisan ini.

Pada tulisan Saya yang berjudul “MENGAPA SUKA NAIK GUNUNG”, Saya membalas salam kenal dari seorang audience, saudaraku dengan nama FB “Abd R-Jack” di Jawa Tengah, kutipannya :

Bams Nektar salam kenal kembali saudaraku mas Abd R-Jack  di jawa tengah, negeri dengan banyak jalur yg indah... mudah2an bisa silahturahmi ke sana.

Tidak berapa lama kemudian , beliau membalas sapaan tersebut seperti kutipan di bawah ini :
Abd R-Jack tak tunggu bang.....siap jd t4 persinggahan.....

Kawan,,, bukankah itu adalah “sesuatu” yang luar biasa? Apakah dalam sapaan Saya tersebut Saya minta disiapkan tempat berteduh??? Jawabannya jelas,,, “Tidak”. Apa yang akan diberikan oleh saudaraku Abd R-Jack jika Saya jadi berkunjung ke Jawa Tengah? . “Tempat persinggahan”. Mungkin jika Saya jadi datang ke Jawa Tengah, bukan hanya tempat persinggahan yang siapkan untuk Saya. Bisa jadi sekalian dengan guide dan logistiknya juga sudah disiapkan untuk Saya (ngarep.com). Bagi Saya, itu adalah sesuatu yang “LUAR BIASA”. Jiwa saling berebut untuk memberikan kebaikan bagi sesama Pendaki. Saya yakin bukan hanya beliau yang memiliki jiwa yang seperti itu, anda kawan- kawan Pendaki, yang sedang membaca tulisan ini juga pasti mempunyai jiwa yang sama…. Karena jika anda tidak memiliki jiwa yang seperti itu, anda adalah seorang Pendaki yang patut untuk dipertanyakan.

Nah,,, terbersit satu pikiran di kepala Saya, jika kebaikan- kebaikan yang Pendaki punya, dia berikan kepada gunung yang dia daki, seperti menjaga kebersihannya, tidak melakukan perusakan, vandalism dan lain sebagainya. Saya yakin dan percaya bahwa kebaikan tersebut akan dikembalikan kembali oleh gunung kepada si Pendaki.

Gunakan Hati Saat Mendaki.
Salam satu jiwa.
* * * *  *
Kebaikan itu seperti bumerang, ia akan KEMBALI KEPADA PENDAKI.

Semoga jiwamu tercerahkan

*B4MS*


* * * *  *


BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment