Pendaki yang punya nurani pasti baca…
By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #28
Beberapa waktu yang lalu Saya
mendengar dan melihat salah satu berita di televisi tentang seorang pedagang
bensin eceran yang mencoba menerapkan tentang “arti sebuah kejujuran”. Maaf
karena tempat daerah dan waktu serta nama stasiun tv bersama pelakunya
kebetulan sudah Saya lupakan.
Caranya sangat simple dan sangat unik
sekali, yakni dengan meletakan botol- botol bensin yang dijualnya agak sedikit
ke tengah jalan dan meletakan papan di atas rak bensin tersebut. Papan tersebut
bertuliskan “Rp. 9.000,- perbotol. Ambil sendiri dan bayar sendiri kejujuran
anda”. Di sebelahnya sudah tersedia satu kaleng kosong untuk tempat meletakan
uang dari pembeli bensin yang mengambil botol bensin tersebut.
Dalam satu wawancara dengan reporter
tv tersebut, si penjual ditanya apakah dia tidak mengalami kerugian dengan cara
berjualan seperti itu? Atau adakah orang yang mengambil bensinnya namun tidak
membayar?
Jawabannya luar biasa… Ternyata
sebagian besar orang membayar apa yang telah diambilnya dari rak bensin. Jika
adapun yang tidak membayar, si bapak penjual bensin sudah mengikhlaskannya
karena pasti orang tersebut memang sedang tidak mempunyai uang.
Yang lebih luar biasanya lagi, kadang-
kadang hasil jualan bensin tersebut bisa berlebih. Hal ini karena ada beberapa
pembeli bensin yang tidak mau mengambil kembalian sisa Rp. 1.000,- sebagai sisa
pembelian bensin perbotol Rp. 9.000,- tersebut.
Ternyata menjual “sesuatu” dengan
“menggelitik” rasa kejujuran seseorang itu juga dapat menguntungkan. Kejujuran
adalah salah satu sifat dasar dari manusia yang sangat sulit untuk diabaikan di
dalam relung terdalam hati kita.
Pada salah satu penerbangan
menggunakan salah satu maskapai penerbangan dalam negeri di Tahun 2009 yang
lalu, seperti biasa Saya suka membaca majalah yang terselip di belakang bangku
penumpang yang ada di depan Saya. Selain majalah- majalah yang ada di pesawat
tersebut menyajikan gambar- gambar pemandangan yang bagus, cerita- cerita
perjalanan yang ada di majalah tersebut juga luar biasa, setidaknya membuat
Saya ingin mengunjungi tempata- tempat yang ada di majalah tersebut.
Satu cerita perjalanan yang tidak
pernah Saya lupakan dari majalah tersebut adalah cerita perjalanan hiking
seorang traveler Indonesia yang pergi melancong ke luar negeri, di salah satu
Negara di Eropa (maaf Saya lupa nama Negara dan desa yang dikunjunginya) . Si
pelancong melakukan trekking/ hiking ke desa- desa Negara tersebut yang jarak
antara desa satu dengan desa lainnya harus ditempuh dengan melalui jalan
setapak di perbukitan.
Yang sangat menarik bagi Saya adalah,
di pertengahan jalan di atas bukit antar desa tersebut terdapat sebuah kotak
(di daerah kita mungkin disebut dengan celengan) yang berisi uang. Kotak
tersebut diletakan di tengah jalan, jauh di bukit, dan tidak terkunci, serta
tanpa penjagaan sama sekali. Pada bagian sisi depan kotak tertulis kata- kata
yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, kira- kita berarti ; “AMBIL SEKEDAR YANG
ANDA BUTUHKAN, TINGGALKAN SEBANYAK YANG ANDA IKHLASKAN”. Singkat,
dalam……
Rupanya kotak tersebut memang sengaja
ditujukan untuk para musafir (traveler), para pengembara, para backpacker yang
melewati jalan tersebut. Mereka kadangkala kekurangan uang untuk hanya sekedar
membeli roti untuk makan di desa terdekat. Di kotak itulah mereka mengambil
uang secukupnya untuk membeli makanan. Jika ada pengembara atau backpacker yang
berkantung tebal atau sedikit mempunyai kelebihan materi melewati kotak
tersebut, mereka menyisihkan sebagian uang mereka untuk mereka masukan ke kotak
tersebut.
Menurut Saya, ini adalah system yang
sangat luar biasa, di mana setiap orang berlandaskan kepada kejujuran di dalam
hati nurani mereka yang paling dalam, membentuk suatu mekanisme saling bantu
untuk mempertahankan hidup demi kemanusiaan.
Pertanyaannya adalah, mengapa kotak
tersebut diletakan di atas bukit, di jalan yang sepi ?. Bukankah bisa diletakan
di pasar desa, ditengah pemukiman ?. Ternyata hal ini untuk saling menjaga bagi
si pemberi dan si pengambil uang di kotak tersebut.
Dengan tidak adanya yang melihat
transaksi “memberi” dan “mengambil” di kotak tersebut, karena letaknya memang
di atas bukit, di tempat yang sepi. Bagi si pemberi untuk menghindari kebanggaan
(Riya’) dan bagi si pengambil untuk menghindarinya dari rasa malu karena
meminta- minta. Sementara si pengambil bukanlah orang yang miskin, namun pada
saat itu dia “mungkin” hanya sedang tidak membawa uang cash.
Pernah terbersit di pikiran Saya,
mungkin di imajinasi Saya, bagaimana jika misalnya system “KOTAK AMAL” ini Saya
lebih suka menyebutnya “KOTAK NURANI”) diterapkan di jalur gunung- gunung di
Indonesia. Para pendaki di Indonesia bukan semuanya orang yang berkecukupan.
Bahkan pendaki yang berkecukupan pun mungkin pada suatu saat butuh pertolongan
dari kotak amal tersebut. Misal, si pendaki kehilangan dompet atau uangnya,
atau pendaki tersebut kecurian bawaannya di gunung seperti salah satu status
kawan pendaki yang kecurian di Gunung Prau beberapa waktu yang lalu, sehingga
untuk makan pun dia sudah tidak memiliki gas atau logistik lagi. Tentunya dia
akan terbantu dengan kotak amal tersebut dan menyelamatkan harga dirinya dari
pada mengemis atau meminta- minta kepada pendaki lainnya.
Dalam perkembangannya, imajinasi Saya
lebih jauh lagi berandai- andai, bahwa KOTAK NURANI tersebut mungkin jangan
diisi uang, bisa jadi “mental” pendaki kita belum siap dengan adanya uang yang
banyak tanpa penjagaan. Jika bukan pendaki, masyarakat di sekitar gunung
mungkin yang belum siap dengan uang banyak yang tanpa penjagaan tersebut.
Hmmmmm,,, bagaimana dengan diisi dengan bahan makanan saja oleh pendaki yang
berkelebihan? Dari pada bahan makanan sisa tersebut di bawa pulang kembali. Mungkin
mie bungkus, gas sisa, beras, makanan kaleng ? Bisa juga sih…
Tapi kembali lagi kepada pertanyaan,
“Apakah pendaki kita sudah siap dengan system “AMBIL SEKEDAR YANG ANDA BUTUHKAN, TINGGALKAN SEBANYAK YANG
ANDA IKHLASKAN” ???
Aaahhh, pendaki yang punya nurani
pasti bisa menjawab pertanyaan itu…
Salam satu jiwa
* * * * *
“AMBIL SEKEDAR
YANG ANDA BUTUHKAN, TINGGALKAN SEBANYAK YANG ANDA IKHLASKAN” ???
Semoga
jiwamu tercerahkan.
*B4MS*
* * * * *
Bams mengajak
untuk :
“GUNAKAN HATI SAAT MENDAKI”
No comments:
Post a Comment