Monday, September 7, 2015

SEPARUH NAFASKU (REVIEW PISAU SURVIVAL)

By : Bams Nektar
Review Peralatan untuk Pendaki.

Sebilah pisau adalah separuh napas bagi pendaki atau petualang. Setidaknya itu slogan saya pribadi. Kebayang bukan? Jika saat melakukan petualangan di alam bebas, kemudian sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, misalnya tersesat di rimba raya, tentunya sebilah pisau akan membuat sebuah perbedaan yang besar di antara hidup dan mati.




Karena itu, kemanapun kaki saya melangkah untuk suatu perjalanan, satu atau dua bilah pisau itu tetap setia menemani. Baik itu perjalanan di hutan atau pegunungan, maupun perjalanan harian di dalam kota. Tentu saja untuk aktivitas harian di dalam kota, bilah yang saya bawa disesuaikan, baik dalam ukuran, warna dan fungsionalitasnya.

Kebiasaan membawa bilah ini sebenarnya berdasarkan asumsi saya pribadi. Yakni, peluang timbulnya keadaan survival, lebih besar terjadi di perkotaan jika dibandingkan di hutan atau di gunung. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu aktivitas kita dilakukan di lingkungan kita sehari- hari, yaitu di perkotaan. Semakin banyak waktu beraktivitas kita di perkotaan, tentunya semakin besar peluang kita untuk mendapatkan kondisi yang mengharuskan kita survive. Misal saja, bisa saja kita terjebak di dalam sebuah mobil yang jatuh ke jurang atau terperangkap di sebuah gedung yang runtuh akibat gempa Bumi. Siapa yang tahu?

Berdasarkan pertimbangan- pertimbangan yang telah saya jabarkan di atas, saya malah terbawa ke dalam hobby baru, yaitu mengkoleksi beberapa jenis bilah. Ada pisau multi fungsi, pisau tracking (para traxx survival), pisau skinner sampai beberapa jenis pedang.

Diantara beberapa koleksi bilah yang saya miliki, akhir- akhir ini saya sangat suka membawa sebuah bilah dengan ukuran sedang untuk menemani saya dalam perjalanan ke hutan atau mendaki gunung. Pilihan itu jatuh pada bilah bushcraft yang “cantik” berukuran panjang totalnya 220 mm, buatan tangan local maker dan dibuat dalam jumlah terbatas serta dimiliki oleh hanya 43 orang saja di Indonesia, karena memang bilah ini merupakan official knife dari sebuah Forum Bilah di Indonesia.

Spesifikasi dari bilah ini antara lain; Blade 11cm, Handle 12cm dilengkapi dengan Burlap resin epoxy, Bahan D2, Tebal 4 mm, Sheath kulit, Maker by Aan Sup, alias “Semutnya Hitam”.

Bahan baja D2 sendiri merupakan baja unggulan dengan kadar karbon tinggi dan chromium tinggi, kekerasan tertingginya max 64 Hrc. Walaupun cukup tahan, tapi masih belum bebas karat. Bahan ini sangat digemari karena kekerasannya yang tinggi, sehingga ketajamannya awet dan mudah diasah bila tumpul. Komposisi kimianya adalah: C = 1.55%; Si = 0.25%; Mn = 0.35%; Cr = 11.8%; Mo = 0.80%; V = 0.95%. Pertama kali muncul pada saat perang dunia II. Baja ini kadang disebut semi-stainless.

D2 merupakan baja yang memiliki kekerasan yang tidak jauh berbeda dengan 01 Tool Steel. Namun, karena kandungan Cr yang tinggi, maka baja jenis ini memiliki ketahanan terhadap korosi yang lebih tinggi dibandingkan baja jenis 01.

Kelemahannya adalah sedikit lebih liat ketika diasah saat tumpul. Kadar karbon yang tinggi menjadikannya getas dan terkadang mudah patah. Jika ingin dilakukan hardening, sebaiknya hanya pada sisi tajamnya saja.

Saya suka bentuk bilahnya yang simple, yang termasuk ke dalam kategori normal straight. Sedangkan berdasarkan bentuk ujung point-nya, bilah ini tergolong ke dalam tipe Straight-Back Blade, tipikal pisau bushcraft. Handle-nya yang membulat di tengah dan tekstur yang sedikit kasar menimbulkan efek genggaman yang penuh di tangan sehingga terasa kesat dan tidak mudah terlepas dari cengkraman.

Namun, tetap saja sebagus apapun, dan setajam apapun sebilah pisau, jika ia berada di tangan orang yang tidak memiliki ilmu survival, tidak akan ada gunanya. Sedangkan, sejelek apapun, setumpul apapun sebilah pisau, jika berada di tangan seorang yang mengerti ilmu survival, akan sangat berguna untuk mempertahankan “selembar” nyawa.

Tidak salah dan memang benar pepatah yang menyebutkan, “Sedia payung sebelum hujan”, dan juga Saya teringat sebuah adagium di kemiliteran yang berbunyi, “Lebih baik mandi keringat pada saat latihan dari pada mandi darah pada saat pertempuran”. Nah, bilah ini sudah menjadi “payung” saya sebagai persiapan di awal seandainya saya nantinya menghadapi “hujan”.

Untuk kasus- kasus pada “kaum pendaki” ini, adagium tersebut 1.000% berlaku. Persiapan menentukan keselamatan nyawa kita di masa depan. Jargo-nya, “Prepare to day for survive tomorrow”. ( Bersiap hari ini untuk bertahan hidup di esok hari )

Gunakan Hati Saat Mendaki
Salam satu jiwa

* B4MS *

* * * *  *

Tulisan ini diikutsertakan di dalam Kompetisi Menulis pada Kategori Review Peralatan Hiking yang diadakan oleh salah satu toko outdoor sport ternama di Surabaya. Linknya dapat dilihat di sini http://cadventura.com/review-pisau-survival/



BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment