Sunday, February 3, 2019

Mengintip Kesahajaan Rumah Betang, Rumah Adat Suku Dayak Udamun


Rumah adat Suku Dayak biasanya dikenal dengan sebutan Rumah Betang. Kali ini saya berkesempatan untuk melakukan perjalanan ke pedalaman Kalimantan Barat dan mengintip kesahajaan yang mengiringi aura Rumah Betang ini, langsung di salah satu perkampungan Suku Dayak di pedalaman Kalimantan Barat, tepatnya Rumah Betang Suku Dayak Udanum. Suku Dayak yang mendiami Dusun Rantau Malam, yang dapat dicapai dengan perjalanan selama tiga hari dua malam dari Kota Pontianak, Ibu kota Kalimantan Barat.

Rumah Betang Suku Dayak Udamun di Dusun Rantau Malam  ini merupakan salah satu rumah adat Suku Dayak tertua yang masih ada di Kalimantan Barat, dan yang masih dihuni oleh Suku Dayak Udamun.


Rumah Betang di Dusun Rantau Malam ini sudah berusia lebih dari 100 tahun. Tiang-tiang utamanya menggunakan kayu ulin, atau disebut juga dengan kayu bulian atau kayu besi (Eusiderroxylon zwageri), merupakan jenis kayu hutan tropika basah yang tumbuh secara alami di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Karena kekuatan kayu ini sudah tidak diragukan lagi, kayu ulin ini dijadikan tiang utama Rumah Betang oleh suku Dayak Udamun. 
Tiang Rumah Betang dari Kayu Ulin.

Rumah Betang ini terletak tepat beberapa meter dari pinggir sungai. Rumah adat ini juga dibangun menghadap ke  arah sungai. Hal ini untuk memudahkan para penghuninya dalam berinteraksi dan mengambil segala kebutuhan yang berhubungan dengan air. Misalnya mandi, mencuci, dan mencari lauk dengan menangkap ikan di sungai.

Rumah Betang ini berbentuk rumah panggung dengan ketinggian lantai sekitar kurang lebih 2 m. Untuk menaiki Rumah Betang, kita harus melalui tangga khas suku dayak yang terbuat dari sebatang pohon kayu yang dibentuk dengan pahatan menjadi sepotong tangga berundak khas Suku Dayak, serta disandarkan miring pada bangunan. Sesampai di atas Rumah Betang, kita akan menjumpai beranda memanjang dengan lebar sekitar 3m. Di beranda memanjang itulah berjejer pintu-pintu kamar  berderat memanjang sebagai jalan masuk bagi para penghuninya.
 Bagian depan Rumah Betang.

Menurut salah seorang tetua Suku Dayak Udamun, Bapak  E. D. Otong, dahulunya Rumah Betang ini mempunyai sebanyak  32 kamar. Semua orang - satu suku - tinggal di Rumah Betang ini. Orang tua kadangkala tidak rela dan tidak mengizinkan anak-anak mereka untuk pindah keluar dari Rumah Betang, karena orang tua mengasihi dan menyayangi anak-anak dan cucu-cucu mereka, dan ingin selalu berdekatan dengan mereka semua. Saat mendapatkan hewan hasil buruan dari hutanpun, daging hewan buruan itu selalu dibagi rata ke masing-masing pintu kamar tempat anak-anaknya berdiam. Maka tak jarang, sampai si anak sudah memiliki buah hatipun, masih tetap tinggal bersama di Rumah Betang.

Seperti yang dilakoni oleh Pak Lasa. Beliau salah satu penghuni yang menempati satu kamar di Rumah Betang bersama seorang istri dan dua orang anaknya yang berumur 5 dan 3 tahun. Di kamar berukuran sekitar 3 x 6 meter di Rumah Betang inilah beliau berdiam dengan keluarga kecilnya. Kamar itu disekat menjadi dua ruangan, sehingga salah satu sekat di bagian depan dapat dijadikan ruang tidur, dan sisa di bagian belakang menjadi dapur.

Bagian belakang Rumah Betang.

Namun seiring berjalannya waktu, satu persatu penghuni kamar Rumah Betang ini yang sudah dapat mandiri, mulai pindah keluar dari Rumah Betang. Mereka yang sudah mandiri tersebut membuat dan membangun rumah baru lagi untuk keluarga mereka. Jadilah dari 32 kamar yang ada di Rumah Betang, saat ini hanya ada tersisa 11 kamar saja yang masih utuh dan masih ditempati.

Tidak menutup kemungkinan, dikemudian hari nanti, yang 11 kamar tersebut bisa berkurang lagi menjadi 7, lalu menjadi 3, dan kemudian menjadi hanya 1 kamar saja, untuk kemudian mungkin saja hilang, seiring berpulangnya orang tua yang mengasihi dan menyayangi anak-anak mereka yang pernah tinggal dan mendapatkan pembagian daging hasil buruan di Rumah Betang.

Bagaimanapun, Rumah Betang adalah wujud kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Tempat mereka mendidik menyiapkan anak-anak sebelum mereka mandiri dan siap untuk membangun keluarga mereka dan tinggal di rumah mereka sendiri.  
Tangga naik ke Rumah Betang.

Kamu tertarik untuk menyelami budaya Suku Dayak Udanum di Kalimantan Barat? Nih kita kasih rute bagaimana cara mencapai dusun ini.

Dari Kota Pontianak yang terkenal dengan Tugu Khatulistiwanya, kamu bisa menggunakan jasa taksi untuk menuju pusat Kota Pontianak dan minta diturunkan di loket bus Damri. Beli tiket Damri menuju ke Kota Nanga Pinoh di Kabupaten Melawi yang dapat ditempuh semalaman perjalanan dari Pontianak. Bus Damri dari Pontianak ke Kota Pinoh dengan trip paling akhir berangkat pada pukul 19:00 WIB, dan biasanya sudah memasuki terminal bus di Pinoh sekitar pukul 4:00 WIB, dengan satu kali berhenti di jalan untuk beristirahat bagi supir dan penumpang.

Dari stasiun bus Kota Pinoh, kita dapat menggunakan jasa ojek menuju tepian Sungai Pinoh. Di tepian Sungai Pinoh ini terdapat pelabuhan speedboat yang nantinya akan membawa kita menuju Nanga Serawai, sebuah kota kecamatan yang berada di tanjung daratan yang dibentuk oleh kelokan Sungai Melawi, di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Perjalanan dengan menggunakan speedboat kecil berkapasitas 6 orang ini akan menempuh jarak sekitar 200 km dengan waktu tempuh rata-rata 5-6 jam, dengan sekali berhenti di daerah Nanga Nua untuk makan siang di atas rumah makan terapung di tepian Sungai Melawi.
Pemandangan ke  arah depan Rumah Betang.

Sesampainya di Nanga Serawai, kita harus bermalam dahulu di sini, karena tidak ada kelotok (perahu) yang berlayar sore atau malam hari ke Dusun Rantau Malam. Terdapat beberapa penginapan di Nanga Serawai dengan pilihan budget 40 ribu sampai 200 ribu rupiah semalam. Keesokan paginya, dengan menggunakan kelotok yang biasanya berkapasitas 10-20 orang, kita dapat melanjutkan perjalanan ke Dusun Rantau Malam dengan menyusuri dan menentang aliran sungai yang berkelok-kelok selama kurang lebih 4-5 jam, untuk kemudian dapat menjejakan kaki di Dusun Rantau Malam.

Jangan khawatir perjalanan ini akan membuat kamu bosan, karena rimba belantara Kalimantan punya mantra tersendiri untuk membunuh kebosanan itu.

Bams @2019

No comments:

Post a Comment