Friday, July 1, 2016

SUDAHKAH PENDAKI MENJUMPAI MALAIKATNYA HARI INI

La tahzan ya pendaki
(Jangan bersedih wahai Pendaki)
Setelah membaca tulisan ini, para pendaki tidak akan pernah bersusah hati lagi …

By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #31

Sabtu pagi, saya terpaksa membuka account FB saya dengan menggunakan laptop dan modem. Entah mengapa sudah beberapa hari ini account tersebut tidak dapat dibuka melalui gadget di sekitar komplek perumahan saya. Barangkali ada kerusakan relay di tower pada kartu selular yang saya gunakan. Anehnya, sinyal yang terbaca di gadget tersebut terlihat full namun sayangnya tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan  jika sudah keluar dari komplek perumahan, abrakadara….. Tiba- tiba saja semua notifikasi- notifikasi itu “menyerbu” dengan derasnya, membuat saya harus menunggu beberapa saat agar clang- cling bunyi tone yang dikeluarkannya berhenti dengan sendirinya.



Di salah satu notifikasi dari salah satu grup pendaki, mata saya tertuju pada postingan saudara pendaki saya dengan nama Al-jawwaal Cell Susilo. Postingan itu sebenarnya sudah lewat beberapa hari di link https://www.facebook.com/groups/239247686280221/ dan sudah pernah pula saya komentari. Namun pagi ini, dengan secangkir teh kualitas ekspor yang saya dapat dari perkebunan teh di kaki Gunung Kerinci, saya coba mengembangkan postingan tersebut untuk saya sajikan bagi sahabat pendaki di grup ini. Mudah- mudahan berguna dan bermanfaat.  

Postingan saudara pendaki saya itu kira- kita tertulis :
Pendakian Yang Tertunda
Ceritanya anak saya yang sulung merengek- rengek untuk diajak mendaki gunung, umurnya baru 9 tahun dan baru beberapa hari mulai menapaki bangku kelas 3 SD.  
Sudah berbagai alasan dan nasehat tapi tetap merengek. Akhirnya bapaknya pun jadi nggak tega  . Akhirnya hari Minggu saya nyicil membeli sleeping bag dan setelah putar-putar dapat sleeping bag R** yg menurut saya sudah mencukupi.
Setelah itu segala perlengkapan dan logistik sudah saya siapkan dengan agak tergesa karena keputusan yang mendadak, maklum liburan sekolah tinggal 2 hari yaitu Senin dan Selasa tanggal 4 dan 5 Agustus. Dengan senyum puas si anak sulung yang sudah berhasil membujuk bapaknya akhirnya berangkatlah kami menuju Gunung Merbabu (3142 mdpl) dan rencananya akan melalui Klaten ke Boyolali menuju basecamp Selo yaitu daerah yang terletak antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu.

Setelah 30 menit perjalanan kami tiba di salah satu traffic light di wilayah klaten. Pas lampu hijau ternyata ketika motor sudah melaju dompet saya terjatuh, dua pengendara yang sama-sama melintas memberikan informasi kalau dompet saya terjatuh sekitar 100 meter di belakang. Saya pun putar balik motor menyisir lokasi, namun rupanya sudah ada yang mengambil dompet saya kemudian berlalu.

Akhirnya karena yang ada dalam dompet meliputi KTP, SIM, STNK, ATM, NPWP dan beberapa kartu lain dan uang tunai lebih dari 1,3 juta yang sedianya untuk uang saku mendaki ikut raib maka mau tidak mau pendakian saya batalkan. Raut sangat kecewa sudah pasti terpancar dari anak saya itu  tapi apa daya tidak mungkin saya lanjutkan tanpa membawa identitas dan surat penting lainnya. 

Maaf ya nak, pasti ada hikmah kenapa Allah menentukan bahwa pendakian ini harus batal.  May be next time jalan akan lebih mudah dan lebih baik.....

Pembatalan suatu pendakian sangat mungkin terjadi kepada kita para pendaki. Banyak sebab dan alasan di luar kendali kita untuk hal tersebut, seperti kejadian di atas. Di salah satu status kawan pendaki FB sayapun, sering saya  baca bahwa yang bersangkutan akhirnya harus membatalkan keberangkatannya dari Jakarta ke Gunung Semeru di Jawa Timur karena masalah pekerjaan yang tiba- tiba saja harus mendapat perhatian lebih. Padahal tiket kereta api sudah terbeli, nah looohhh….

Beberapa malam yang lalu, saat saya sedang berkumpul bersama- sama sahabat di Federasi Panjat Tebing Indonesia Kota Batam (FPTI), seorang atlet panjat sempat curhat ke saya. Sebut saja namanya Bunga :D .

 “Bang, seharusnya hari ini aku sebenarnya sudah berada di Lombok untuk urusan kejuaran sport climbing, namun apalah daya, luka di jari tangan ini belum
Kering betul, padahal aku bela- belain disinar laser ke Singapur beberapa hari yang lalu biar lukanya cepat mengering”. Curhatnya si Bunga.

Teman tersebut baru saja mendapat satu kecelakaan “kecil” pada saat latihan wall climbing. Saat pemanasan sebelum latihan, dia melakukan pull up di tiang gawang futsal di sekitar tempat wall climbing berada. Tapi tiba- tiba saja, entah bagaimana caranya tiang gawang tersebut roboh, dia terjatuh dan tiang tersebut menimpa jari kelingking dan jari manis tangan kanannya. Dua jari tersebut pecah dan terpaksa harus “berkenalan” dengan 7 jahitan di jari manis dan 6 jahitan di jari kelingking. Hal tersebut cukup menjadi suatu penyesalan baginya karena harus merubah rencana hidupnya dan harus kehilangan satu putaran kejuaraan wall climbing di luar daerah.

Jari tangan adalah asset yang sangat berharga bagi seorang pemanjat, sama halnya kaki juga adalah asset yang sangat berharga bagi seorang pendaki.

Saya hanya bisa menghiburnya dengan sebuah cerita dari sebuah kisah yang pernah saya  baca di media elektronik, tentang seorang astronot yang tidak dapat menggapai cita- citanya. Frank Salazak.

Mari kita simak apa cerita dari Frank Salazak tersebut.

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington. Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan! Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center. Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir.

Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara.
Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini?
Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku. Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam? Aku berpaling pada ayahku. Katanya, “Semua terjadi karena suatu alasan.”

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku? Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang. Aku teringat kata-kata ayahku,
“Semua terjadi karena suatu alasan.”

Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini.
Aku memiliki misi lain dalam hidup.
Aku tidak kalah; aku seorang pemenang.
Aku menang karena aku telah kalah.
Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan. - - -

Toh akhirnya hanya Tuhan Yang Maha Tahu yang menentukan hal yang terbaik bagi kita. Kita tidak tahu apa- apa tentang masa depan. Kita hanya bisa menarik hikmah atas suatu musibah yang kita terima. Seandainya jari tangan si pemanjat tidak terluka, mungkin saja dia dapat ikut kejuaraan wall climbing di Lombok, namun mungkin saja di sana bisa saja musibah lebih besar dapat terjadi pada diri si pemanjat. Lagi pula harus disyukuri juga bahwa musibah itu terjadi di kampung sendiri, jadi banyak teman atau saudara bisa membantu. Nah, jika terjadi di negeri orang ??? Bakalan susah sendiri.

Si Bunga jadi terbuka pemikirannya. “Benar juga ya, Bang. Karena sakit ini aku bisa punya banyak waktu luang untuk memikirkan bisnisku. Kamar mandi rumah kos- kosan aku sudah lama perlu perbaikan, motor- motor aku yang aku sewakan juga sudah lama tidak diservis, belum lagi kandang ayam di rumah itu sudah minta diperbaiki. Kemarin ku tinggal ikut kejuaraan di Jawa selama dua bulan, ayam- ayamnya banyak yang mati…”. Nah… Lohhhh…

Kawan- kawan pendaki yang budiman, saya baru saja mengilustrasikan beberapa kejadian di atas dengan satu pencerahan bahwa, di manapun anda berada, Tuhan selalu mengirimkan Malaikat- Malaikat penjaganya untuk anda.

“Malaikat” tersebut mengambil dompetnya yang terjatuh di lampu merah, sehingga si bapak menjadi gagal untuk membawa naik anaknya ke Gunung Merapi, karena bisa saja nantinya anaknya atau mereka berdua dapat musibah di Gunung Merapi.

“Malaikat” itu juga berbentuk tiang gawang futsal saat si atlit panjat terjatuh karenanya, dan  karena itu dia tidak bisa ikut kejuaraan sport climbing di luar daerah, karena mungkin saja di luar daerah sana bisa jadi malah dapat musibah yang lebih besar.

“Malaikat” itu juga berbentuk Christina McAufliffe di dalam kisah Frank Salazak di atas. Dia menggantikan posisi Frank Salazak untuk kemudian menjadi salah satu korban tewas dalam musibah meledaknya pesawat challenger.

Jika ditanya apakah “Malaikat” tersebut juga pernah terjadi pada kehidupan saya ? Ya… Hal itu juga terjadi pada kehidupan saya.

Pada suatu malam Minggu yang cerah, 20 April 2014 yang lalu, saya berkumpul bersama teman- teman pendaki, backpacker dan pemanjat sekota Batam di sebuah angkringan. Sambil bercengkrama kami saling buka gadget untuk melihat harga tiket pesawat dari Kota Batam ke Jakarta dan ke Surabaya. Jika tidak ada aral melintang, minggu depannya saya punya keinginan dan berencana untuk mendaki ke Gunung Gede dan bulan depannya akan ke Gunung Semeru. Aahh, booking tiketnya besoknya saja-lah, mudah- mudahan ada harga promo yang lebih “bersahabat” lagi. Itu saat jam tangan saya menunjukan waktu pukul 23:00 WIB.

Ketentuan dari Tuhan ternyata mendahului keingin saya di pukul 01:00 WIB dini hari. Cuma berselang dua jam saja, saya menjumpai “Malaikat” penjaga saya dalam bentuk jalur yang basah dan licin pada keheningan malam di dalam kawasan sebuah hutan lindung di Kota Batam. Ya, tangan kiri saya patah karena tergelincir pada jalur yang basah dan licin tersebut

Tentu saja saya harus mengubur keinginan saya di Minggu depannya untuk naik ke Gunung Gede, dan membatalkan rencana saya untuk naik ke Gunung Semeru di bulan depannya. Yang menyedihkan saya lagi, kejadian tersebut juga mempunyai “efek domino” terhadap rencana saya untuk naik ke Annapurna Base Camp (ABC) di Nepal pada Bulan November 2014, serta otomatis menghapus segala goresan tinta pena saya di kalender dinding rumah yang telah terlingkari untuk pendakian beberapa gunung lagi di sepanjang Tahun 2014. Miris….

Kadang dalam diam dan keheningan, membuat hati saya selalu saja mempertanyakan musibah ini kepada Tuhan. Kenapa bisa terjadi seperti ini ? Kenapa rencana dan keinginan yang sudah dipersiapkan dari jauh hari bisa berantakan, hanya dalam tempo waktu dua jam setelah melihat- lihat harga tiket di internet, saat dini hari tersebut. Hal ini betul- betul membuat saya berkecil hati. Jauh di dalam hati sana ada perasaan sedih yang tak terhingga, karena rencana saya di Tahun 2014 buyar semua.

Empat bulan setelah itu, Tuhan menjawab pertanyaan saya. Budget tabungan sebesar 1.500 Singapur dolar yang tadinya sudah saya siapkan untuk ke Annapurna di Nepal, saat dikonversi ke rupiah setelah empat bulan berlalu, dapat nilai tukar (rate) yang lumayan bagus, sehingga saya dapat melunasi kredit motor yang baru berjalan 4 bulan hanya dengan 1.200 Singapur dolar saja, sehingga masih tersisa 300 Singapur dolar lagi yang dapat saya jadikan cadangan budget untuk naik gunung di Malaysia.

Jawaban dari Tuhan selanjutnya adalah, dalam masa istirahat dan penyembuhan, saya juga mempunyai banyak waktu luang yang akhirnya saya gunakan untuk menulis. Yups, jika bukan karena musibah tersebut, anda sahabat pendaki yang budiman, tidak akan pernah membaca artikel pertama hingga yang ke 31 ini dari saya. Yaaa,,, artikel yang sedang anda baca ini adalah artikel yang ke 31 dari saya di grup ini.

Jawaban tambahan lainnya dari Tuhan adalah, beberapa tulisan saya dapat menang di tiga kategori lomba menulis yang diadakan oleh salah satu toko penjualan outdoor sport di Surabaya, sehingga Alhamdulillah saya dikirimi tiga buah hadiah, yakni carrier, sleeping bag dan sebuah tenda. Komplit… (tinggal nyari trangia) :D

Karena semua jawaban dari Tuhan itu, saya sudah mulai berani bercanda dengan Tuhan, “Ya Tuhanku, kenapa hanya untuk mendapatkan tenda, carrier dan sleeping bag gratis, harus pakai acara patah tanganku terlebih dahulu ya Tuhan ??? Jangan- jangan untuk mendapatkan trangia gratis juga harus pakai acara patah bagian tubuh yang lainnya, xixixixixi…. Tobat Tuhan…. Gak mau lagi ngerasain sakitnya…”

Sahabat pendaki yang budiman, saat anda terkena kemacetan di jalan raya, itu adalah para “Malaikat” anda yang membuat anda terlambat  untuk masuk bekerja, hanya untuk suatu maksud. Jangan jengkel karenanya… Saat anda menjumpai kendaraan yang menyalip anda di jalan raya, itulah “Malaikat” anda untuk suatu tujuan. Jangan marah karenanya…. Saat anda di PHK dari suatu pekerjaan, bos yang mem-PHK anda adalah “Malaikat” anda, dia baru saja menjadikan anda seorang pengusaha. Tersenyumlah sahabat pendaki. La Tahzan… 

Nah, sahabat pendaki, sudahkah anda menjumpai Malaikat anda hari ini ?

Salam satu jiwa.

* * * *  *

Tuhan sendiri meletuskan Gunung Api Purba di Sumatera Utara agar Danau Toba tercipta dan kita dapat berlayar di atasnya. Tuhan meletuskan Gunung Samalas agar Danau Segara Anak mempesona mata kita. Tuhan juga meletuskan Gunung Krakatau agar Anak Krakatau lahir cantik dan indah setelahnya.

Bahkan Tuhan tetap saja memberikan keindahan setelah  memberikan musibah dan bencana yang maha dahsyat, agar kita dapat menikmati keindahan itu saat ini.

Keindahan itu dapat muncul dari suatu bencana. Semua akan indah pada akhirnya.

Semoga jiwamu tercerahkan.

*B4MS*

* * * *  *

Bams mengajak untuk :
 “GUNAKAN HATI SAAT MENDAKI”

No comments:

Post a Comment