By : Bams Nektar
Inspirasi Pendaki #15
Tulisan
ini adalah “terusan” dari tulisan Saya yang sebelumnya, yang berjudul “Pendaki
Itu Egois” (dapat dibaca di link : https://www.facebook.com/groups/pendaki/permalink/10152152517642055/
) . Hal ini mengusik pemikiran Saya terhadap topik yang
dibahas tersebut. Khususnya pada suatu kesimpulan pertanyaan yang Saya ciptakan
sendiri, “BERAPA USIA IDEAL BAGI ANAK
UNTUK DIBAWA KE GUNUNG ?”.
Terus
terang, untuk menentukan di usia berapa idealnya sang anak “AMAN” untuk dibawa
ke gunung, Saya meninjaunya dari beberapa kriteria yang harus dipenuhi, yakni
si anak sendiri, orang tuanya dan lingkungan yang akan dihadapinya.
Dan
terus terang juga, tulisan ini yang paling banyak menghabiskan waktu Saya dalam
penyusunannya, dibandingkan penyusunan
tulisan- tulisan lainnya. Hal ini dikarenakan Saya harus mencari data,
hasil riset dan hasil penelitian lainnya di bidang kedokteran yang berhubungan
dengan anak, dan paru- paru. Butuh waktu untuk memahami semua hal tersebut,
karena memang back ground edukasi Saya bukan dari kedokteran.
Jadi,
kata atau istilah- istilah seperti pulmo, thoracic cavity, pleura visceral,
interkostalis eksterrnus, sternokleidomastoid, skalenus, interkostalis internus,
dan lain- lainnya cukup membuat Saya kewalahan mencernanya dan menghubungkannya
kepada tulisan ini. Sampai- sampai Saya berpikir, jangan- jangan setelah
tulisan ini selesai, Saya bisa diterima menjadi asisten dokter spesialis paru….
#ngarep.com
Berdasarkan
tiga kriteria di atas maka Saya mejabarkannya untuk kawan- kawan di grup ini sebagai
berikut :
ANAK
Kriteria
yang terpenting bagi seorang anak untuk siap mendaki gunung adalah, TIDAK ADA
PAKSAAN atau atas KEINGINAN SENDIRI. Setelah itu dilihat dari keadaan fisiknya,
apakah dalam keadaan sehat atau sakit. Untuk faktor umur, anak berumur 1 – 5 Tahun
lebih baik tidak dibawa mendaki gunung dengan ketinggian lebih dari 1.500 mdpl.
Hal ini sehubungan dengan fungsi paru- paru anak dengan umur di bawah 5 Tahun
masih rentan akan tekanan udara yang rendah dan besar. Fungsi paru- paru
tersebut akan berkembang seiring bertambahnya umur, terutama dalam rentang umur
6 – 12 Tahun.
Artinya,
seiring pertambahan umur pada si anak, parunya juga semakin siap untuk
menghadapi penambahan “siksaan” ketinggian (elevasi) dalam pendakian gunung.
Namun
masalah ketinggian (elevasi) di angka 1.500 mdpl ini dapat dikesampingkan untuk
anak- anak pada umur yang sama (1 – 5 Tahun), yang berdomisili di daerah
dataran tinggi. Hal ini dikarenakan, kapasitas vital paru anak yang tinggal di
dataran tinggi lebih cepat berkembang dibandingkan dengan kapasitas vital paru
anak yang tinggal di dataran rendah. (Jurnal media ilmu keolahragaan Indonesia
2012, UN Semarang). Sayangnya belum ada hasil penelitian yang menyarankan angka
elevasi berapa dalam mendaki gunung sebaiknya untuk anak yang tinggal pada dataran tinggi
ORANG TUA
Sangat
penting bagi orang tua untuk mempelajari ulang lokasi tujuan. Sebaiknya gunung
yang akan didaki oleh si anak adalah gunung yang telah pernah didaki oleh orang
tuanya, sehingga orang tua paham dengan baik jalurnya, shelternya, sumber
airnya, dan guna menghindari resiko tersesat.
Peralatan
tambahan mungkin perlu dibawa oleh orang tua, seperti sleeping bag, selimut, baju
ganti dan rain coat yang menyesuaikan pada ukuran tubuh si anak. Jangan lupakan
juga first aid kit-nya. Keadaan dingin dapat membahayakan keselamatan si anak.
Pastikan tenda yang Anda bawa aman dan nyaman
untuk si kecil, karena si kecil mungkin tidak terbiasa tidur di tempat yang
terbatas. Alasi tenda dengan matras dan sleeping
bag agar si kecil terasa nyaman. Periksa juga tiang tenda
apakah sudah kuat, supaya saat angin atau hujan turun tenda tidak roboh.
Pastikan juga Anda mendirikan tenda di permukaan yang datar.
Agar si kecil tidak rewel saat diajak berlibur,
bawa mainan kesayangannya. Kalau anak merasa bosan, Anda bisa mencari tahu
penyebabnya. Istirahat sebentar jika kebosaan terjadi saat trekking. Biasanya
mood anak lebih gampang dari orang dewasa, dan orangtua tahu bagaimana
membangun keceriaan sama anak.
Anda harus menyiapkan makanan sehat dan bergizi. Seperti, sayuran yang cukup dimasak dengan cara direbus, brokoli dan wortel misalnya. Membawa tambahan buah akan lebih baik lagi. Makanan kaleng yang mudah dimasak, sarden atau abon bisa menjadi pilihan untuk Anda bawa. Untuk snack, pilihlah yang tidak mengandung MSG atau pengawet berlebih. Dan jangan lupa untuk membawa air minum yang banyak. Usahakan anak - anak meminum air dengan teratur untuk mencegah dehidrasi.
Anda harus menyiapkan makanan sehat dan bergizi. Seperti, sayuran yang cukup dimasak dengan cara direbus, brokoli dan wortel misalnya. Membawa tambahan buah akan lebih baik lagi. Makanan kaleng yang mudah dimasak, sarden atau abon bisa menjadi pilihan untuk Anda bawa. Untuk snack, pilihlah yang tidak mengandung MSG atau pengawet berlebih. Dan jangan lupa untuk membawa air minum yang banyak. Usahakan anak - anak meminum air dengan teratur untuk mencegah dehidrasi.
Orang
tua harus menambah pengetahuan dan latihan di bidang mountaineering, seperti
survival, first aid, serta pengenalan untuk penyakit- penyakit yang mungkin
timbul saat mendaki gunung (mountain sickness), di antaranya Hipotermia,
hypoxia, edema paru, heat exhaustion ,
dan dehidrasi serta aklimatisasi yang baik.
Lebih
baik lagi membawa GPS atau alat lainnya yang mampu menunjukan level elevasi di
jalur pendakian. Alat tersebut saat ini telah banyak beredar di pasaran dan
kadangkala terintegrasi kepada tools lainnya seperti handphone atau jam tangan.
Hal ini akan sangat berguna sebagai alat monitoring dan antisipasi dalam
memahami gejala- gejala mountain sickness.
Ingat,
saat mendaki ini, orang tua sedang menempatkan anaknya pada posisi seorang
pendaki professional, jadi resiko yang mungkin diterima oleh pendaki
professional sama dengan resiko yang mungkin akan diterima oleh si anak.
LINGKUNGAN
Perhatikan
cuaca. Jangan tertipu, musim panas bukan berarti udara malam akan panas juga.
Musim panas berarti udara malam lebih dingin dari biasanya.
Ini
berarti Musim bediding, yakni sebuah istilah dalam bahasa Jawa untuk
menyebut perubahan suhu yang mencolok khususnya di awal musim kemarau.
Suhu udara menjadi sangat dingin menjelang malam hingga pagi, sementara di
siang hari suhu melonjak hingga panas menyengat. Perubahan suhu yang demikian
terjadi selama tiga hingga empat bulan dan selalu pada pertengahan tahun,
antara bulan Juni sampai Agustus.
Suhu
udara pada masa musim bediding memang tidak sedingin di daerah subtropis seperti Eropa, tetapi sudah dapat
membuat badan menggigil kedinginan, terutama di dataran tinggi seperti dataran
tinggi Dieng.
Daerah tropis memiliki
suhu hangat yang biasanya mempunyai suhu diatas 22°Celcius. Namun, pada musim
bediding, suhu udara di beberapa tempat di Pulau Jawa bisa
turun drastis. Misalnya suhu di Kota Malang pada
tahun 2013 mencapai 17,5°C di pagi hari. Juga
suhu di Kota Yogyakarta turun menjadi sekitar 17°C pada dini
hari. Bahkan, di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, suhu udara pada musim Bediding
tahun 2013 mencapai -3°C dan di Ranukumbolo serta Kalimati mencapai -4°C,
sehingga Saya saat itu dapat menjumpai hamparan salju tipis saat pagi hari
karena embun yang membeku di sekitar Ranukumbolo ataupun Kalimati Gunung Semeru.
Karena bediding terjadi
pada musim kemarau, hampir dipastikan tidak ada
hujan selama periode ini.
Saya
menyarankan untuk mempertimbangkan juga musim pendakian. Keramaian jalur
pendakian biasanya ditentukan oleh musim pendakian dan cuaca. Lebih disarankan
membawa anak pada saat musim pendakian di mana ada keramaian para pendaki,
sehingga jika terjadi suatu kondisi yang tidak diinginkan, banyak pendaki yang
dapat memberikan pertolongan.
Selain
itu, Saya juga menyarankan untuk membawa anak mendaki ke gunung dengan kondisi
jalur yang tidak berat, yang tidak terlalu curam, dan lebih banyak medan
landainya. Ingat, ini adalah periode pembelajaran dan pengenalan alam.
Ditakutkan jika membawa anak ke medan yang berat, si anak malah jadi kapok dan
tidak mau lagi mendaki gunung. Artinya orang tua juga bertanggung jawab jika hilang
lagi satu jiwa yang mungkin ke depannya dapat menjadi jawara konservasi.
* * * * *
Melesat dan terbangnya anak panah, tergantung kepada
bagaimana caramu membentuk busurnya.
Semoga jiwamu
tercerahkan.
*B4MS*
* * * * *
Bams mengajak
untuk :
“GUNAKAN
HATI SAAT MENDAKI”
No comments:
Post a Comment