By : Bams Nektar
Ide dari seorang Pendaki
Inspirasi bagi Pendaki #14
Tidak
dipungkiri lagi oleh manusia, bahwa warna hijau dan warna biru adalah warna
yang mendominasi di Bumi ini sejak dahulu kala. Semua pasti sudah memahami akan
realitas tersebut. Warna biru mewakili persentase 71,11 % luasnya permukaan
air, dan 28,88 % warna hijau yang mewakili permukaan daratan yang masih
ditutupi hutan belantara pada masa itu.
Seiring
berjalannya waktu, warna- warna tersebut jumlahnya terus berkurang. Terutama
untuk warna hijau yang terus menerus tergerus oleh peradaban manusia di muka
Bumi ini dan juga oleh perubahan iklim. Perluasan dan pembangunan habitat
manusia dan eksplorasi sumber daya alam untuk kepentingan ras manusia
menciptakan warna baru di permukaan Bumi ini merujuk kepada pencitraan satelit.
Kota
adalah luasan yang rata- rata berwarna kelabu di permukaan Bumi, sedang hutan
rimba yang mengelilingi kota tetap pada warnanya, yakni hijau. Warna kekuningan
atau kecoklatan biasanya mengacu kepada wilayah kering atau wilayah gurun pasir
di permukaan Bumi pada saat ini.
Bagaimana
dengan Indonesia? Negara tempat kita berada… Luas hutan Indonesia
sebesar 99,6 juta hektar atau 52,3% luas wilayah Indonesia (data : Buku
Statistik Kehutanan Indonesia Kemenhut 2011 yang dipublikasi pada bulan Juli
2012). Hal yang sama juga ditulis
melalui Wikipedia.org, bahwa luas hutan Indonesia terus menciut, Luas Penetapan
Kawasan Hutan oleh Departemen Kehutanan Tahun Luas (Hektar) 1950 162,0 juta
1992 118,7 juta 2003 110,0 juta 2005 93,92 juta. Data tersebut bersumber dari
Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.
Melalui
foto citra satelit juga dapat dilihat bahwa warna hijau wajah asli negeri kita
sekarang mulai berganti ke warna lainnya. Hijaunya alam
Indonesia kian hari kian menyusut akibat pemanfaatan hutan yang tak terkendali.
Laju deforestasi hutan Indonesia mencapai 610.375,92 Ha per tahun (2011) dan
tercatat sebagai tiga terbesar di dunia.
Kita mengintip ke
daerah kita masing- masing kawan,,, Saya mengambil sample hutan di Provinsi
Riau. Sebelum pemekaran Riau-Kepri Tahun 1999, tutupan hutan alam pada tahun 1982 tercatat
seluas 9,2 juta hektare. Data Kementrian Kehutanan menyebutkan hingga tahun 2006
sekitar 26% atau 2,4 juta hektare hutan alam di Provinsi Riau dalam keadaan
kritis. Kini hutan alam Riau hanya
mencapai 850 ribu hectare saja. Jaringan
Kerja Penyelamatan Hutan (Jikalahari) memprediksi pada 2015 hutan alam Riau
hanya tinggal seluas 6% dari yang kini tinggal seluas 860 ribu hektare.
Kondisi serupa
ini juga terjadi secara nasional, kawan… Di mana dari 120,3 juta Ha hutan di
Indonesia, dan 59 juta Ha dalam keadaan rusak berat, dan Saya yakin hutan di
daerah anda termasuk ke dalam bagian “rusak berat” tersebut.
Satu sample yang
lebih kecil lagi. Kota Batam… Sebagai konsekuensi dari
pesatnya perkembangan industry di kota ini, adalah pesat juga laju pengurangan
luas areal mangrove di Pulau Batam. Hal ini di benarkan oleh Kepala Badan Pengendali
Lingkungan (Bapedal) Daerah Kota Batam, yang dirilis secara resmi di beberapa
harian nasional dan daerah bahwa mangrove Batam yang tersisa hanya 4% saja,
dari 19.9% yang tersedia pada tahun 1990. (Sumber : http://riaupos.co.id , 26/11/2011).
Jika mengacu kepada RTRW Kota Batam tahun 2004
– 2014 bahwa luas Pulau Batam 3.900 km2 atau 390.000 ha, dengan komposisi
daratan 1.040 km2 atau 10.400 Ha, Maka idealnya luas ekosistem mangrove di Kota
Batam sebesar 24,04%. Jadi dapat di komparasikan betapa jauhnya nilai 4% dari
nilai ideal tersebut.
Jelas saja hal ini akan memberikan konsekuensi
terhadap kerawanan dan kerentanan Batam terhadap bahaya abrasi dan dampak
ekologis lainnya. Karena secara ekologis ekosistem mangrove lah yang menjadi
benteng dan tameng dari semua organisme yang hidup di darat terhadap hempasan
dan terjangan gelombang arus lautan ke daratan.
Seperti yang di sampaikan oleh Bengen (2001),
bahwa mangrove memiliki peran yang sangat penting. Mangrove mempunyai berbagai
fungsi. Fungsi fisiknya yaitu untuk menjaga kondisi pantai agar tetap stabil,
melindungi tebing pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya abrasi dan
intrusi air laut, serta sebagai perangkap zat pencemar.
Kerawanan ini di beberapa tempat di Batam sudah
dapat di rasakan. Seperti di Batumerah, Tanjungriau, Sagulung, Tanjunguncang,
dan beberapa tempat lainnya yang sudah mengalami abrasi, meskipun dengan luas
yang masih sedikit.
Disamping secara ekologis, mangrove juga
memiliki fungsi biologis sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting untuk
hidup dan mencari makan. (Noor et al, 1999).
Mangrove juga mengangkut nutrien dan detritus
ke perairan pantai sehingga produksi primer perairan di sekitar mangrove cukup
tinggi dan penting bagi kesuburan perairan. Dedaunan, ranting, bunga, dan buah
dari tanaman mangrove yang mati dimanfaatkan oleh makrofauna, misalnya kepiting
sesarmid, kemudian didekomposisi oleh berbagai jenis mikroba yang melekat di
dasar mangrove dan secara bersama-sama membentuk rantai makanan. Detritus
selanjutnya dimanfaatkan oleh hewan akuatik yang mempunyai tingkatan lebih
tinggi seperti bivalvia, gastropoda, berbagai jenis juvenil ikan dan udang,
serta kepiting (Andrew, 1990).
Hal ini akan memberikan berkah bagi sumber
penghidupan masyarakat di pesisir yang mayoritas adalah nelayan. Salah satu
studi kasus adalah masyarakat nelayan di sepanjang Selat Bulang. (Pulau Buluh
dan sekitarnya). Beberapa orang masyarakat disitu menyampaikan bahwa, dahulu
sebelum daerah mereka dibangun untuk kawasan industri (galangan kapal dan
lain-lain), daerah mereka merupakan daerah sumber penghasil ikan dan komoditas
perikanan terkemuka di Batam. Dan bahkan mereka sanggup untuk mensuplai
kebutuhan ikan, udang, kepiting dan kerang ke negara tetangga Singapura. Namun
kondisi sekarang, di sepanjang Selat Bulang tersebut untuk memancing satu ekor
ikan saja sudah susah. Dan mungkin jika dikaji lebih jauh, maka sangat banyak
dampak besar dan penting yang akan timbul dari semakin berkurangnya luasan
ekosistem mengrove ini.
Tidak heran
kawan, dari hari ke hari, warna hijau di negeri kita, dan di planet kita akan
terus menghilang, padahal warna hijau dalam psikologi warna menurut Kaina dalam
buku “Colour Therapy”, warna juga memiliki pengaruh terhadap psikologi,
emosi serta cara bertindak manusia, yang antara lain sebagai berikut : Warna
menciptakan daya tarik manusia sehingga semakin bergairah terhadap suatu hal. Permainan
warna dapat mempengaruhi emosi seseorang. Penggunaan warna yang tepat dapat
memberikan ketenangan, konsentrasi, kesan gembira, serta membangkitkan energi
yang membuat seorang menjadi aktif dalam melakukan kegiatannya. Sebagai salah
satu alat bantu komunikasi non verbal yang bisa mengungkapkan pesan secara
instan dan mudah diserap makna nya.
Dijabarkan juga bahwa warna hijau
merupakan warna yang berkaitan dengan alam. Hal ini dikarenakan warna pepohonan
yang hijau. Hijau dianggap sebagai warna yang memberikan efek ketenangan,
rileksasi, kemudahan, dan sarana penyeimbang emosi seseorang.
Tidak terbayangkan jika warna hijau
di negeri kita, di hutan dan gunung kita, di sepanjang jalur pendakian kita
mulai pudar warnanya. Mungkin menjadi warna kuning karena kekeringan dan
gersang (kuning memberikan efek kewaspadaan dan ketegasan), lalu menjadi warna
merah karena kebakaran (merah mengacu kepada energy, kehangatan, cinta, nafsu
dan agresi. Biasanya dapat memicu tingkat emosional seseorang) , dan akhirnya
menjadi warna hitam karena semua yang musnah telah menjadi abu (hitam mengacu
kepada elit, anggun dan teguh. Namun warna hitam juga memberikan kesan negatif
seperti kehampaan, ketakutan, kesedihan, putus asa, dosa, dan identik dengan
warna kematian).
Jangan biarkan hijaunya jalur kita
berubah warna menjadi hitam kawan…!!! Menjadi warna yang membuat kita penuh
rasa kesedihan dan kehampaan yang membuat kita berputus asa dan perlahan,,,
kematian adalah ujung segala jawaban.
Satu pohon yang kamu tanam, akan
menghilangkan satu noktah hitam di peta
kotamu.
* * * * *
Saya hanya
takut bahwa warna hijau suatu masa nanti hanya akan Saya jumpai pada crayon,
spidol dan cat di dinding, sedang benda yang berbentuk daun sudah tidak
memiliki warna itu lagi.
Semoga jiwamu
tercerahkan.
*B4MS*
* * * * *
Bams mengajak
untuk :
“GUNAKAN HATI SAAT MENDAKI”
No comments:
Post a Comment