Wednesday, January 21, 2015

AKU BENCI PENDAKI

True story
By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #08

Berdiri di elevasi 2.891 mdpl ini adalah untuk pertama kali Aku rasakan. Pagi ini di seantero Sumatera Barat, Aku dan Abi adalah makhluk paling tinggi di provinsi ini. Paling tidak untuk jangka waktu 30 menit ke depan.

Yah, Aku berada di Puncak Gunung Marapi, gunung api tertinggi di Sumatera Barat. Butuh 4- 5 jam dari Pintu Rimba menuju cadas gunung ini dan bermalam di batas vegetasinya, lalu esok paginya Aku menghabiskan waktu 1 jam lamanya untuk perjalanan summit attack-nya.
Raihan di Marapi

Oh ya, Aku Raihan, dan baru pertama kali ini mendaki gunung. Umurku 9 Tahun dan masih duduk di bangku esde. Pada dasarnya Aku suka kegiatan alam bebas, camping, jelajah pulau, dan panjat tebing,. Bahkan untuk hobby yang terakhir itu, Aku pernah mendapat medali perak di cabang Lead di Kejuaraan Daerah Panjat Tebing kategori kelompok umur sebagai prestasiku.

Semuanya tidak lepas dari pengaruh hobby dari Abi-ku. Beliau juga adalah penggiat alam bebas. Hmmmm,,, untuk hobby-nya itu, Abi lebih suka disebut sebagai “Pencinta Ketinggian”. Beliau tidak mau disebut sebagai “Pencinta Alam”, padahal dulunya Abi pernah menjadi ketua salah satu Kelompok Pencinta Alam di kampungnya.

“Terlalu berat untuk menjadi seorang Pencinta Alam, Nak. Menjadi seorang PA itu bukan hanya kamu menanam pohon, tidak buang sampah sembarangan di gunung dan tidak corat- coret di batu- batu hutan, Nak. Tapi hal itu juga harus kamu praktekan juga pada hidup keseharianmu di kota, Nak”. Begitu alasan Abi sehingga beliau tidak mau disebut sebagai Pencinta Alam.

Aku tertarik mendaki ke Gunung Marapi ini juga karena cerita Abi. Abi bilang di Gunung Marapi ada Bunga Edelweiss, bunga abadi katanya. Yang tidak pernah layu walaupun tidak tumbuh ditanah, walaupun tidak ditaruh di air vas bunga. “Bunga Edelweiss tersebut tumbuh liar berserakan di cadas Gunung Marapi  dan di sepanjang jalur cadas ke puncak Gunung Marapi”. Kata Abi.

Aku jadi penasaran jadinya ingin melihat dan menyentuh seperti apa aslinya wujud bunga tersebut, walaupun Aku sudah melihatnya di foto- foto Abi saat beliau mendaki gunung di Pulau Jawa tahun lalu. Namun tadi pagi saat memulai pendakian dari Cadas Gunung Marapi menuju ke puncak, tidak sebatangpun Bunga Edelweiss yang terlihat.

Aku sudah menanyakannya ke Abi saat kami di Cadas tadi, “Kenapa tidak ada Bunga Edelweiss yang terlihat di sekitar campsite kita di batas vegetasi dan cadas ini, Abi ?. Mas Raihan pingin tahu bagaimana bentuk asli Bunga Edelweiss”.

“Abi juga heran, padahal 16 Tahun yang lalu saat Abi terakhir mendaki ke sini, Bunga Edelweissnya masih banyak, berserakan di sekitar tempat kita mendirikan tenda semalam. Sepertinya Bunga Edelweiss-nya pada diambilin semua oleh Pendaki yang tidak bertanggung jawab, yang naik ke sini, nih….”. Jawab Abi.

“Ya, udah,,, nanti jika kita ada rezeki lebih, kita naik ke Gunung Gede aja di Jawa. Di sana ada hamparan Bunga Edelweiss yang luas, di Alun- alun Suryakencana”. Tambah Abi untuk membujukku.

Jelas Aku kecewa dalam pendakian ke Gunung Marapi ini. Impianku untuk melihat langsung dan menyentuh langsung Bunga Edelweiss sirna sudah hanya karena ulah oknum Pendaki yang tidak bertanggung jawab.

Di sini, pagi ini, duduk di elevasi 2.891 mdpl, Aku hanya bisa berucap lirih kepada Abi. “Mas Raihan benci Pendaki….”.

Awan yang ku tatap di bawah kamipun semakin menggumpal. Ada belaian lembut di kepalaku. Belaian tangan seorang Pendaki….

* * * *  *
Gunung adalah museum bagi pendaki, saat isinya menjadi kosong dan tidak ada yang tersisa lagi, maka ia adalah plaza yang isinya telah diborong oleh pelanggan….

Semoga jiwamu tercerahkan.

*B4MS*


* * * *  *




BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment