Sunday, September 6, 2015

DANAU KACO DAN PERMATA DI DASARNYA

Sebenarnya perjalanan ke Danau Kaco ini sudah lama saya idam- idamkan. Bukan hanya karena Saya terpesona oleh keindahan foto- fotonya yang belakangan ini berseliweran di media sosial, namun juga karena rasa penasaran Saya, kenapa di masa lalu lokasi Danau Kaco ini tidak pernah Saya dengar? Padahal Saya dilahirkan dan bersekolah sampai di bangku SMU di Kabupaten Kerinci, namun memang saat itu cerita tentang Danau Kaco ini tidak pernah terdengar sama sekali.
Pos Registrasi Masuk Danau Kaco


Di dalam hati seolah- olah muncul perasaan “aneh” saja rasanya, seorang putra tempatan tidak tahu dan belum mengunjungi lokasi yang indah di tanah kelahirannya. Juga ada rasa “iri” dengan orang- orang luar daerah yang datang dari jauh malah sudah menginjakan kaki ke Danau Kaco ini.

Karena itu, dengan tekad yang membara akhirnya Saya cari waktu luang untuk pulang ke Kerinci, apalagi jika bukan untuk menyambangi Danau Kaco.

Kamis, 14 Mei 2015. Dengan diantar oleh dua orang teman – Inai dan Rivo – kami memulai perjalanan. Butuh sekitar satu jam berkendaraan dari Kota Sungai Penuh menuju ke Desa Lempur, Kecamatan Gunung Raya, dengan jarak lebih kurang 40 KM. Jika kita menggunakan angkutan umum, ongkos yang diperlukan sekitar Rp. 15.000,- untuk sekali jalan. Turunnya di Simpang Desa Lempur, bilang saja ke supir angkutan umumnya bahwa kita akan ke Danau Kaco, nantinya akan diturunkan oleh si supir titik mulai trekking ke Danau Kaco tersebut.
Kondisi jalur ke Danau Kaco.
Dari Simpang Desa Lempur, tidak ada angkutan umum atau ojek ke  arah dalam, ke  arah Benteng – tempat parkir kendaraan dan tempat pendaftaran/ registrasi – di mana trekking yang sebenarnya dimulai. Benteng ini dapat dicapai dengan berjalan kaki yang menghabiskan waktu tempuh sekitar 1 s.d. 1,5 jam. Jangan khawatir, rasa penat itu dapat diobati dengan pemandangan hijau di kiri- kanan jalur, sawah yang subur dan deretan bukit barisan yang terkenal itu.

Di Benteng – dulunya merupakan benteng pertahanan Depati Parbo (Salah seorang pahlawan nasional Kerinci) saat melawan penjajahan Belanda – terdapat satu pos registrasi yang dikelola oleh masyarakat tempatan. Dengan membayar Rp. 10.000,- kita sudah bisa memulai trekking ke Danau Kaco. Menurut informasi yang Saya dapat di lokasi pos ini, registrasi  hanya dikutip pada hari Minggu saja, sedang di hari biasa atau di tanggal merah, registrasi tidak diberlakukan.
Beristirahat sejenak di Shelter I, Danau Kaco.
Perjalanan dari pos Benteng menuju Danau Kaco memakan waktu sekitar 2 s.d. 2,5 jam. Jalur yang dilalui sangat jelas dan lumayan lebar. Sepertinya jalur ini sering digunakan oleh para penduduk desa menuju ladang mereka dengan menggunakan gerobak yang ditarik oleh sapi atau kerbau. Kondisi jalur becek di sana- sini. Hal ini dikarenakan oleh curah hujan yang lumayan tinggi dan hutan yang masih lebat, sehingga kelembaban tanah subur yang dinaunginya tetap terjaga.

Di akhir jalur yang cukup lebar tersebut, akan kita jumpai jalur jalan setapak yang sempit dan menembus semak- semak lumayan rapat. Beberapa kali melintasi anak sungai kecil dan memasuki hutan bambu kita akan menyeberangi sebuah sungai yang cukup lebar dengan meniti jembatan bambu yang dibangun sebelumnya oleh team SAR saat misi pencarian satu orang survivor yang tersesat dan hilang di Danau Kaco ini di Bulan Desember 2014 yang lalu. Sebelumnya kejadian tersebut, pengunjung harus melintasi sungai sedalam sepinggang orang dewasa  ini saat melewati jalur ini. 

Tak berapa lama kemuadian, Danau Kaco-pun terlihat di sela- sela lebatnya hutan hujan Sumatera. Danau yang terletak di ketinggian 1.289 mdpl ini berwarna biru tosca. Keindahan pancaran warnya betul- betul menyilaukan mata yang memandangnya.
Danau Kaco, dilihat dari atas bukit sebelum turun ke lokasi.
Legenda dan cerita rakyat tumbuh dan berkembang menjadi sebuah “misteri” tentang Danau Kaco ini. Dari cerita yang Saya dapatkan, pada suatu masa, di Gunung Raya ada seorang wanita cantik bernama Puti Suluh Makan. Berasal dari Tanjung Gagak, berdekatan dengan Muara Air Dikit atau Ujung Buki Pematang Suo. Dusun Tanjung Gagak dikuasai oleh Raja Gagak. Nama gagak diambil dari nama sejenis burung yaitu burung gagak.

