Sunday, July 19, 2015

JADILAH PENDAKI NAK

By : Bams Nektar
Inspirasi Pendaki #15

Tulisan ini adalah “terusan” dari tulisan Saya yang sebelumnya, yang berjudul “Pendaki Itu Egois” (dapat dibaca di link : https://www.facebook.com/groups/pendaki/permalink/10152152517642055/ ) . Hal ini mengusik pemikiran Saya terhadap topik yang dibahas tersebut. Khususnya pada suatu kesimpulan pertanyaan yang Saya ciptakan sendiri, “BERAPA USIA IDEAL BAGI ANAK UNTUK DIBAWA KE GUNUNG ?”.


Terus terang, untuk menentukan di usia berapa idealnya sang anak “AMAN” untuk dibawa ke gunung, Saya meninjaunya dari beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yakni si anak sendiri, orang tuanya dan lingkungan yang akan dihadapinya.

Dan terus terang juga, tulisan ini yang paling banyak menghabiskan waktu Saya dalam penyusunannya, dibandingkan penyusunan  tulisan- tulisan lainnya. Hal ini dikarenakan Saya harus mencari data, hasil riset dan hasil penelitian lainnya di bidang kedokteran yang berhubungan dengan anak, dan paru- paru. Butuh waktu untuk memahami semua hal tersebut, karena memang back ground edukasi Saya bukan dari kedokteran.

Jadi, kata atau istilah- istilah seperti pulmo, thoracic cavity, pleura visceral, interkostalis eksterrnus, sternokleidomastoid, skalenus, interkostalis internus, dan lain- lainnya cukup membuat Saya kewalahan mencernanya dan menghubungkannya kepada tulisan ini. Sampai- sampai Saya berpikir, jangan- jangan setelah tulisan ini selesai, Saya bisa diterima menjadi asisten dokter spesialis paru…. #ngarep.com   

Berdasarkan tiga kriteria di atas maka Saya mejabarkannya untuk kawan- kawan di grup ini sebagai berikut :

ANAK
Kriteria yang terpenting bagi seorang anak untuk siap mendaki gunung adalah, TIDAK ADA PAKSAAN atau atas KEINGINAN SENDIRI. Setelah itu dilihat dari keadaan fisiknya, apakah dalam keadaan sehat atau sakit. Untuk faktor umur, anak berumur 1 – 5 Tahun lebih baik tidak dibawa mendaki gunung dengan ketinggian lebih dari 1.500 mdpl. Hal ini sehubungan dengan fungsi paru- paru anak dengan umur di bawah 5 Tahun masih rentan akan tekanan udara yang rendah dan besar. Fungsi paru- paru tersebut akan berkembang seiring bertambahnya umur, terutama dalam rentang umur 6 – 12 Tahun.

Artinya, seiring pertambahan umur pada si anak, parunya juga semakin siap untuk menghadapi penambahan “siksaan” ketinggian (elevasi) dalam pendakian gunung.

Namun masalah ketinggian (elevasi) di angka 1.500 mdpl ini dapat dikesampingkan untuk anak- anak pada umur yang sama (1 – 5 Tahun), yang berdomisili di daerah dataran tinggi. Hal ini dikarenakan, kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran tinggi lebih cepat berkembang dibandingkan dengan kapasitas vital paru anak yang tinggal di dataran rendah. (Jurnal media ilmu keolahragaan Indonesia 2012, UN Semarang). Sayangnya belum ada hasil penelitian yang menyarankan angka elevasi berapa dalam mendaki gunung sebaiknya untuk anak yang tinggal pada  dataran tinggi   

ORANG TUA
Sangat penting bagi orang tua untuk mempelajari ulang lokasi tujuan. Sebaiknya gunung yang akan didaki oleh si anak adalah gunung yang telah pernah didaki oleh orang tuanya, sehingga orang tua paham dengan baik jalurnya, shelternya, sumber airnya, dan guna menghindari resiko tersesat.

Peralatan tambahan mungkin perlu dibawa oleh orang tua, seperti sleeping bag, selimut, baju ganti dan rain coat yang menyesuaikan pada ukuran tubuh si anak. Jangan lupakan juga first aid kit-nya. Keadaan dingin dapat membahayakan keselamatan si anak.

Pastikan tenda yang Anda bawa aman dan nyaman untuk si kecil, karena si kecil mungkin tidak terbiasa tidur di tempat yang terbatas. Alasi tenda dengan matras dan sleeping bag agar si kecil terasa nyaman. Periksa juga tiang tenda apakah sudah kuat, supaya saat angin atau hujan turun tenda tidak roboh. Pastikan juga Anda mendirikan tenda di permukaan yang datar.

Agar si kecil tidak rewel saat diajak berlibur, bawa mainan kesayangannya. Kalau anak merasa bosan, Anda bisa mencari tahu penyebabnya. Istirahat sebentar jika kebosaan terjadi saat trekking. Biasanya mood anak lebih gampang dari orang dewasa, dan orangtua tahu bagaimana membangun keceriaan sama anak. 

Anda harus menyiapkan makanan sehat dan bergizi. Seperti, sayuran yang cukup dimasak dengan cara direbus, brokoli dan wortel misalnya. Membawa tambahan buah akan lebih baik lagi. Makanan kaleng yang mudah dimasak, sarden atau abon bisa menjadi pilihan untuk Anda bawa. Untuk snack, pilihlah yang tidak mengandung MSG atau pengawet berlebih. Dan jangan lupa untuk membawa air minum yang banyak. Usahakan anak - anak meminum air dengan teratur untuk mencegah dehidrasi.

Orang tua harus menambah pengetahuan dan latihan di bidang mountaineering, seperti survival, first aid, serta pengenalan untuk penyakit- penyakit yang mungkin timbul saat mendaki gunung (mountain sickness), di antaranya Hipotermia, hypoxia, edema paru, heat exhaustion , dan dehidrasi serta aklimatisasi yang baik.  

Lebih baik lagi membawa GPS atau alat lainnya yang mampu menunjukan level elevasi di jalur pendakian. Alat tersebut saat ini telah banyak beredar di pasaran dan kadangkala terintegrasi kepada tools lainnya seperti handphone atau jam tangan. Hal ini akan sangat berguna sebagai alat monitoring dan antisipasi dalam memahami gejala- gejala mountain sickness.

Ingat, saat mendaki ini, orang tua sedang menempatkan anaknya pada posisi seorang pendaki professional, jadi resiko yang mungkin diterima oleh pendaki professional sama dengan resiko yang mungkin akan diterima oleh si anak.

LINGKUNGAN
Perhatikan cuaca. Jangan tertipu, musim panas bukan berarti udara malam akan panas juga. Musim panas berarti udara malam lebih dingin dari biasanya.

Ini berarti Musim bediding, yakni sebuah istilah dalam bahasa Jawa untuk menyebut perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau. Suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di siang hari suhu melonjak hingga panas menyengat. Perubahan suhu yang demikian terjadi selama tiga hingga empat bulan dan selalu pada pertengahan tahun, antara bulan Juni sampai Agustus.

Suhu udara pada masa musim bediding memang tidak sedingin di daerah subtropis seperti Eropa, tetapi sudah dapat membuat badan menggigil kedinginan, terutama di dataran tinggi seperti dataran tinggi Dieng.

Daerah tropis memiliki suhu hangat yang biasanya mempunyai suhu diatas 22°Celcius. Namun, pada musim bediding, suhu udara di beberapa tempat di Pulau Jawa bisa turun drastis. Misalnya suhu di Kota Malang pada tahun 2013 mencapai 17,5°C di pagi hari. Juga suhu di Kota Yogyakarta turun menjadi sekitar 17°C pada dini hari. Bahkan, di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, suhu udara pada musim Bediding tahun 2013 mencapai -3°C dan di Ranukumbolo serta Kalimati mencapai -4°C, sehingga Saya saat itu dapat menjumpai hamparan salju tipis saat pagi hari karena embun yang membeku di sekitar Ranukumbolo ataupun Kalimati Gunung Semeru. Karena bediding terjadi pada musim kemarau, hampir dipastikan tidak ada hujan selama periode ini.

Saya menyarankan untuk mempertimbangkan juga musim pendakian. Keramaian jalur pendakian biasanya ditentukan oleh musim pendakian dan cuaca. Lebih disarankan membawa anak pada saat musim pendakian di mana ada keramaian para pendaki, sehingga jika terjadi suatu kondisi yang tidak diinginkan, banyak pendaki yang dapat memberikan pertolongan.

Selain itu, Saya juga menyarankan untuk membawa anak mendaki ke gunung dengan kondisi jalur yang tidak berat, yang tidak terlalu curam, dan lebih banyak medan landainya. Ingat, ini adalah periode pembelajaran dan pengenalan alam. Ditakutkan jika membawa anak ke medan yang berat, si anak malah jadi kapok dan tidak mau lagi mendaki gunung. Artinya orang tua juga bertanggung jawab jika hilang lagi satu jiwa yang mungkin ke depannya dapat menjadi jawara konservasi.

* * * *  *

Melesat dan terbangnya anak panah, tergantung kepada bagaimana caramu membentuk busurnya.  

Semoga jiwamu tercerahkan.

*B4MS*

* * * *  *

Bams mengajak untuk :

 “GUNAKAN HATI SAAT MENDAKI”


BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment