Pendaki yang suka berbagi pasti
baca…
By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki
Siapa
yang tidak kenal Mbok Yem ? Si empunya warung tertinggi di Puncak Hargo Dalem,
Gunung Lawu. Pendaki yang sudah pernah menginjakan kakinya di Gunung Lawu pasti
kenal dengan beliau. Yah, karena memang beliau adalah pemilik warung yang ada
di jalur pendakian gunung tersebut.
Rata- rata pendaki yang suka kopi, pasti sudah mencicipi dan menikmati kopi
buatan beliau :D
Saya
sendiri secara pribadi belum pernah menginjakan kaki di warung beliau, terang
saja kawan, Saya memang belum pernah naik ke Gunung Lawu. Namun, berbicara
tentang kopi, bubuk yang dihasilkan dari biji yang digiling halus atau kasar,
diseduh dengan air hangat dan ditambahkan sedikit gula, lalu diseruput di
ketinggian dengan hawa dingin menusuk tulang, apalagi di depan kita terhampar
pemandangan spektakuler lautan awan, plus ditemani teman, sahabat atau kekasih
di samping kita ? Saya yakin itu adalah momen terbaik dalam setiap lembar perjalanan
hidup pendaki.
Berbicara
tentang kopi, membangkitkan satu khayalan di kepala Saya. Anggap saja ini sebuah
ide. Sebut saja ide “Kopi Tunda” :D .
Seandainya,
ini seandainya ya kawan, Saya diberikan umur yang panjang, rezeki yang
berlimpah serta kesehatan, juga kesempatan untuk menginjakan kaki di warungnya
si Mbok Yem, Saya akan menyempatkan diri menyicipi kopi yang dibuat oleh
beliau. Saya akan pesan 5 cangkir kopi hangat dan langsung akan Saya bayar
lunas kelima cangkir kopi itu, namun,,,, Saya minta dibuatkan satu cangkir kopi
saja terlebih dahulu. Empat cangkir kopi lainnya Saya “TUNDA” dulu untuk
meminumnya, karena memang Saya tujukan kopi tersebut untuk pendaki lainnya
setelah Saya, sampai ada pendaki lainnya yang membutuhkan “KOPI TUNDA” tersebut.
Di
depan warung Mbok Yem akan saya temple kertas yang sudah delaminating, kira-
kira di kertas tersebut akan tertulis “TERSEDIA KOPI TUNDA UNTUK PENDAKI YANG
BENAR- BENAR MEMBUTUHKANNYA”.
Kawan-
kawan pendaki tentunya akan penasaran seperti apakah “Kopi Tunda” tersebut :D .
Dan begitu mereka menanyakannya ke si mbok, maka si mbok akan menjelaskan bagaiman
bentuk “Kopi Tunda” tersebut (sebenarnya kopi biasa saja :D ), dan si Mbok juga
akan menjelaskan kegunaan “Kopi Tunda” tersebut adalah untuk berbagi dengan
pendaki lainnya yang mungkin pas- pasan atau tidak membawa uang cash. Dan si
mbok juga akan menawarkan kepada si pendaki tersebut (jika pendaki itu
berkecukupan), apakah dia juga ingin menanam “amal” dengan membeli “Kopi Tunda”
tersebut ? (Membeli namun tidak meminumnya, untuk pendaki yang datang
selanjutnya)
Dan
mungkin saja jika Saya masih diberi kesempatan untuk mengunjungi Gunung Rinjani
lagi, tradisi “Kopi Tunda” ini juga akan Saya terapkan di warung Inak di Pintu
Rimba Senaru, atau di warung Tower/ Pemancar di kaki Gunung Marapi Sumatera
Barat, juga di warung Tower/ Pemancar di kaki Gunung Singgalang.
Bahkan
bisa saja ke depannya akan berubah atau bahkan bertambah menjadi “Mie Rebus
Tunda” , “Mie Goreng Tunda” atau “Nasi Goreng Tunda”. Siapa yang tahu ???
Sebenarnya
ide ini terbersit dari sebuah cerita perjalanan yang Saya baca pada sebuah Page di Page “Waqaf Quran”
yang berjudul "Suspended Coffees" (Kopi yang
ditangguhkan). Kira- kira ceritanya begini :
Saya memasuki
sebuah kedai kopi kecil bersama seorang teman dan memesan kopi. Ketika kami
sedang menuju ke meja ada dua orang yang datang kemudian mereka pergi ke
counter: ‘Kami pesan lima kopi, dua untuk kami dan tiganya “ditangguhkan (suspended)". Mereka membayar
pesanan mereka, mengambil hanya dua gelas saja
kemudian pergi.
Saya bertanya kepada teman saya: "Apa itu ‘ kopi ditangguhkan (suspended coffees)’?" Teman saya berkata: "Tunggu dan kamu akan lihat."
Beberapa orang lagi masuk. Dua gadis memesan masing-masing satu kopi, membayar dan pergi. Pesanan berikutnya adalah tujuh kopi yang dipesan oleh tiga orang pengacara - tiga untuk mereka dan empat 'ditangguhkan’.
Terus terang saya masih bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan transaksi -kopi ditangguhkan- tadi. Sementara saya menikmati cuaca cerah dan pemandangan yang indah ke arah alun-alun di depan kafe, tiba-tiba seorang pria berpakaian lusuh yang tampak seperti seorang pengemis masuk melalui pintu dan bertanya dengan sopan kepada pelayan “apakah Anda memiliki ‘kopi ditangguhkan’? “.
Ini sederhana - seseorang membayar di muka pesanan kopinya kemudian diniatkan untuk membantu orang yang tidak mampu membeli minuman hangat. Tradisi kopi ditangguhkan ini dimulai di kota Naples, Italia, dan sekarang telah menyebar ke seluruh dunia bahkan di beberapa tempat Anda dapat memesan tidak hanya kopi ditangguhkan, tetapi juga sandwich atau makanan.
Alangkah indahnya, bila pemilik kedai kopi atau toko di setiap kota melakukan hal ini sehingga mereka yang kurang beruntung dapat menemukan harapan dan dukungan. Jika Anda adalah pemilik bisnis coba tawarkan hal ini kepada konsumen Anda…, kami yakin banyak diantara mereka yang mendukung dan menyukainya.
Nah kawan- kawan pendaki yang budiman, tidak ada salahnya kita wujudkan dan kita aplikasikan “cara” ini di hobby kita, bukan ??? Mungkin ini dapat menjadi wujud nyata rasa saling bantu, saling mendukung dan saling berbagi di antara kita sebagai pendaki.
Saya bertanya kepada teman saya: "Apa itu ‘ kopi ditangguhkan (suspended coffees)’?" Teman saya berkata: "Tunggu dan kamu akan lihat."
Beberapa orang lagi masuk. Dua gadis memesan masing-masing satu kopi, membayar dan pergi. Pesanan berikutnya adalah tujuh kopi yang dipesan oleh tiga orang pengacara - tiga untuk mereka dan empat 'ditangguhkan’.
Terus terang saya masih bertanya-tanya apa yang dimaksud dengan transaksi -kopi ditangguhkan- tadi. Sementara saya menikmati cuaca cerah dan pemandangan yang indah ke arah alun-alun di depan kafe, tiba-tiba seorang pria berpakaian lusuh yang tampak seperti seorang pengemis masuk melalui pintu dan bertanya dengan sopan kepada pelayan “apakah Anda memiliki ‘kopi ditangguhkan’? “.
Ini sederhana - seseorang membayar di muka pesanan kopinya kemudian diniatkan untuk membantu orang yang tidak mampu membeli minuman hangat. Tradisi kopi ditangguhkan ini dimulai di kota Naples, Italia, dan sekarang telah menyebar ke seluruh dunia bahkan di beberapa tempat Anda dapat memesan tidak hanya kopi ditangguhkan, tetapi juga sandwich atau makanan.
Alangkah indahnya, bila pemilik kedai kopi atau toko di setiap kota melakukan hal ini sehingga mereka yang kurang beruntung dapat menemukan harapan dan dukungan. Jika Anda adalah pemilik bisnis coba tawarkan hal ini kepada konsumen Anda…, kami yakin banyak diantara mereka yang mendukung dan menyukainya.
Nah kawan- kawan pendaki yang budiman, tidak ada salahnya kita wujudkan dan kita aplikasikan “cara” ini di hobby kita, bukan ??? Mungkin ini dapat menjadi wujud nyata rasa saling bantu, saling mendukung dan saling berbagi di antara kita sebagai pendaki.
Salam satu jiwa
* * * *
*
“Berilah
makan yang lapar, kunjungi yang sakit dan bebaskanlah budak” (HR. Bukhori).
Semoga
jiwamu tercerahkan.
*B4MS*
* * * *
*
Bams
mengajak untuk :
“GUNAKAN
HATI SAAT MENDAKI”
No comments:
Post a Comment