Thursday, November 13, 2014

KARENA TERUS MEMIKIRKANNYA

Terus terang tulisan yang ini sebenarnya Saya dedikasikan buat saudari Saya dengan nama FB Qey Rimba Jenggala. Dalam tulisannya beliau mewakili banyak Qey- qey yang lainnya di seantero negeri tercinta ini, baik mereka berwujud pria ataupun wanita, yang mempunyai impian untuk mendaki satu atau dua gunung yang sangat diidam- idamkannya, namun karena suatu dan lain hal, pendakian tersebut dengan terpaksa harus “delay / ditunda” dulu.
Bams, di Puncak Gn. Rinjani, Lombok, 3.726 mdpl.

Kita sebagai pendaki Saya yakin punya satu atau tujuh impian untuk mendaki gunung yang kita inginkan. Alasannya dapat bermacam- macam, bisa karena jalurnya seperti Gunung Raung, bisa karena reputasinya seperti Atap Sumatera Gunung Kerinci, bisa karena keindahan danaunya seperti Gunung Rinjani dan Gunung Semeru, atau bisa jadi karena hamparan edelweissnya seperti Gunung Gede. Banyak alasan untuk itu.

Seperti Saya sendiri mempunyai mimpi untuk menjadi Seven Summiter J. Paling tidak Seven Summiter versi tujuh puncak tertinggi di Indonesia. Banyak sekali kendala yang Saya hadapi untuk itu, bahkan hingga kini Tuhan baru mengizinkan Saya untuk menginjakan kaki di tiga puncak tertinggi saja di Indonesia.

Kendala tersebut macam- macam. Begitu ada duitnya, ternyata waktunya yang tidak ada karena kesibukan bekerja biar dapur tetap ngebul. Pas tidak ada duit di tabungan, malah waktunya yang banyak tersisa. Sulit sekali untuk mengumpulkan dua hal itu secara bersamaan di dalam kantung saku carrier Saya.

Sunrise di Gn. Rinjani 3.726 mdpl.

Tahun 1995, karena keterbatasan Saya, tanpa sengaja Saya ditempatkan dalam posisi harus menumpang tinggal sementara di kamar kecil berukuran 3 x 2,5 meter milik seseorang yang tidak Saya kenal sama sekali, karena yang punya kamar sedang pulang kampung. Begitu masuk ke kamar kecil tersebut, Saya dibuat terpesona oleh dua buah foto ukuran 14 R yang ditempelkan di dinding.

Foto itu milik si empunya kamar. Di salah satu foto dia berfose sedang berdiri lurus menghadap ke lensa kamera, di medan berbatu- batu dengan membelakangi kawah sebuah gunung yang asapnya sedang mengeluarkan letusan. Sumpah,,, menurut Saya itu adalah dramatis dan indah sekali.  Berdiri pada jarak hanya beberapa puluh meter dari kawah Gunung berapi yang sedang meletus. Tentu saja butuh nyali yang besar untuk berada di sana pada saat letusan terjadi. Sempat terfikir, bagaimana caranya kawan itu menyelamatkan diri yah ??? Dan karena kecilnya pengetahuan Saya, Saya tidak tahu bahwa itu adalah Puncak Mahameru.

Di foto yang lainnya dia berfose sedang duduk di hamparan luasnya savanna dengan background sebuah puncak gunung. Karena Saya terbiasa hidup di daerah pegunungan hijau, dengan hutan hujan yang rindang, berada di tengah savanna Itu juga adalah suatu kesempatan yang menurut Saya sangat eksotis. Serasa berada di luar negeri, seperti di daerah Afrika sana. Dan kembali, karena kekerdilan pengetahuan Saya, baru belakangan hari Saya baru tahu itu adalah Rinjani.

Sejak saat itu fikiran Saya terus tertuju kepada dua gunung tersebut. Jujur,,, Semeru dan Rinjani adalah obsesi awal Saya. Selalu saja timbul pertanyaan di kepala Saya, kapan Saya dapat menapakan kaki di kedua gunung tersebut? Sejak saat itu mungkin Saya lebih banyak memikirkan Semeru dan Rinjani ketimbang memikirkan para kekasih Saya (setidaknya Saya jujur untuk masa lalu Saya :D ).

Bams, di Pelawangan Sembalun 
dengan background Danau Segara Anak yang mempesona.

Akhirnya saat itu tiba, Agustus 2013 yang lalu Saya mendapat kesempatan mengunjungi Rinjani, dan bahkan untuk jangka waktu yang lebih dari cukup, yakni 7 hari di Rinjani. Secara mengejutkan juga, empat hari setelah itu Saya sudah berada di Puncak Mahameru. Untuk dua perjalanan pendakian ini betul- betul di luar nalar Saya. Walaupun perjalanan itu menghabiskan waktu dua minggu di mana seharusnya Saya dapat bekerja dan menghasilkan dolar Singapura di Batam, menghabiskan budget tabungan Saya tanpa penyesalan, membuat Saya kehilangan hampir 5 kg berat tubuh Saya, membuat bibir Saya pecah karena hawa dingin dan kulit wajah serta kulit tangan Saya hitam legam serta mengelupas di sana- sini karena sengatan hawa panas musim kemarau di Bulan Agustus. Tapi semua itu tidak sebanding dengan kepuasan yang Saya peroleh dan Saya dokumentasikan dalam 2.250 frame foto.  

Sampai sekarang Saya masih tidak percaya bahwa Saya dapat mencapai dua puncak gunung tersebut hanya dengan sekali jalan saja, setelah menghabiskan waktu 18 Tahun memikirkannya. Yaaa,,, Saya dapat mendaki dua puncak gunung tersebut KARENA TERUS MEMIKIRKANNYA selama 18 Tahun.  

Lamanya waktu penantian dan pengharapan tersebut mampu membuat Saya menangis di Pelawangan Sembalun beberapa saat setelah kaki Saya menginjak Pelawangan yang menghamparkan pemandangan spektakuler Danau Segara Anak dalam bayang- bayang redupnya sunset pukul 18:00 WITA. Pemandangan yang sebelumnya hanya dapat Saya nikmati di internet dan Saya koleksi di satu folder khusus di laptop Saya. FOLDER TARGET RINJANI.

Sahabat sejalur di Plawangan Sembalun.

Bagi Saya yang sudah mengidam- idamkannya selama 18 Tahun, berdiri di Pelawangan Sembalun sambil menatap Danau Segara Anak yang memantulkan sunset berwarna jingga adalah moment yang sejenak membuat Saya “terlupa” sedang berada di mana. Ini betul- betul sekeping Tanah Surga. Teman seperjalanan menyebutnya “Efek Surga Bocor” :D . Saya tidak bohong jika Saya mengatakan bahwa Saya betul- betul menangis saat itu, padahal Saya sudah lupa bagaimana caranya untuk menangis. Dua “rasa” yang membuat Saya menitikan air mata, yakni rasa haru karena Saya sudah dapat meraih mimpi Saya, dan rasa sedih atas kekurangan dan ketidakmampuan ekonomi Saya sehingga impian itu terpending cukup lama. Sebagian orang dapat dengan begitu mudahnya naik ke Rinjani, bahkan dapat berkali- kali. Sedangkan Saya harus menunggu 18 Tahun lamanya untuk dapat naik ke puncak tersebut.

Saya pernah sekilas membaca tentang The Power of Thinking. Just Thinking, Not Doing ….!!! Kekuatan dari pikiran. Pikirkan saja terus menerus, setiap waktu, dan,,, simsalabim,,,, semuanya akan terwujud. Demikian juga seperti yang disinggung oleh Agus Mustofa di dalam bukunya “Mengubah Takdir”. Kita dapat mengubah takdir kita menjadi seperti apa yang kita pikirkan, dengan hanya memikirkannya.

Dalam fisika, identifikasi gelombang umumnya dikaitkan dengan panjang gelombang atau frekwensi-nya. Dalam gelombang otak ini yang akan kita tinjau adalah fekuensi-nya. Apakah frekuensi itu? Ya, jumlah pulsa (impuls) perdetik dengan satuan Hz (Hertz).

Ada beberapa macam gelombang otak yg didasarkan pada tingkatan konsentrasi /focus pikiran kita sendiri atau kondisi fisik kita, yakni ;
Gamma  31 – 100     berpikir dg keras sekali dan suasana tegang (stress )
Beta   14 – 30 hertz     – aktif berpikir ( seperti menghitung/analisa )
Alpha   8 –  13,9 Hz      – alam bawah sadar, imajinasi dan relaksasi
Tetha   4 –   7,9 Hz      - intuisi
Delta 0,1 –   3,9 Hz      – saat tidur

Danau Segara Anak, Gn. Rinjani 3.726 mdpl.

Ketika kita berpikir, merenung ,berdoa atau apa pun juga aktivitas batiniah, dalam otak kita sedang berlangsung suatu proses psikodinamika , yg menghasilkan gelombang elektromagnetik, nah gelombang tersebut bisa terpancar keluar, bisa menimbulkan resonansi pada orang lain. Begitu pula halnya ketika kita beribadah dengan khusyu, konsentrasi yg tinggi, maka akan tinggi pula gelombang elektromagnetiknya, yg berkorelasi dengan kualitas ibadah kita.

Nah,,, yang paling kuat resonansinya, adalah gelombang otak Alpha dan tetha, namun paling susah juga untuk bisa kita bangkitkan, dibanding gelombang beta yang kita gunakan saat berpikir sehari hari , sebagaimana halnya susah untuk berkonsentrasi.  

Bams, di Ranu Kumbolo, Gn. Semeru 3.676 mdpl.

Dalam kisah perjalanan Saya ini, lontaran gelombang otak Alpha dan Tetha dari pikiran Sayalah yang menyebar ke luar, merambat melalui udara, sehingga menggerakkan partikel- partikel udara di sekeliling Saya, mempengaruhi orang lain untuk merapat serta membentuk suatu koordinasi, lalu melakukan hal yang Saya harapkan. Kemudian semuanya seperti sudah berada di tempatnya masing- masing. Tiket pesawat yang terbeli, teman mapala yang menyediakan sekretariatnya di Mataram untuk tempat berteduh. Padahal dua jam sebelumnya Saya masih kebingungan selama empat jam lebih masa transit di Jakarta tentang nasib perjalanan soloist Saya ke Lombok. Guide yang tiba- tiba sudah tersedia, teman seperjalanan yang berasal dari Pasuruan yang tiba- tiba datang malam hari sebelum esoknya kita berangkat ke Rinjani, yang di kemudian hari malah menjanjikan Saya untuk menemani Saya ke Semeru jika Saya mau datang ke Pasuruan setelah turun dari Rinjani. Seolah- olah alam semesta saat itu berlomba- lomba menjadi pendukung Saya, sehingga Saya dapat menggapai mimpi Saya yang terpendam selama 18 Tahun lamanya.

Mungkin satu hal yang Saya sesali adalah, bahwa Saya di waktu lalu masih kurang sering memikirkan pendakian ke Rinjani dan Semeru ini. Jika saja dan andai saja, Saya lebih intents memikirkannya, bisa jadi Saya tidak perlu menunggu selama 18 Tahun lamanya. Mungkin dalam kurun waktu 10 Tahun, 5 Tahun atau lebih cepat lagi Saya dapat mewujudkan mimpi Saya.

Penyesalan Saya yang kedua adalah, kenapa selama 18 Tahun Saya hanya memikirkan dua puncak gunung? Seharusnya Saya memikirkan tujuh puncak tertinggi di Indonesia dan tujuh puncak tertinggi di 7 benua.

Bams, di Puncak Mahameru, Gn. Semeru 3.676 mdpl.

Kawan Pendaki,,, jangan anggap remeh mimpimu, tetaplah bermimpi, tetap pikirkan tujuanmu. Saya mampu menggapai dua puncak gunung dalam sekali jalan saja hanya KARENA TERUS MEMIKIRKANNYA. Dan Saya yakin anda sekalian mampu memikirkan tiga, empat, atau tujuh puncak sekaligus dan Saya yakin anda semua mampu meraihnya lebih cepat waktunya dibandingkan waktu Saya yang 18 Tahun, suatu hari nanti hanya KARENA TERUS MEMIKIRKANNYA.

Keep thinking, keep dreaming.

Salam satu jiwa.

* * * *  *
Aduk kopimu kawan, aduk juga mimpimu agar lebih manis.

Semoga jiwamu tercerahkan.

Tulisan ini juga Saya dedikasikan untuk teman- teman sejalur yang sangat luar biasa di jalur Rinjani. Hamzan, Fikri (Lombok), Rizal, Iteng (Pasuruan), Oka, Oki (Probolinggo), Eka, Pay, Satria (Salatiga), Bagus, Laura (Bogor), AKas, Fajar (Surakarta), Sableng, Nita, Kiki (Surabaya), Yuxand, Haddar (NTB).

*B4MS*

* * * *  *

Bams mengajak untuk :
“GUNAKAN HATI SAAT MENDAKI”

Tulisan ini adalah salah satu dari tulisan inspiratif bagi pendaki, yang pernah Saya posting di FB grup Pendaki Indonesia, dengan link :

Tulisan ini diikutsertakan dalam Kompetisi Menulis Artikel yang diadakan oleh cadventura.com untuk kategori TIPS & TRIK. Dapat dibaca juga di link :cadventura.com - KARENA TERUS MEMIKIRKANNYA 



BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment