By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #11
Dari meja bedah operasi
Ironis... duduk di tepi kawah gunung berapi atau berdiri di tepi jurang sedalam 100 meter adalah suatu kesenangan. Tapi menatap kecilnya jarum suntik untuk skin test saja si Rumah Sakit, langsung keringatan... J
Jujur,,, ide untuk artikel yang ini nemu di meja bedah operasi. Awalnya karena takut setengah mati karena tangan kiri akan menjadi panggung tarian pisau bedah, pikiran mencoba untuk dialihkan kepada sesuatu yang lain. Ternyata malah mikir artikel... sampai mata menjadi berat dan akhirnya Saya "hilang" dilumat keperkasaan anestesi.
Anestesi berasal sendiri dari bahasa Yunani yang
artinya “Tanpa Sensasi”. Secara singkat, anestesi
berarti keadaan di mana sensasi nyeri dan sensasi-sensasi lainnya diblok,
sehingga pasien tidak dapat merasakan sensasi-sensasi tersebut.
Terima
kasih banget untuk usahanya William Thomas Green Morton, seorang dokter gigi yang sempat buka
praktik pada tahun 1842. Ia lahir di Charlton, Massachusetts, Amerika Serikat pada tanggal 9
Agustus 1819. Pada usia 17 tahun, ia
sudah merantau ke Boston untuk berwirausaha. Beberapa tahun kemudian mengambil kuliah kedokteran gigi di Baltimore College of Dental
Surgery.
Morton meneruskan kuliah di Harvard pada tahun 1844 untuk memperoleh
gelar dokter. Namun karena kesulitan
biaya, tidak ia teruskan. Pada tahun yang sama, ia menikah dengan Elizabeth Whitman dan kembali membuka
praktik giginya. Ia berkonsentrasi dalam membuat dan memasang gigi palsu serta
cabut gigi. Suatu pekerjaan yang membutuhkan cara menghilangkan rasa sakit.
Morton berpikir untuk menggunakan gas nitrogen-oksida dalam
praktiknya sebagaimana yang dilakukan Wells, salah seorang yang telah mencoba
menerapkan anestesi sebelumnya. Kemudian ia meminta gas nitrogen-oksida kepada Charles Jackson, seorang ahli kimia
ternama di sekolah kedokteran Harvard. Namun Jackson justru
menyarankan eter sebagai pengganti gas nitrogen-oksida.
Morton menemukan efek bius eter lebih kuat dibanding gas
nitrogen-oksida. Bahkan pada tahun 1846 Morton
mendemonstrasikan penggunaan eter dalam pembedahan di rumah sakit umum
Massachusetts. Saat pasien dokter Warren telah siap, Morton mengeluarkan gas
eter (atau disebutnya gas letheon) yang telah dikemas dalam
suatu kantong gas yang dipasang suatu alat seperti masker. Sesaat pasien yang
mengidap tumor tersebut hilang
kesadaran dan tertidur. Dokter Warren dengan sigap mengoperasi tumor dan
mengeluarkannya dari leher pasien hingga operasi selesai tanpa hambatan
berarti.
Tanggal 16 Oktober 1846 menjadi hari
bersejarah bagi dunia kedokteran. Demonstrasi Morton berhasil dengan baik
dan memicu penggunaan eter sebagai anestesi secara besar-besaran. Revolusi pembedahan dimulai dan eter
sebagai anestesi dipakai hingga saat ini. Ia bukanlah yang pertama kali
menggunakan anestesia, namun berkat usahanyalah anestesia diakui dunia
kedokteran. Wajar jika Morton masuk dalam 100 orang paling berpengaruh dalam
sejarah dunia dalam buku yang ditulis William H. Hart beberapa tahun yang
lalu.
Tak terbayangkan jika saat ini
anastesi belum ditemukan, pasien harus menjalani operasi atau pembedahan atau
diamputasi salah satu organ tubuhnya secara sadar. Berkat William Thomas Green Morton, rasa sakit saat operasi kini tinggal kenangan...
Terbangun dari pengaruh anestesi secara perlahan, ternyata 2,5 jam sudah berlalu. Kesadaran perlahan pulih, dan realita menjadi nyata. Realita bahwa rasa perih akibat luka sayat operasi bedah yang baru saja dilakukan mulai memperlihatkan aslinya. Sakit.... Saya rasanya pingin di anastesi kembali.
Akhirnya Saya baru menyadari, bukan hanya Saya, tapi ternyata gunung-pun juga butuh anestesi. Anestesi bagi gunung adalah dengan menutup pendakian selama musim hujan tiba agar ekosistemnya kembali mendekati seperti sediakala setelah rasa sakit yang dideritanya karena para pendaki. Hal ini seperti yang telah diterapkan di Gunung Semeru dan Gunung Rinjani.
Sayangnya hal ini tidak diterapkan di gunung lainnya. Jadi saat Semeru dan Rinjani tutup, gunung- gunung lainnya malah tumpah ruah oleh kehadiran para pendaki yang mengalihkan rute jalurnya. Kerusakan ekosistem malah beralih dan dapat terjadi lebih parah di gunung lainnya karena Semeru dan Rinjani ditutup.
Saya sendiri memimpikan perlunya suatu penerapan regulasi, jika mungkin langsung dari Menteri Kehutanan untuk menetapkan satu aturan baku yang berlaku untuk semua gunung di Indonesia. Tutup semua pendakian ke semua gunung untuk periode Januari hingga April.
Terbangun dari pengaruh anestesi secara perlahan, ternyata 2,5 jam sudah berlalu. Kesadaran perlahan pulih, dan realita menjadi nyata. Realita bahwa rasa perih akibat luka sayat operasi bedah yang baru saja dilakukan mulai memperlihatkan aslinya. Sakit.... Saya rasanya pingin di anastesi kembali.
Akhirnya Saya baru menyadari, bukan hanya Saya, tapi ternyata gunung-pun juga butuh anestesi. Anestesi bagi gunung adalah dengan menutup pendakian selama musim hujan tiba agar ekosistemnya kembali mendekati seperti sediakala setelah rasa sakit yang dideritanya karena para pendaki. Hal ini seperti yang telah diterapkan di Gunung Semeru dan Gunung Rinjani.
Sayangnya hal ini tidak diterapkan di gunung lainnya. Jadi saat Semeru dan Rinjani tutup, gunung- gunung lainnya malah tumpah ruah oleh kehadiran para pendaki yang mengalihkan rute jalurnya. Kerusakan ekosistem malah beralih dan dapat terjadi lebih parah di gunung lainnya karena Semeru dan Rinjani ditutup.
Saya sendiri memimpikan perlunya suatu penerapan regulasi, jika mungkin langsung dari Menteri Kehutanan untuk menetapkan satu aturan baku yang berlaku untuk semua gunung di Indonesia. Tutup semua pendakian ke semua gunung untuk periode Januari hingga April.
Penutupan
jalur pendakian ini akan menjadi anestesi yang baik bagi gunung untuk melupakan
sejenak rasa sakitnya. Pada saat dia mulai tersadar nantinya di bulan Mei, dia
akan mulai merasakan kembali perihnya tapak- tapak sepatu trekking para
pendaki. Dan sama halnya dengan Saya, jika gunung dapat berbicara, di Bulan Mei
dia pasti minta dianestesi kembali.
Jika anestesi kepada gunung ini belum cukup efektif, ide nya adalah, seperti di Ilmu Hukum yang memberlakukan “Pembuktian Terbalik”, kita juga dapat menggunakannya pada hobby kita yakni, berlakukan “Anestesi Terbalik”. Bukan gunung nya yang dianestesi, namun pendakinya yang harus menganestesi dirinya sendiri. Artinya pada periode Januari hingga April tersebut, Pendaki harus berhibernasi untuk sementara waktu untuk tidak melakukan pendakian ke gunung manapun guna memberikan kesempatan bagi gunung- gunung tersebut untuk sedikit memulihkan ekosistemnya.
Jika pendaki mampu menganestesi dirinya sendiri, sebenarnya dia sudah mendapatkan dua faedah. Pertama, ekosistem di semua gunung dapat pulih kembali, dan faedah kedua, fisik dan fiscal Pendaki juga dapat pulih kembali. Jadi gunung dan Pendaki sama- sama mendapatkan manfaatnya.
Kawan- kawan Pendaki, yuk sama- sama kita anestesi diri kita sendiri. Pendaki juga butuh anestesi...
Jika anestesi kepada gunung ini belum cukup efektif, ide nya adalah, seperti di Ilmu Hukum yang memberlakukan “Pembuktian Terbalik”, kita juga dapat menggunakannya pada hobby kita yakni, berlakukan “Anestesi Terbalik”. Bukan gunung nya yang dianestesi, namun pendakinya yang harus menganestesi dirinya sendiri. Artinya pada periode Januari hingga April tersebut, Pendaki harus berhibernasi untuk sementara waktu untuk tidak melakukan pendakian ke gunung manapun guna memberikan kesempatan bagi gunung- gunung tersebut untuk sedikit memulihkan ekosistemnya.
Jika pendaki mampu menganestesi dirinya sendiri, sebenarnya dia sudah mendapatkan dua faedah. Pertama, ekosistem di semua gunung dapat pulih kembali, dan faedah kedua, fisik dan fiscal Pendaki juga dapat pulih kembali. Jadi gunung dan Pendaki sama- sama mendapatkan manfaatnya.
Kawan- kawan Pendaki, yuk sama- sama kita anestesi diri kita sendiri. Pendaki juga butuh anestesi...
* * * * *
Beristirahat
sejenak adalah cara terbaik untuk memandang masalah kita dari sisi yang
berbeda.
Semoga jiwamu
tercerahkan.
*B4MS*
* * * * *
No comments:
Post a Comment