By : Bams Nektar
Dari kamar mandi
Inspirasi bagi Pendaki #09
Hari ini
Tanggal 24 Mei Tahun 2104. Suhu 25 derajat celcius, elevasi 3.073 mdpl. Hari
ini tepat 90 tahun yang lalu Kakek menginjakan kakinya di Puncak Kerinci, atap
Sumatera. Pendakianku ke sini juga untuk memperingati dan dalam rangka napak
tilas pendakian Kakek tersebut. Suhu terasa agak hangat, Ayah pernah bilang,
menurut cerita Kakek, 90 Tahun yang lalu, Shelter Dua bersuhu sekitar 10
derajat celcius. Huuuh,,,, lubang ozon bagian mana lagi yang terbuka??? Efek
rumah kaca ???
Sebelumnya, 29
tahun yang lalu, Ayah juga sudah menginjakan kakinya di atap Sumatera ini.
Pendakian yang telah Ayah lakukan itu juga adalah napak tilas untuk perjalanan Kakek, serta
untuk menemukan pesan Kakek. Tepatnya ada pesan khusus yang diletakan oleh
Kakek di dalam sebuah botol yang dikuburkan di dalam tanah, di Shelter Dua
Gunung Kerinci. Pesan itu juga disampaikan oleh Ayah kepadaku, yang membuat Aku
penasaran sekaligus membuat Aku bersemangat untuk mencapai Puncak Kerinci ini.
Darah
pendaki ini sudah mengalir di tiga
generasi, dan mengental di tubuhku. Sudah tiga generasi, dan Aku juga mengikuti
alurnya. Selalu dimulai dengan Rinjani, Semeru dan Kerinci. Setelah itu ke arah
Timur. “Arah Kehidupan”, begitu kata Ayah, yang Aku yakin kata- kata itu
bersumber dari Kakek yang terobsesi menjadi Seven Summiter Indonesia.
90 tahun telah
berlalu. Terlalu banyak perbedaan dan perubahan yang terjadi dalam kurun waktu
ini. Semua terlihat begitu berbeda, setidaknya itu yang Aku tangkap dari foto-
foto di album perjalanan pendakian yang telah dilakukan oleh Kakek. Begitu
kentara…. Patung macan yang ada di foto Kakek sudah tidak Aku jumpai lagi di
Kersik Tuo. Sudah berganti dengan gapura setinggi 20 meter, berwarna biru, yang
di kedua sisinya adalah bangunan megah yang tembus pandang dengan kaca tebal
bening tempat pendaftaran bagi para pendaki. Di seberangnya ??? Sebuah gedung
mall bertingkat tujuh tinggi menjulang. Konon dulunya di sana adalah barisan
rumah penduduk dan home stay bagi para pendaki.
Dari pos
pendaftaran ini sudah tersedia beberapa mobil dinding terbuka yang akan
mengantarkan para pendaki langsung ke Pintu Rimba. Secara, di foto Kakek,
pendaki masih harus berjalan kaki menuju R.10 dan Pintu Rimba melalui jalan
berbatu. Demikian juga Pintu Rimba, di foto Kakek hanyalah ada gapura setinggi
2 meter yang penuh coretan para pendaki yang tidak bertanggung jawab, kumuh.
Kini Pintu Rimba adalah sebuah bangunan besar bertingkat dua yang megah, yang
lantai duanya adalah tempat pendaki memulai untuk pendakiannya menuju Shelter
Dua, dengan menggunakan kereta gantung… Yah,,, dengan kereta gantung berwarna
kuning…
Ayah pernah
bercerita sewaktu Aku masih kecil, katanya butuh waktu sekitar 5 sampai 6 jam
mendaki dari Pintu Rimba menuju Shelter Dua non stop, melewati hutan hujan
tropis dengan suara burung yang berkicauan di sekitar para pendaki. Tak
ketinggalan suara monyet atau siamang yang bermain di lebatnya pepohonan. Namun
hal itu tidak Aku temui kemarin dalam perjalanan dari Pintu Rimba ke Shelter
Dua yang menghabiskan waktu hanya 20 menit dengan kereta gantung itu.
Dari atas
kereta gantung, sangat jelas terlihat, tidak ada burung, tidak ada monyet.
Hutan yang dulunya diceritakan Ayah sudah berganti dengan kebun dan tanaman
rakyat sampai ke Shelter Satu, setidaknya itu nama yang tertulis di stasiun
pemberhentian kereta gantung yang Aku naiki, yang tiba- tiba berhenti karena
ada beberapa pendaki yang akan ikut naik dari Shelter Satu ke Shelter Dua.
Mereka menginap di Home Stay yang banyak bertebaran di Shelter Satu ini… Home
stay di Shelter Satu Gunung Kerinci…!!! Mungkin Kakek dan Ayah tidak pernah
membayangkan hal ini sebelumnya… Dan itu lengkap dengan kamar mandinya yang
memakai water heater… Beberapa kedai makanan dan gerai cendera mata turut juga
melengkapinya.
Shelter Dua
adalah bangunan bertiang, berukuran 10 x 10 meter, tempat kereta gantung
mengakhiri perjalanannya. Tempat pendakian dengan berjalan kaki dimulai.
Dimulai dengan menaiki jalur tangga yang konon katanya berjumlah 1.500 undakan
menuju ke Shelter Tiga. Sementara di foto Kakek, jalur ini dulu sepertinya
jalur lutut ketemu dengkul… Butuh menaiki anak tangga berpagar besi di kiri
kanannya sejumlah 1.100 undakan lagi jika ingin mencapai Tugu Yudha dari
Shelter Tiga.
Dahulunya di
foto Kakek, jalurmenuju Tugu Yudha ini adalah parit berpasir sebagai jalur
turunnya air jika hujan yang digunakan para pendaki sebagai jalan setapak
menuju puncak, yang di kiri kanannya adalah jurang. Ingin menggapai puncak? Tidak
terlalu sulit,,, ada undakan anak tangga sejumlah 474 dari Tugu Yudha menuju
Puncak Kerinci. Ayah pernah cerita, beliau dulu melangkah di bebatuan dari Tugu
Yudha ke Puncak Kerinci, dan itu adalah 525 langkah yang melelahkan…
Aku kembali
teringat apa yang menjadi tujuanku di Shelter Dua ini. Pesan Ayah jelas,,, “Cari
pohon Cantigi terbesar di Shelter Dua, gali tanah yang menghadap ke arah Barat,
tepat di bawah pohon itu, tidak terlalu dalam, sekitar 20 centi meter. Ada
botol plastik bekas minuman yang ditanam Kakek di sana. Pesan Kakek yang
ditulis di atas kertas ada di dalam botol plastik tersebut.”
Nah,,, itu
dia. Aku sudah menemukannya. Tidak terlalu sulit untuk menemukan pohon yang
disebutkan Ayah. Pohon Cantigi terbesar di Shelter Dua, di sebelahnya ada
plakat peringatan untuk meninggalnya 17 orang pendaki yang terkena gas beracun
Gunung Kerinci. Kisah pilu yang terjadi 11 Tahun yang lalu…
Tidak butuh
waktu lama untuk menggali sedalam 20 centi meter dan menemukan botol plastik yang
tertanam di dalamnya. Dalam fikiranku, apakah ini warisan dari Kakek? Peta
tempat harta karun berada? Aaahh… entahlah… Pelan- pelan kubuka tutup botol plastik
tersebut, membalikannya sehingga gulungan kertas di dalamnya meluncur keluar
dari bibir botol.
Pelan- pelan
kubuka gulungan kertas itu, kertas yang mulai menguning, lembab,,, dan tulisan
tangan Kakek di atasnya. “24 Mei 2014. Sayangku, jika kamu jumpai botol plastik
ini masih utuh, hitung sudah berapa lama ia tertanam. Jangan tinggalkan sampahmu
di gunung”. Di salah satu kolom dalam goresan di kertas tertulis “Plastik keras
(Botol plastik, Tupperware, dll) , masa waktu terurai 50- 80 Tahun”. Aku
terdiam menghitung,,, Ini Tahun 2104,,, berarti,,, ini sudah 90 Tahun
berlalu,,,
Botol di
tanganku ini belum hancur….
Semoga jiwamu
tercerahkan.
Salam satu
jiwa.
* * * * *
Saat kau membunuh waktumu di Alam, hanya waktu yang dapat
membuktikan segalanya. Hanya waktu…
Semoga jiwamu tercerahkan.
*B4MS*
* * * * *
Bams said :
“GUNAKAN HATI SAAT
MENDAKI”
No comments:
Post a Comment