Yang suka berbagi, pasti baca tulisan ini…
By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #21
Dalam
sebuah perjalanan pendakian ke Gunung Nuang di Selangor, Malaysia, pada Bulan
Oktober 2013 yang lalu, satu informasi berharga Saya dapatkan dari pendaki
negeri tetangga yang kebetulan berprofesi sebagai seorang dokter.
Awalnya
adalah karena teman seperjalanan saya yang sama- sama berangkat dari Batam, di
awal perjalanan memasuki hutan Gunung Nuang tiba- tiba mendapat salam selamat
datang dari seekor pacet di betis kaki kanannya. Saya yang kebetulan membawa
obat repellent nyamuk cair dalam bentuk spray, menyemprotkan cairan tersebut
langsung ke pacet yang tengah asik menghisap darah tersebut. Sudah dapat
ditebak, pacet tersebut langsung melepaskan gigitannya dari kulit betis teman
tersebut, dan mati.
Sewaktu
beristirahat di Pos Satu Gunung Nuang, dari obrolan dengan dokter pendaki
Malaysia tersebut, ternyata beliau menggunakan dettol cair yang ditempatkan
dalam wadah hand sprayer kecil, lalu disemprotkan ke bagian luar sepatu, kaus kaki dan sekitar area yang kira-
kira akan didatangi oleh pacet. Dijamin, tidak ada pacet yang mendekat. Jika
ada pacet yang nekat, dia akan langsung mati terkena residu dari dettol cair
tersebut. Ini adalah informasi berharga bagi Saya yang selama ini tahunya hanya
dengan air tembakau dan cairan penolak nyamuk saja yang mampu menghalau
serangan pacet. Setidaknya khasanah pengetahuan Saya bertambah sebagai penambah
alternative lain material penghalau pacet.
Dalam
salah satu kesempatan lainnya, Saya pernah beriringan jalan dengan seorang
pendaki yang Saya lihat sedikit kepayahan dalam memanggul carriernya. Setelah
Saya perhatikan, ternyata ada yang salah dengan cara setting tali pundak
carriernya. Dengan cara halus Saya mencoba memberikan sedikit informasi kepada
teman tersebut, bagaimana sebaiknya barang- barang di packing di dalam carrier
dan bagaimana cara terbaik untuk mensetting tali di pundak carriernya. Mudah-
mudahan informasi tersebut berguna dan dapat diterapkan olehnya sehingga
menjadi ladang pahala bagi Saya. Bukankah ilmu yang bermanfaat itu pahalanya
akan terus mengalir walaupun kita sudah terbaring di liang kubur ?.
Bagi Saya pribadi, berjumpa teman sejalur
adalah kesempatan yang sangat berharga. Ini adalah kesempatan untuk “mencuri”.
Yaa,,, ada ilmu yang mungkin belum Saya tahu, teknik yang belum Saya mengerti,
yang dapat diajarkan kepada Saya, atau yang dapat Saya “curi”. Bukankah ilmu
itu jikalau dicuri juga tidak akan pernah habis? Selain itu berjumpa teman
sejalur adalah ladang amal bagi Saya untuk sekedar menyampaikan sedikit trik
pendakian, atau trik tentang survival kepada teman tersebut.
Kadangkala jika malam tiba, di depan api
unggun adalah kesempatan yang baik untuk berdiskusi masalah yang lebih luas
lagi. Biasanya topik yang Saya coba singgung adalah tentang religi, antariksa,
dan biologi. Kadangkala juga topic yang sedang ngetren pada saat itu, politik,
seni dan budaya. Sayangnya ada kelemahan dalam diskusi di depan api unggun ini,
yakni kawan- kawan Pendaki dapat hanyut ke dalam masalah,,,, curhat…
hadeeehhh….
Kawan
pendaki, kesempatan ini adalah kesempatan langka yang kadangkala menjumpainya
kita harus menunggu beberapa bulan. Kesempatan di mana para Pendaki berkumpul
bersama. Sudah seharusnya kesempatan seperti ini kita gunakan untuk saling
berbagi, menambah ilmu kita tentang kegiatan alam bebas. Kadangkala ada “take
and give” di sini. Jangan simpan ilmu mu kawan, ingat,,,,, menyembunyikan ilmu
itu zalim.
Teman-
teman sejalur inilah yang harus kita “manfaatkan”. Kita manfaatkan untuk arti
yang positif, untuk menimba ilmu atau trik atau juga informasi lainnya. Jangan
memanfaatkan kawan sejalur karena logistiknya saja yaahhh….. Sengaja mendaki
dengan peralatan dan logistik seadanya dengan harapan nanti di jalur dapat
memanfaatkan kebaikan hati pendaki lainnya untuk kepentingan perutnya sendiri.
Saya kenal beberapa pendaki yang seperti ini di daerah Saya. Jika dia
melakukannya satu kali mungkin bagi kita tidak menjadi masalah. Namun jika
dilakukan berkali- kali…??? Inilah dia pendaki yang disebut Pendaki Gembel.
Ada
satu trik yang paling Saya suka, dan hampir selalu Saya pakai di setiap
pendakian. Trik ini Saya gunakan jika posisi Saya ada di depan sebagai leader
atau di tengah dari grup pendakian. Trik ini
tidak dapat digunakan pada saat posisi kita ada di belakang sebagai
sweeper. Saya lebih suka menyebut trik ini dengan nama “Trik Survival”. Karena
selain yang dibahas memang adalah masalah survival, dan kegunaannya juga untuk “menyelamatkan
martabat” Pendaki Saya di depan pendaki lainnya yang mengiringi langkah Saya,
hihihi….
Kadangkala
karena ngos- ngosan di jalur pendakian yang tidak ketahuan di mana habis ujungnya,
beratnya beban carrier yang rasanya pingin dibuang saja ke jurang sebelah jalur,
dan mungkin juga karena faktor umur,
Saya akan mencuri waktu untuk beristirahat untuk sekedar memenuhi paru- paru
dengan oksigen.
Saat
tiba- tiba Saya berhenti, biasanya pendaki yang berada di belakang saya juga
akan ikut berhenti, biar tidak ketahuan Saya lagi ngos- ngosan, pandangan mata
akan Saya arahkan kepada salah satu jenis daun tumbuhan di tepi jalur. Sebisa
mungkin Saya akan mengernyitkan sedikit kulit kening, menyipitkan mata,
menseriuskan mimik wajah, dan berkata ke pendaki di belakang Saya, “Kamu tahu
daun apa ini? Sepertinya daun tumbuhan ini bisa bermanfaat dan bisa
digunakan,,,,,”.
Nah….,
sampai pada tahap ini, Saya akan menarik nafas lebih dalam lagi untuk segera
menghilangan nafas yang ngos- ngosan tadi.
Si Pendaki
di belakang Saya pasti penasaran, di dalam benaknya dia akan mencoba mencari
tahu, untuk apa kegunaan daun tumbuhan yang Saya tunjukan tadi. Sudah pasti dia
berpikir bahwa daun itu dapat dijadikan untuk keperluan pengobatan atau dapat
dimakan dalam keadaan survival.
Secara
naluriah dia pasti akan bertanya untuk memuaskan rasa penasarannya. Biasanya
dia akan bertanya, “Daunnya bisa digunakan untuk apa, Mas…???”.
Saya
akan pura- pura mengangguk- anggukan kepala secara perlahan sambil tetap
menghirup oksigen dan membiarkan rasa penasaran Pendaki tersebut menggantung.
Setelah
nafas Saya stabil, barulah Saya melontarkan jawaban, “Daunnya bisa digunakan sebagai alasan untuk
istirahat buat narik nafas….”. Gubraaaakkkkk…..
Kemudian
Saya akan langsung melangkahkan kaki kembali, meninggalkan si Pendaki tersebut
yang sedang tertawa sambil garuk- garuk kepala.
Salam
satu jiwa
* * * *
*
Bagi
ilmu-mu dan tunjukan trik-mu kawan. Berbagi itu indah.
Semoga
dengan berbagi jiwamu tercerahkan.
* B4MS
*
* * * *
*
Bams mengajak
untuk :
“GUNAKAN
HATI SAAT MENDAKI”
No comments:
Post a Comment