Friday, November 28, 2014

LISTRIK MEMBUAT KAMI CEMBURU

Berdiri di sini, di pelataran pelabuhan kayu Pulau Seraya, di seberang Pulau Batam di waktu malam adalah hiburan tersendiri bagi mata. Kerlap- kerlip lampu Batam di kejauhan memperlihatkan keindahan malam yang memanjakan. Mungkin orang- orang yang saat ini berada di pelataran pelabuhan Sekupang juga beranggapan sama saat memandang ke  arah Pulau Seraya yang bertaburkan cahaya lampu di malam yang gelap gulita.

Lempengan pengumpul tenaga surya
di depan rumah penduduk Teluk Lengung


Di kedua pulau ini tidak ada perbedaan pemandangan di waktu malam. Sama- sama terang benderang, televisi menyala di ruang tamu masing- masing rumah penduduknya, anak- anak belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah mereka sambil tiduran di  balai- balai depan rumah, di kejauhan suara azan tanda masuknya waktu shalat isya sayup- sayup sampai ke telinga dari corong pengeras suara yang ada di atap satu- satunya masjid di pulau ini. Tidak jauh berbeda dengan Pulau Batam di ujung sana.

Inilah suasana yang dapat kita tangkap sewaktu berada satu malam di Pulau Seraya yang masih masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sekupang, Kota Batam.

Saat pagi tiba, di mana riak ombak di bawah rumah panggung terdengar gemericik dan membuka paksa mata untuk terjaga, perbedaan suasana antara Pulau Seraya dan Pulau Batampun mulai terasa. Jangan harap ada suara musik pagi hari yang keluar dari pemutar compact disk atau berita tentang hebohnya kenaikan harga bahan bakar di televisi yang biasanya dapat kita konsumsi di Pulau Batam, di Pulau Seraya ini tidak akan kita jumpai “kesenangan” tersebut. Yah, di pulau dengan 75 kepala keluarga ini listrik hanya hadir dari pukul 18:00 WIB sampai pukul 6:00 WIB keesokan harinya dari mesin genset yang terletak di kaki bukit pulau tersebut.
Kita dapat saja bertanya di dalam hati, apakah penduduk di sini tidak “cemburu” dengan pemandangan ini ???

Tak berapa jauh di sebalik Pulau Batam, ada Pulau Kasam yang dapat dicapai hanya dengan menyeberang sekitar lima menit saja menggunakan pompong dari pelabuhan Punggur, keadaan yang sama juga dapat kita jumpai di sebuah pulau kecil dengan jumlah kepala keluarga sekitar 50 KK tersebut. Kita dapat melihat gubug- gubug kecil dengan dinding menghitam bekas jelaga hasil pembakaran solar dari mesin di dalamnya. Yah, apa lagi jika bukan tempat penyimpanan mesin genset. Mesin yang dinyalakan dari pukul 18:00 WIB sampai pukul 6:00 WIB keesokan paginya. Hal ini ditegaskan oleh Pak Ramadhan selaku ketua RT-nya.

Lagi- lagi, pemandangan bertabur cahaya di Punggur dapat kita nikmati dari Pulau Kasam ini dengan diiringi suara anak- anak berhitung mulai dari angka satu sampai angka sepuluh saat mereka bermain petak umpet, yang teriakan hitungan mereka seolah- olah berlomba ingin mengalahkan bunyi mesin genset yang memecah keheningan malam.

Kita kembali dapat bertanya di dalam hati, apakah penduduk di sini tidak “cemburu” dengan pemandangan ini ???

Jika kita punya waktu sempatkan untuk mengunjungi satu Rukun Tetangga (RT) di suatu teluk di daerah Punggur. Kampung Tua Teluk Lengung namanya. Lokasi ini dapat dicapai melalui jalan darat ke  arah Punggur, memasuki gerbang Bumi Perkemahan dengan jalan yang sudah diaspal dengan baik. Hanya sekitar 6 km jauhnya dari simpang terluar Bumi Perkemahan. Kampung Tua ini masih berada di Pulau Batam. Kita tidak memerlukan pompong atau yang sejenisnya untuk mencapai Teluk Lengung ini. Kampung ini betul- betul “satu tanah” dengan Kota Batam.

Tiang listrik tersusun rapi di sepanjang jalan menuju ke Teluk Lengung, dengan bola lampu kekuningan yang siap untuk menerangi penduduk yang melewati jalan tersebut jika gelapnya malam menghampiri daerah tersebut.

Apa yang dapat kita jumpai ? Di Kampung Tua yang berpenduduk sekitar 73 kepala keluarga inipun, genset masih menjadi “primadona” , bahkan di halaman beberapa rumah penduduk dapat kita jumpai lempengan seukuran sekitar 1 x 1 meter yang mengarah ke langit. Ini penyerap tenaga surya sebagai alternatif pengganti genset dan listrik sebagai penerangan. Lalu ke mana kabel listrik untuk lampu jalan yang mengarah ke Kampung Tua Teluk Lengung ini ? Ternyata kabel tersebut belum sampai ke kampung ini.

Jika kita berdiri di tugu batas kampung ini, kita dapat melihat gemerlapnya lampu- lampu di kampung seberang telaga tempat salah satu perusahaan pengolahan air minum berada. Apakah penduduk di sini tidak “cemburu” dengan pemandangan ini ???

Tentunya mereka cemburu dengan kondisi ini. Mereka juga mengharapkan pada saatnya nanti listrik bisa dapat “menyentuh” kampung mereka. Agar anak- anak belajar mengaji di mushalla tanpa terganggu dengan bunyi genset, agar ibu- ibu dapat menggunakan mesin jahit listrik untuk menambal pakaian melaut suami mereka yang sobek, agar segala kegiatan di waktu siang mereka dapat mereka lalui sama persis dengan yang kita nikmati di pusat kota. Berita infotainment di televisi pagi hari, freezer dan air conditioner dapat dinikmati saat teriknya mentari, play station penghibur anak di siang hari sampai pada telenovela dan sinetron di sore dan malam hari.

Kondisi ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi PLN selaku penyedia listrik bagi masyarakat. Terobosan- terobosan baru dan pengembangan infrastruktur baru sangat dibutuhkan agar listrik dapat dinikmati oleh warga Negara ini di manapun mereka berada. Pemasangan kabel bawah laut mungkin adalah salah satu solusi bagi masyarakat yang berada di pulau- pulau di sekitar Kota Batam agar mereka juga merasakan “keindahan” listrik dari pagi saat mereka terbangun , sampai malamnya mereka terlelap. Bagi masyarakat yang masih berada satu pulau dengan Pulau Batam, yang tinggal di pelosok, di teluk, di pesisir, jaringan listrik bawah tanah adalah salah satu solusi untuk berbagi “keindahan” ini. Terlepas bahwa solusi tersebut mungkin saja akan menghabiskan dana alokasi yang tidak sedikit, namun untuk jangka panjang hal ini akan turut mendorong berkembangnya daerah- daerah yang dialiri listrik tersebut. Jadi, yang tinggal di teluk, di pesisir dan di pulau, tidak “cemburu” lagi dengan kerlap- kerlip lampu di seberang tempat tinggal mereka. **** (Bams @2014)


Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Artikel & Feature 2014 dalam rangka menyambut hari ulang tahun PLN Bright Batam yang ke 14.


BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment