Kepala
pusing, dada berdebar- debar, jantung berdetak lebih cepat dari biasanya,
sangat susah untuk berkonsentrasi dan timbulnya rasa cemas yang berlebihan.
Itulah yang Saya rasakan sesaat setelah menyicipi minuman kopi di salah satu
café yang terletak di Nagoya Hill Mall, Batam, beberapa bulan yang lalu. Bahkan
dalam perjalanan pulang dengan mengendarai mobilpun sudah cukup menyiksa Saya,
teritama efek dada berdebar dan rasa cemas yang berlebihan itu tidak hilang-
hilang juga. Pandangan mata tiba- tiba menjadi “awas” dan melihat sesuatu yang
jauh semisal melihat papan reklame itu serasa di zoom. Tulisan- tulisan kecil
di papan reklame itu tiba- tiba menjadi besar.
Sejak
saat itu Saya menyatakan STOP untuk minum kopi, terutama kopi murni yang
digiling, diseduh, lalu diperas untuk menyaring ampas kopi guna mendapatkan
sari kopinya. Kapok…! Namun Saya masih mentolerir minuman kopi jenis kopi bubuk
atau serbuk, atau yang biasa disebut “kopi kampung”. Dasar orang kampung yah, makan
dan minum gak bisa lepas dari kata- kata “kampung” hihihi.
Awal
Bulan Maret ini, Saya dan seorang teman – Mas Nunung – jalan bareng ke Tanjung
Pinang. Satu jam perjalanan melintasi laut menggunakan kapal ferry untuk suatu
urusan yang berkaitan dengan rencana jelah Pulau Berhala dengan berkolaborasi
bersama Dinas Pariwisata Kepri. Di Pelabuhan Tanjung Pinang, kami sudah
ditunggu oleh Bang Peri, perwakilan Dinpar Kepri.
Bang
Peri mengajak kami berdiskusi seputaran rencana jelalah Pulau Berhala tersebut
di sebuah warung kopi. Warung Kopi Sekanak namanya. Letaknya di sebelah toko oleh- oleh Dapoer Melayoe.
Kopi
Sekanak? Hmm… Nama yang asing buat Saya. Yang pernah kedengaran di Tanjung
Pinang itu biasanya Kopi Tiam atau Kopi Vietnam. Tapi ini, Kopi Sekanak?
Seperti
biasa, Saya menghindari untuk memesan secangkir kopi, karena khawatir akan efek
samping yang ditimbulkan kafein yang terkandung di dalamnya. Pilihan jatuh pada
pesanan segelas Teh O – Teh manis hangat – yang menurut Saya “aman” dan cocok,
karena secara kebetulan hujan turun dengan lebatnya membasahi Kota Tanjung
Pinang.
Belum
sempat mencicipi hangatnya teh O yang telah terhidang di depan Saya, Bang Peri
mengenalkan kami dengan si empunya Warung Kopi Sekanak, Bang Teja. Bang Teja
juga yang meramu komposisi campuran Kopi Sekanak hingga siap untuk dihidangkan
bagi penggemar kopi, khususnya di penggemar kopi di Kota Tanjung Pinang ini.
Menurut
Bang Teja, yang baru dua bulan ini membuka Warung Kopi Sekanak di Jalan Sultan
Machmud, Tanjung Pinang, nama “Sekanak” ini berasal dari daerah muara sungai
yang menuju laut, yang berombak besar. Jadi jangan heran, nama “Sekanak” juga
akan dijumpai di daerah lain, karena “Sekanak” berkonotasi kepada daerah muara
yang berombak besar. Khusus Kopi Sekanak yang diramu oleh Bang Teja ini,
Sekanak yang dimaksud adalah Sekanak di daerah Lingga, Kepri.
Uniknya
kopi Sekanak ini, dahulunya adalah minuman yang hanya dikonsumsi oleh Raja
Lingga beserta keluarganya. Kopi Sekanak ini ada dua macam; kopi Sekanak yang
khusus untuk dikonsumsi siang hari dan kopi Sekanak yang khusus dikonsumsi
malam hari.
Perbedaan
antara kopi Sekanak siang dan kopi Sekanak malam adalah campuran dari rempah-
rempah yang membangun citra rasa kopi Sekanak tersebut. Kopi Sekanak yang
dikonsumsi untuk siang hari diolah dengan tujuh macam rempah, sedangkan kopi
Sekanak yang dikonsumsi malam hari diolah dengan 9 macam rempah unggulan.
Selain
itu, keunikan lainnya dari Kopi Sekanak ini adalah, Kopi Sekanak siang, dapat
di minum di malam hari, namun Kopi Sekanak malam tidak dapat diminum pada siang
hari. Demikian penjelasan dari Bang Teja.
Ada
keunikan tambahan lainnya yang disampaikan oleh Bang Teja, yakni rasa kopi
Sekanak ini akan lengket di belakang lidah kita, di pangkal tenggorokan saat
kita mencicipinya. Saya hanya bergumam di dalam hati, “Ah, cakap besar saje
abang ini ! Macam mana pula rasa kopi bisa lengket di pangkal tenggorokan di
belakang lidah? Promosi sajelah abang nih !”
Di
akhir penjelasan tersebut, Bang Teja berhasil membuat Saya memesan secangkir
Kopi Susu Sekanak untuk membuktikan penjelasan yang tentang citra rasa Kopi
Sekanak yang telah diungkapkan olehnya barusan.
Tak
memerlukan waktu lama untuk secangkir Kopi Susu Sekanak mendarat di meja Saya.
Langkah pertama Saya jelas, mencium aroma dahulu sebelum merasakan rasa
kopinya. Hmmm, aromanya adalah campuran rempah dan kopi. Ini unik… Saya baru
pertama kali mencium aroma ini. Sangat menarik…
Tegukan
pertama… Lalu tegukan kedua… Disambung dengan tegukan ketiga dan seterusnya.
Luar biasa, lidah Saya tidak bisa berhenti untuk terus mencicipi khas rasa Kopi
Sekanak ini. Ups, ternyata Bang Teja ini memang tak cakap bohong, tak cakap
besarlah… Apa yang disampaikannya memang terbukti tentang keunikan rasa Kopi
Sekanak. Betul- betul lengket rasanya di ujung tenggorokan. Rasanya yang
berbeda dengan kopi lainnya karena campuran rempah- rempah alami menjadi ciri
khas pembeda yang signifikan pada Kopi Sekanak ini.
Yang
jelas, minum Kopi Sekanak ini membuat Saya dapat merasakan cita rasa raja- raja
di Lingga sana. Cita rasa masa lalu yang mampu dihadirkan kembali ke saat ini
oleh Bang Teja melalui Kopi Sekanak.
Bams @2016
No comments:
Post a Comment