Tuesday, December 15, 2015

PENDAKI TAPI PENCURI

Yang suka berbagi, pasti baca tulisan ini…

By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #21

Dalam sebuah perjalanan pendakian ke Gunung Nuang di Selangor, Malaysia, pada Bulan Oktober 2013 yang lalu, satu informasi berharga Saya dapatkan dari pendaki negeri tetangga yang kebetulan berprofesi sebagai seorang dokter.



Awalnya adalah karena teman seperjalanan saya yang sama- sama berangkat dari Batam, di awal perjalanan memasuki hutan Gunung Nuang tiba- tiba mendapat salam selamat datang dari seekor pacet di betis kaki kanannya. Saya yang kebetulan membawa obat repellent nyamuk cair dalam bentuk spray, menyemprotkan cairan tersebut langsung ke pacet yang tengah asik menghisap darah tersebut. Sudah dapat ditebak, pacet tersebut langsung melepaskan gigitannya dari kulit betis teman tersebut, dan mati.

Sewaktu beristirahat di Pos Satu Gunung Nuang, dari obrolan dengan dokter pendaki Malaysia tersebut, ternyata beliau menggunakan dettol cair yang ditempatkan dalam wadah hand sprayer kecil, lalu disemprotkan ke bagian luar  sepatu, kaus kaki dan sekitar area yang kira- kira akan didatangi oleh pacet. Dijamin, tidak ada pacet yang mendekat. Jika ada pacet yang nekat, dia akan langsung mati terkena residu dari dettol cair tersebut. Ini adalah informasi berharga bagi Saya yang selama ini tahunya hanya dengan air tembakau dan cairan penolak nyamuk saja yang mampu menghalau serangan pacet. Setidaknya khasanah pengetahuan Saya bertambah sebagai penambah alternative lain material penghalau pacet.

Dalam salah satu kesempatan lainnya, Saya pernah beriringan jalan dengan seorang pendaki yang Saya lihat sedikit kepayahan dalam memanggul carriernya. Setelah Saya perhatikan, ternyata ada yang salah dengan cara setting tali pundak carriernya. Dengan cara halus Saya mencoba memberikan sedikit informasi kepada teman tersebut, bagaimana sebaiknya barang- barang di packing di dalam carrier dan bagaimana cara terbaik untuk mensetting tali di pundak carriernya. Mudah- mudahan informasi tersebut berguna dan dapat diterapkan olehnya sehingga menjadi ladang pahala bagi Saya. Bukankah ilmu yang bermanfaat itu pahalanya akan terus mengalir walaupun kita sudah terbaring di liang kubur ?.

Bagi Saya pribadi, berjumpa teman sejalur adalah kesempatan yang sangat berharga. Ini adalah kesempatan untuk “mencuri”. Yaa,,, ada ilmu yang mungkin belum Saya tahu, teknik yang belum Saya mengerti, yang dapat diajarkan kepada Saya, atau yang dapat Saya “curi”. Bukankah ilmu itu jikalau dicuri juga tidak akan pernah habis? Selain itu berjumpa teman sejalur adalah ladang amal bagi Saya untuk sekedar menyampaikan sedikit trik pendakian, atau trik tentang survival kepada teman tersebut.

Kadangkala jika malam tiba, di depan api unggun adalah kesempatan yang baik untuk berdiskusi masalah yang lebih luas lagi. Biasanya topik yang Saya coba singgung adalah tentang religi, antariksa, dan biologi. Kadangkala juga topic yang sedang ngetren pada saat itu, politik, seni dan budaya. Sayangnya ada kelemahan dalam diskusi di depan api unggun ini, yakni kawan- kawan Pendaki dapat hanyut ke dalam masalah,,,, curhat… hadeeehhh….
Kawan pendaki, kesempatan ini adalah kesempatan langka yang kadangkala menjumpainya kita harus menunggu beberapa bulan. Kesempatan di mana para Pendaki berkumpul bersama. Sudah seharusnya kesempatan seperti ini kita gunakan untuk saling berbagi, menambah ilmu kita tentang kegiatan alam bebas. Kadangkala ada “take and give” di sini. Jangan simpan ilmu mu kawan, ingat,,,,, menyembunyikan ilmu itu zalim.

Teman- teman sejalur inilah yang harus kita “manfaatkan”. Kita manfaatkan untuk arti yang positif, untuk menimba ilmu atau trik atau juga informasi lainnya. Jangan memanfaatkan kawan sejalur karena logistiknya saja yaahhh….. Sengaja mendaki dengan peralatan dan logistik seadanya dengan harapan nanti di jalur dapat memanfaatkan kebaikan hati pendaki lainnya untuk kepentingan perutnya sendiri. Saya kenal beberapa pendaki yang seperti ini di daerah Saya. Jika dia melakukannya satu kali mungkin bagi kita tidak menjadi masalah. Namun jika dilakukan berkali- kali…??? Inilah dia pendaki yang disebut Pendaki Gembel.

Ada satu trik yang paling Saya suka, dan hampir selalu Saya pakai di setiap pendakian. Trik ini Saya gunakan jika posisi Saya ada di depan sebagai leader atau di tengah dari grup pendakian. Trik ini  tidak dapat digunakan pada saat posisi kita ada di belakang sebagai sweeper. Saya lebih suka menyebut trik ini dengan nama “Trik Survival”. Karena selain yang dibahas memang adalah masalah survival, dan kegunaannya juga untuk “menyelamatkan martabat” Pendaki Saya di depan pendaki lainnya yang mengiringi langkah Saya, hihihi….

Kadangkala karena ngos- ngosan di jalur pendakian yang tidak ketahuan di mana habis ujungnya, beratnya beban carrier yang rasanya pingin dibuang saja ke jurang sebelah jalur, dan  mungkin juga karena faktor umur, Saya akan mencuri waktu untuk beristirahat untuk sekedar memenuhi paru- paru dengan oksigen. 

Saat tiba- tiba Saya berhenti, biasanya pendaki yang berada di belakang saya juga akan ikut berhenti, biar tidak ketahuan Saya lagi ngos- ngosan, pandangan mata akan Saya arahkan kepada salah satu jenis daun tumbuhan di tepi jalur. Sebisa mungkin Saya akan mengernyitkan sedikit kulit kening, menyipitkan mata, menseriuskan mimik wajah, dan berkata ke pendaki di belakang Saya, “Kamu tahu daun apa ini? Sepertinya daun tumbuhan ini bisa bermanfaat dan bisa digunakan,,,,,”.

Nah…., sampai pada tahap ini, Saya akan menarik nafas lebih dalam lagi untuk segera menghilangan nafas yang ngos- ngosan tadi.

Si Pendaki di belakang Saya pasti penasaran, di dalam benaknya dia akan mencoba mencari tahu, untuk apa kegunaan daun tumbuhan yang Saya tunjukan tadi. Sudah pasti dia berpikir bahwa daun itu dapat dijadikan untuk keperluan pengobatan atau dapat dimakan dalam keadaan survival.

Secara naluriah dia pasti akan bertanya untuk memuaskan rasa penasarannya. Biasanya dia akan bertanya, “Daunnya bisa digunakan untuk apa, Mas…???”.

Saya akan pura- pura mengangguk- anggukan kepala secara perlahan sambil tetap menghirup oksigen dan membiarkan rasa penasaran Pendaki tersebut menggantung.

Setelah nafas Saya stabil, barulah Saya melontarkan jawaban,  “Daunnya bisa digunakan sebagai alasan untuk istirahat buat narik nafas….”. Gubraaaakkkkk…..

Kemudian Saya akan langsung melangkahkan kaki kembali, meninggalkan si Pendaki tersebut yang sedang tertawa sambil garuk- garuk kepala.

Salam satu jiwa

* * * *  *

Bagi ilmu-mu dan tunjukan trik-mu kawan. Berbagi itu indah.

Semoga dengan berbagi jiwamu tercerahkan.

* B4MS *

* * * *  *
Bams mengajak untuk :

 “GUNAKAN HATI SAAT MENDAKI”



BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment