Janji berkumpul di Pelabuhan Telaga Punggur jam 9 pagi akhirnya
terpenuhi. Dengan barang- barang segede gambreng plus beberapa carrier
mengiringi sampai di pintu keberangkatan Pelabuhan Telaga Punggur.
Sudah menunggu kawan- kawan PARI lainnya dan Bang Peri yang baru
saja merapat ke Telaga Punggur dari Tanjung Pinang. Tak beberapa lama kemudian
kita bersama- sama boarding ke ferry yang sudah siap menunggu di dermaga
setelah sebelumnya tiket seharga Rp. 255.000,- dibagikan ke anggota team.
Perjalanan ini diperkirakan akan ditempuh dalam masa 4 jam – saja - .
Tiket ferry Batam - Dabo.
Pengangkutan barang- barang yang akan dibawa dilakukan dua kali
bolak balik. Selain memang barang- barang team yang akan dibawa berupa bahan
makanan tambahan, ada juga 7 dus air mineral ukuran 600 ml dari sponsor bermerk
Sanford yang mengiringi perjalanan ke Pulau Berhala ini. Cape? Ya pastilah…
Pk. 10:30 ferry yang kami tumpangi mulai bergerak meninggalkan
Pelabuhan Telaga Punggur. Saya dan beberapa kawan- kawan dari PARI memilih
untuk duduk di deck paling atas dari 3 deck yang ada di kapal ferry ini. Selain
terasa lega dengan view yang terbuka, kawan- kawan yang “ahli hisap” juga
leluasa untuk melaksanakan kegiatannya tersebut :D
Bersama Jack di deck :D
Deck 3, deck para "ahli hisap" :D
Guntur dan Mas Budit bercengkrama.
Kapal ferry yang kami tumpangi melewati gugusan pulau- pulau besar
dan kecil. Di sebelah kiri terhampar beberapa spot pantai dengan pasir putih
yang belum tersentuh oleh tangan pariwisata. Beberapa pulau juga memiliki spot
tebing yang dapat dikembangkan untuk olahraga maupun wisata panjat tebing.
Pemandangan jajaran pulau di perjalanan.
Pulau dengan tebing- tebing yang menggoda.
Pantai- pantai yang menarik, menunggu untuk dikelola.
Di deck paling atas ini kita barengan dengan beberapa orang kakak-
kakak gemez, yang dari cara berpakaian dan logat bicaranya menunjukan mereka
bukan orang melayu. Namun, untuk apa mereka menuju ke Dabo yah? Pertanyaan itu
terjawab saat ferry menyinggahi Dermaga Cempa Pasir Panjang di Senayang, saat
sesi potret- potret cantik dimulai di deck paling atas, si kakak – Yang bernama
Ani – curhat ke Saya, “Saya sudah 32 Tahun gak pulang ke Dabo. Kami anak- anak
kelahiran Dabo yang dari kecil sudah keluar dari Dabo ke Jawa mengikuti tugas
orang tua. Sekarang ada kesempatan reuni bersama- sama untuk pulang kembali ke
Dabo. Bernostalgia mengunjungi tanah kelahiran dan tempat bermain di masa kecil
dulu”. Ujar kakak Ani.
Kakak- kakak gemez yang sudah 32 tahun belum pulang ke Dabo.
Membentangkan spanduk kegiatan di ferry.
Spanduk kegiatan dari sisi yang berbeda.
Tanah tumpah darah memang tak terlupakan. Mengapa tiba- tiba Saya
jadi kangen untuk kembali ke kampung halaman yah…
Bams @2016
No comments:
Post a Comment