Wajah yang cantik dimiliki oleh Puti Suluh Makan ini membuat para pemuda dan anak-anak remaja yang ada di desa Tanjung Banuang Dusun Tinggi dan Tanjung Kasri Kegirangan. Mereka jatuh cinta kepada Puti Suluh Makan dan berkeinginan menjadikannya istri, karena kecantikan dan kemolekannya banyak anak-anak raja dan pemuda waktu itu berkeinginan melamarnya. Namun, Puti Suluh Makan selalu menolak lamaran yang diterimanya.

Titipan tanda ikatan janji, seperti emas dan intan serta permata diberikan oleh anak raja dan pemuda seantaro kawasan negeri itu kepada Puti Suluh Makan, telah memenuhi kendi yang terbuat dari tanah. Keinginan anak raja dan pemuda terhadap Puti , memunculkan cerita versi lain bahwa ayahnya Puti Suluh Makan, yakni Raja Gagak juga jatuh cinta pada anaknya, hingga membuat niat durjana dan gilanya bangkit, bahkan ingin menikah dengan anaknya sendiri untuk dijadikan isteri.

Makin hari keinginan untuk menikahi anaknya makin kuat. Niat jahat untuk menikah dengan anaknya sendiri tersebut akhirnya diketahui oleh isterinya. Terjadilah pertengkaran antara Raja Gagak dengan sang isteri, serta timbul niat jahatnya untuk membunuh isterinya. Setelah isterinya meninggal raja gagak membawa anaknya Puti untuk pindah ke Gunung Kunyit Bagian Barat, di pinggiran Sungai Manjuto. Mereka menetap di sana dan mendirikan sebuah desa yang hingga kini masih ada desa tersebut. Itulah Dusun Batong Limok Purot.

Kawasan yang dihuni oleh Raja Gagak dan anaknya Puti beserta rakyatnya tidak aman, karena mereka sering diganggu oleh ular yang banyak sekali, baik di dalam maupun di luar rumah. Merasa tidak aman tinggal di negeri itu, maka Raja Gagak membawa anaknya lari dari rakyatnya dengan membawa emas, intan dan permata pemberian anak- anak raja yang sebelumnya terkumpul di kendi tanah.
Danau Kaco, 1.289 mdpl.
Dalam pelarian itu, konon kabar Puti sedang dalam keadaan mengandung yang disebabkan oleh bapak sendiri. Kepergian Raja Gagak tersebut adalah hendak menyembunyikan emas dan intan yang ada di dalam kendi ke dalam Lubuk Muara Labing. Namun, sesaat setelah disembunyikan, ternyata kemilau cahaya emas, intan permata tersebut berpendar ke alam sekitarnya. Dengan demikian Raja Gagak takut akan ketahuan tempat penyimpanannya itu diketahui oleh orang lain.

Raja Gagak mengambil kembali kendi tadi dan berjalan mengikuti arus Sungai Manjuto di Lempur. Tidak berapa jauh dari Sungai Manjuto, Raja Gagak menyembunyikan emas, intan permatanya di dasar Danau Kaco.

Berdasarkan riwayat Kendi berisi emas, intan permata yang berkilauan di dasar Danau Kaco itulah, sampai saat ini, diyakini oleh masyarakat setempat – emas, intan dan permata itu masih tersimpan didasar Danau -  yang membuat Danau Kaco Itu memantulkan cahaya, apalagi saat Bulan Purnama.

Percobaan pengambilan harta terpendam ini telah pernah diusahakan oleh Lisyuar Yusuf, salah satu warga Koto Payang, yang berakhir dengan tewasnya Lisyuar Yusuf tersebut.

Setelah Raja Gagak menyembunyikan harta tersebut di dasar Danau Kaco, ia dan Puti melanjutkan perjalanan menuju Bukit Lintang. Di sana Raja Gagak panik karena anaknya si Puti sudah mulai membesar perutnya oleh sebab perbuatannya sendiri. Untuk menutupi aib tersebut, tidak ada jalan lain lagi, Puti Suluh Makan, si gadis cantik yang menarik hati itu berakhir di ujung keris ayahandanya.

Puti Suluh Makan dimakamkan di Puncak Bukit Lintang, tepatnya di puncak Bukit Lintang, sebelah kanan jalan dari Desa Ipuh menuju ke Desa Lempur.

Terlepas dari benar atau tidaknya hikayat tentang emas, intan dan permata tersebut, Danau Kaco tetap saja adalah sebuah “permata” yang berkilauan di tengah lebatnya rimba belantara.
Salam satu jiwa.

*B4MS*


* * * *  *

Tulisan ini diikutsertakan di dalam Kompetisi Menulis pada Kategori Review Peralatan Hiking yang diadakan oleh salah satu toko outdoor sport ternama di Surabaya. Linknya dapat dilihat di sini http://cadventura.com/danau-kaco-kisah-permata/


BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

2 comments:

  1. Beberapa kali aku juga liat postingan teman ttg Danau Kaco ini, mas.. keren banget yaa...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sekali saja mba dian... sekali saja sebelum ajal menjemput harus datang ke danau kaco... 😄

      Delete