Pendaki yang ngopi di sekitar api unggun
harus baca…
By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #23
Di sinilah Saya pada suatu masa.
Berdiri malam ini dengan masker di depan
tenda, menatap bintang seperti biasanya, jauh di rimba belantara, tinggi
menggapai puncak gunung raksasa. Namun, ada yang kurang di sini. Tidak ada api
unggun yang menemani.
Malam- malam di gunung saat ini tak
seperti masa lalu di buku cerita. Lupakan jaket hangatnya teman. Itu hanya
pakaian masa lalu yang sekarang hanya digunakan di Negara dengan empat musim
dan daerah kutub sana. Sedang kita di sini ? Rasa hangat adalah suatu dera.
Saya selalu merindukan malam- malam di
masa lalu, teringat kembali malam itu di depan tenda, dalam liuk bayang pohon
yang mengiringi api unggun yang menyala. Api yang sama saat ia juga digunakan
untuk membakar Nabi Ibrahim AS oleh Raja Namrud, dan api yang sama yang
digunakan untuk memanaskan belanga raksasa untuk merebus Siti Masyitoh yang
mulia, pembantu Fir’aun yang mengaku sebagai Tuhan.
Api unggun di gelap dan dinginnya
malam selalu punya cerita di antara Saya dan teman- teman seperjalanan. Bukan
hanya karena hangatnya mampu mengusir sejenak cubitan dingin malam, namun hawa
hangatnya serasa mampu mengumpulkan semua yang ada di sana ke dalam suatu
“keakraban yang lain”.
Percayalah teman, keakraban malam di
sekitar api unggun di gunung atau di hutan berbeda dibandingkan saat kita ada
di warung atau restoran bintang lima. Seolah- olah jiwa kita saat itu saling
terhubung oleh hangatnya api yang menyala.
Dahulu, agar api tetap menyala dan
kehangatan itu tidak berhenti, apapun yang ada di sekeliling kita dilemparkan
masuk ke dalam kobaran api. Ranting, kayu, plastik, kertas, bungkus makanan,
botol air bekas, semuanya dikerahkan untuk menjaga agar api tetap konstan
menyala. Alih- alih untuk sekalian membersihkan sampah yang ada di sekeliling
camp site tempat tenda kita berada. Namun itulah sumber petaka kita.
Kebiasaan membakar
sampah sudah lama di lakukan manusia, baik saat membuka lahan baru untuk
pertanian, atau membersihkan sampah dari halaman rumah. Kebiasaan ini dilakukan
manusia sebagai cara tercepat dalam menyelesaikan masalah.
Namun tanpa disadari,
setelah lewat beberapa puluh tahun, kebiasaan membakar sampah ini menciptakan
masalah lain. Yaitu membakar sampah di sekitar kita dapat meracuni orang di
sekitar kita. Beberapa masalah itu kemudian menciptakan rantai bencana yang tak
terkendali dan tak bisa di atasi.
Membakar sampah
memang menyelesaikan masalah penumpukan sampah yang tidak terkontrol. Tapi
solusi dengan membakar sampah menciptakan masalah baru , yang pelan tapi pasti
menjadi bencana yang besar di masa setelahnya.
Membakar sampah
menambah emisi karbon ke tingkat yang lebih tinggi, dan sampah plastik yang
kita bakar rupanya pembakarannya kurang sempurna dan tidak mengurai
partikel-partikel plastik dengan sempurna, maka akan menjadi Dioxin di udara.
Dioxin
merupakan senyawa yang sangat tahan lama. Sebab senyawa ini tidak mudah terurai
di alam maupun di dalam tubuh, senyawa ini akan terakumulasi.
Dioxin
mulai memperlihatkan taringnya dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini,
menyebabkan kematian meski pada konsentrasi yang sangat rendah (1/1.000.000 gr)
di hampir rata- rata negara di dunia. Merusak sistem imun pada manusia,
gangguan sistem syaraf, hepatitis. Menimbulkan penyakit chloracne. Ibu hamil terkena
dampak lanjutannya terhadap reproduksi dan perkembangan janinnya. Keguguran,
kemandulan dan kelainan bawaan saat lahir saat ini sudah biasa.
Lima
tahun setelah itu dampak terhadap lingkungan perairan oleh Dioxin terdeteksi
menumpuk pada tanah sungai, sehingga menempuh perjalanan lebih jauh ke hilir
atau masuk ke tubuh ikan dan banyak lagi Dioxin yang terlepas di atmosfer lalu
ditemukan mengendap pada tumbuh- tumbuhan, kemudian ditemukan pada hewan yang
dimakan oleh manusia.
Di samping dioxin,
pembakaran sampah di dalam udara terbuka rupanya juga menimbulkan kabut asap yang tebal yang
mengandung bahan partikel debu yang kecil yang disebut particulate matter (PM)
10 mikron yang biasa disebut PM10.
Sayangnya
alat pernafasan kita tidak sanggup menyaring PM10 ini sehingga bisa masuk ke
paru-paru manusia, dan jelas saja berikutnya rata- rata penduduk dunia terkena
sakit gangguan pernafasan asma dan radang paru-paru, infeksi saluran pernafasan
akut (ISPA), radang selaput lendir mata, alergi, iritasi mata dan lain-lainnya.
Asap
dari pembakaran sampah plastik akan menghasilkan senyawa kimia dioksin atau zat
yang bisa digunakan sebagai herbisida (racun tumbuhan). Selain itu, proses
tersebut juga dapat menghasilkan fosgen atau gas beracun berbahaya yang pernah
digunakan sebagai senjata pembunuh pada masa Perang Dunia pertama.
Asap
dari pembakaran sampah mengandung benzopirena (gas beracun penyerang jantung)
sebanyak 350 kali lipat kuatnya. Zat ini ditengarai sebagai biang keladi
penyebab kanker dan hidrokarbon berbahaya (seperti asam cuka) penyebab iritasi
pada masa ini.
Dan lamunan tentang semua itu kembali
malam ini, di sinilah Saya pada suatu
masa. Berdiri malam ini dengan masih
menggunakan masker di depan tenda, menatap bintang seperti biasanya, jauh di
rimba belantara, tinggi menggapai puncak gunung raksasa. Namun, tetap saja
terasa ada yang kurang di sini. Dalam bahaya Dioxin yang selalu menghantui.
Tidak ada api unggun yang menemani.
Teman- teman Pendaki hanya tidak
menyadari, mereka mungkin sudah memicunya pada pembakaran sampah di api unggun
mereka di malam- malam mereka yang dahulu.
Seandainya puluhan tahun yang lalu
teman- teman Pendaki tidak membakar sampah- sampah itu, mungkin malam ini tak perlu rasa takut untuk menghidupkan
api. Api unggun yang menemani… Api unggun yang pernah membakar seorang Nabi…
Api unggun yang menyatukan hati para Pendaki….
Salam satu jiwa…
*
* * * *
Fakta : Dioksin merupakan zat kimia yang paling
berbahaya dari bakaran sampah. Per data BPS tahun 2000 yang lalu, 37,6% sampah
yang ada di Indonesia di tangani dengan cara di bakar, dan pembakaran ini
tidaklah dengan menggunakan teknologi tinggi, melainkan hanya menggunakan
selokan yang kering untuk menempatkan sampah, lalu di bakar.
* * * * *
Dalam bumi yang gelap gulita, nyala
sebatang lilin adalah raja….
Semoga
jiwamu tercerahkan.
*B4MS*
* * * * *
Bams mengajak
untuk :
“GUNAKAN HATI SAAT MENDAKI”
No comments:
Post a Comment