Wednesday, January 20, 2016

PENDAKI DAN KOTAK NURANI

Pendaki yang punya nurani pasti baca…

By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #28

Beberapa waktu yang lalu Saya mendengar dan melihat salah satu berita di televisi tentang seorang pedagang bensin eceran yang mencoba menerapkan tentang “arti sebuah kejujuran”. Maaf karena tempat daerah dan waktu serta nama stasiun tv bersama pelakunya kebetulan sudah Saya lupakan.


Caranya sangat simple dan sangat unik sekali, yakni dengan meletakan botol- botol bensin yang dijualnya agak sedikit ke tengah jalan dan meletakan papan di atas rak bensin tersebut. Papan tersebut bertuliskan “Rp. 9.000,- perbotol. Ambil sendiri dan bayar sendiri kejujuran anda”. Di sebelahnya sudah tersedia satu kaleng kosong untuk tempat meletakan uang dari pembeli bensin yang mengambil botol bensin tersebut.

Dalam satu wawancara dengan reporter tv tersebut, si penjual ditanya apakah dia tidak mengalami kerugian dengan cara berjualan seperti itu? Atau adakah orang yang mengambil bensinnya namun tidak membayar?

Jawabannya luar biasa… Ternyata sebagian besar orang membayar apa yang telah diambilnya dari rak bensin. Jika adapun yang tidak membayar, si bapak penjual bensin sudah mengikhlaskannya karena pasti orang tersebut memang sedang tidak mempunyai uang.

Yang lebih luar biasanya lagi, kadang- kadang hasil jualan bensin tersebut bisa berlebih. Hal ini karena ada beberapa pembeli bensin yang tidak mau mengambil kembalian sisa Rp. 1.000,- sebagai sisa pembelian bensin perbotol Rp. 9.000,- tersebut.

Ternyata menjual “sesuatu” dengan “menggelitik” rasa kejujuran seseorang itu juga dapat menguntungkan. Kejujuran adalah salah satu sifat dasar dari manusia yang sangat sulit untuk diabaikan di dalam relung terdalam hati kita.

Pada salah satu penerbangan menggunakan salah satu maskapai penerbangan dalam negeri di Tahun 2009 yang lalu, seperti biasa Saya suka membaca majalah yang terselip di belakang bangku penumpang yang ada di depan Saya. Selain majalah- majalah yang ada di pesawat tersebut menyajikan gambar- gambar pemandangan yang bagus, cerita- cerita perjalanan yang ada di majalah tersebut juga luar biasa, setidaknya membuat Saya ingin mengunjungi tempata- tempat yang ada di majalah tersebut.

Satu cerita perjalanan yang tidak pernah Saya lupakan dari majalah tersebut adalah cerita perjalanan hiking seorang traveler Indonesia yang pergi melancong ke luar negeri, di salah satu Negara di Eropa (maaf Saya lupa nama Negara dan desa yang dikunjunginya) . Si pelancong melakukan trekking/ hiking ke desa- desa Negara tersebut yang jarak antara desa satu dengan desa lainnya harus ditempuh dengan melalui jalan setapak di perbukitan.

Yang sangat menarik bagi Saya adalah, di pertengahan jalan di atas bukit antar desa tersebut terdapat sebuah kotak (di daerah kita mungkin disebut dengan celengan) yang berisi uang. Kotak tersebut diletakan di tengah jalan, jauh di bukit, dan tidak terkunci, serta tanpa penjagaan sama sekali. Pada bagian sisi depan kotak tertulis kata- kata yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, kira- kita berarti ; “AMBIL SEKEDAR YANG ANDA BUTUHKAN, TINGGALKAN SEBANYAK YANG ANDA IKHLASKAN”. Singkat, dalam……

Rupanya kotak tersebut memang sengaja ditujukan untuk para musafir (traveler), para pengembara, para backpacker yang melewati jalan tersebut. Mereka kadangkala kekurangan uang untuk hanya sekedar membeli roti untuk makan di desa terdekat. Di kotak itulah mereka mengambil uang secukupnya untuk membeli makanan. Jika ada pengembara atau backpacker yang berkantung tebal atau sedikit mempunyai kelebihan materi melewati kotak tersebut, mereka menyisihkan sebagian uang mereka untuk mereka masukan ke kotak tersebut.

Menurut Saya, ini adalah system yang sangat luar biasa, di mana setiap orang berlandaskan kepada kejujuran di dalam hati nurani mereka yang paling dalam, membentuk suatu mekanisme saling bantu untuk mempertahankan hidup demi kemanusiaan.

Pertanyaannya adalah, mengapa kotak tersebut diletakan di atas bukit, di jalan yang sepi ?. Bukankah bisa diletakan di pasar desa, ditengah pemukiman ?. Ternyata hal ini untuk saling menjaga bagi si pemberi dan si pengambil uang di kotak tersebut.

Dengan tidak adanya yang melihat transaksi “memberi” dan “mengambil” di kotak tersebut, karena letaknya memang di atas bukit, di tempat yang sepi. Bagi si pemberi untuk menghindari kebanggaan (Riya’) dan bagi si pengambil untuk menghindarinya dari rasa malu karena meminta- minta. Sementara si pengambil bukanlah orang yang miskin, namun pada saat itu dia “mungkin” hanya sedang tidak membawa uang cash.

Pernah terbersit di pikiran Saya, mungkin di imajinasi Saya, bagaimana jika misalnya system “KOTAK AMAL” ini Saya lebih suka menyebutnya “KOTAK NURANI”) diterapkan di jalur gunung- gunung di Indonesia. Para pendaki di Indonesia bukan semuanya orang yang berkecukupan. Bahkan pendaki yang berkecukupan pun mungkin pada suatu saat butuh pertolongan dari kotak amal tersebut. Misal, si pendaki kehilangan dompet atau uangnya, atau pendaki tersebut kecurian bawaannya di gunung seperti salah satu status kawan pendaki yang kecurian di Gunung Prau beberapa waktu yang lalu, sehingga untuk makan pun dia sudah tidak memiliki gas atau logistik lagi. Tentunya dia akan terbantu dengan kotak amal tersebut dan menyelamatkan harga dirinya dari pada mengemis atau meminta- minta kepada pendaki lainnya.

Dalam perkembangannya, imajinasi Saya lebih jauh lagi berandai- andai, bahwa KOTAK NURANI tersebut mungkin jangan diisi uang, bisa jadi “mental” pendaki kita belum siap dengan adanya uang yang banyak tanpa penjagaan. Jika bukan pendaki, masyarakat di sekitar gunung mungkin yang belum siap dengan uang banyak yang tanpa penjagaan tersebut. Hmmmmm,,, bagaimana dengan diisi dengan bahan makanan saja oleh pendaki yang berkelebihan? Dari pada bahan makanan sisa tersebut di bawa pulang kembali. Mungkin mie bungkus, gas sisa, beras, makanan kaleng ? Bisa juga sih…

Tapi kembali lagi kepada pertanyaan, “Apakah pendaki kita sudah siap dengan system  “AMBIL SEKEDAR YANG ANDA BUTUHKAN, TINGGALKAN SEBANYAK YANG ANDA IKHLASKAN” ???

Aaahhh, pendaki yang punya nurani pasti bisa menjawab pertanyaan itu…


Salam satu jiwa

* * * *  *
“AMBIL SEKEDAR YANG ANDA BUTUHKAN, TINGGALKAN SEBANYAK YANG ANDA IKHLASKAN” ???

Semoga jiwamu tercerahkan.

*B4MS*

* * * *  *

Bams mengajak untuk :

“GUNAKAN HATI SAAT MENDAKI”



BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment