Tidak menyangka tiga foto yang Saya kirimkan ke panitia Lomba Foto
Festival Pulau Penyengat mendapat tempat di hati juri penilai kelayakan foto
tersebut, sehingga membuat Saya termasuk ke dalam 40 nominasi fotografer yang
berlomba untuk mendapatkan moment terbaik di Festival Pulau Penyengat (FPP)
ini. Dan yang bikin terpana lagi, dapat informasi di hari kedua FPP, bahwa
penilai awal foto tersebut adalah juri dari Jakarta. Bukan juri dari kepri,
untuk menjaga netralitas dari para juri yang ada di Kepri.
Apa saja yang menarik yang dapat kita temukan sepanjang FPP yang
berlangsung dari Tanggal 20 s.d. 24 Februari ini? Mari tatap kemeriahannya
melalui bidikan mata Niki – panggilan sayang kepada DSLR Nikon Saya – berikut ini.
Lomba perahu layar.
Lomba jong.
Lomba nambat itik.
Lomba “perang bantal”
Lomba dayung perahu.
Lomba gasing.
Festival layang- layang.
Lomba memasak.
Bicara festival bagi Saya tidak lengkap jika kita tidak “menyentuh”
manusianya. Dan bicara tentang manusia, berarti Saya harus membicarakan teman-
teman blogger Saya yang gokil saat mereka dengan lincahnya ke sana ke mari
untuk mencicipi rasa makanan dan minuman yang telah dilombakan. Jika sekiranya
di halaman Balai Adat Pulau Penyengat itu ada 20 meja hidang, dan masing-
masing mereka mengitari meja- meja tersebut dari ujung kanan sampai ujung kiri,
maka hasilnya adalah perut kenyang dan menghilangkan efek mata berkunang karena
perut yang sebelumnya keroncongan. Modus…!
Diajak foto dulu orangnya sambil disikat makanannya.
Saya sendiri cuma dapat nyicip di tiga meja saja, dan itu berarti
12 sendok sotong masak hitam, enam pcs kue Seri Muka dan 3 gelas es Laksamana
Mengamuk. Kebayang kawan- kawan blogger yang memutari 20 meja hidang bukan?
Wajah mereka langsung berseri- seri sesaat keluar dari lintasan meja hidang
tersebut. Endingnya berakhir di tangga rumah adat melayu dalam sesi pemotretan
bak diorama abang dan none berikut ini.
Binar wajah setelah melintasi 20 meja pajangan makanan.
Bicara manusia artinya juga menyiratkan keramaian yang ada selama
FPP berlangsung. Apalagi di hari kedua itu bertepatan dengan hari Minggu. Libur
tlah tiba… Pelantar penuh, kapal penyeberangan juga penuh dan tak berhenti
hilir mudik.
Keramaian semasa FPP berlangsung.
Bahkan bicara tentang
manusia, Saya merasa perlu menampilkan sosok yang selama dua hari di FPP ini
menjadi “teman nakal” Saya. Mulai dari kelakuan menyerobot makanan para pejabat
di Balai Adat dengan wajah dibuat sebego mungkin biar gak ditegur satpol PP, “teman
bobo” juga – pisah ranjang ini lho… - , sampai teman mengumpulkan data buat
terbitnya tulisan “Sepuluh tips & trik mendapatkan pin BB dedek- dedek
gemes”.
"Teman nakal" :D
Bicara festival juga tidak menarik bagi Saya jika tidak bicara
tentang budayanya. Tentang pakaian tradisional dan wajah berseri yang
menghiasinya.
Gadis Melayu dalam balutan nuasa Melayu.
Atau tentang arsitektur yang bertebaran di segala penjuru Pulau
Penyengat ini, yang membuat Saya
betah berlama- lama memandang lekuk ukiran- ukiran di sana- sini sambil
membayangkan si senimannnya puluhan tahun yang silam memainkan jari- jarinya di
atas hasil karya indah ini..
Relief pada tembok Masjid Penyengat.
Ah, tidak cukup waktu dua hari untuk si Niki merekam semua yang
menarik di Pulau Penawar Rindu ini. Pokoknya harus balik lagi ke pulau ini
untuk eksplorasi yang lebih dalam lagi suatu hari nanti. Yang pasti, pada
Festival Pulau Penyengat yang selanjutnya pasti akan lebih heboh lagi.
Bams @2016
Hahahaha... Salam buat "teman nakal"-nya ya mas :D
ReplyDeleteHahahaha... Salam buat "teman nakal"-nya ya mas :D
ReplyDeleteTeman nakal saya adalah teman ngegosip mba dian 😄😃
DeleteGa dapat icip icip kuliner, Hiks, tp overall keliatan meriah, keren.
ReplyDeleteYg penting bisa icip maen layangan ya eka. Biar trafik IG nya naik 😄😃
DeleteWuidih ada foto sendiri nangkring di blog mas ketjeh ini.. Sol sepatu eh sesuatu banget yak.. Haha
ReplyDeleteFoto lainnya biar sy simpan di rumah ya chay... bagi duitnya biar sy frame 😄😃
Delete😂
ReplyDeletehahahaa
ReplyDeleteWah ada photo sayeee nampang, lumayannnnnnn
ReplyDelete