Thursday, November 13, 2014

PARA PENDAKI ADALAH PERUSAK ALAM

By : Bams Nektar
Inspirasi bagi Pendaki #03

Tulisan ini mungkin sedikit konfrontatif. Judulnya sengaja saya sematkan yang beraroma agitatif. Hal ini bukan untuk menimbulkan polemic di antara kita selaku pendaki/ penggiat alam bebas. Ini semata- mata hanya mengajak kawan- kawan sekalian untuk berfikir dan menganalisa lebih spesifik lagi tentang masalah ini, sehingga membuka cakrawala berfikir kita lebih luas lagi. Atau setidaknya, judul tulisan ini akan membuat pembaca tertarik untuk membaca goresan tulisan ini sampai pada titik terakhir.


Nah, untuk itu, tulisan ini sengaja saya susun dari perspektif yang berbeda, dari sisi yang “sedikit” berseberangan dari “pandangan/ anggapan” para pencinta alam kebanyakan.

Saya sendiri dalam hal ini berpandangan bahwa, sekecil apapun kegiatan kita di alam/ hutan/ gunung, cukup untuk mengakibatkan kerusakan alam, terutama di lokasi kegiatan tersebut di konsentrasikan. Satu tapak jejak langkah kita di hutan/ gunung, juga berpengaruh terhadap kelestarian alam/ gunung tersebut. Langkah pertama kaki kita dapat saja mematahkan tunas pohon yang dilindungi yang baru tumbuh, langkah kedua  kita mungkin saja merusak biji pohon yang tersemai secara alami di tanah, sehingga biji tersebut tidak dapat tumbuh. Bagaimana dengan langkah kaki ketiga kita?  Mungkin saja menginjak dan mematikan hewan kecil sebangsa belalang yang hampir punah. Terus,,, bagaimana dengan langkah kaki kita yang keempat? Kelima? Keenam? Dan seterusnya….

Kawan,,, hal ini tidak dapat kita pungkiri. Memang demikianlah adanya. Kita ikut andil dalam kerusakan alam kita sendiri.

Secara pribadi, saya tidak setuju dengan cara/ kegiatan KPA/ MAPALA/ KPG atau organisasi lainnya yang mengadakan diksar dengan acara pembukaan jalur baru. Membuka jalur pendakian baru berarti membuka peluang baru yang lebih besar untuk kerusakan hutan/ alam. Setuju…? Sedangkan dengan mengikuti jalur pendakian yang sudah ada, kita dapat dan berpotensi merusak alam seperti ilustrasi jejak langkah yang saya ulas di atas, bagaimana lagi dengan pembukaan jalur baru? Berapa banyak dan berapa ragam flora yang akan ditebas? Berapa banyak fauna yang besar atau kecil yang akan kehilangan tempat tinggal dan tempat mencari makan mereka. Maaf kawan,,,, jangan bangga menjadi pembuka jalur baru… ?

Namun, dengan banyaknya resiko terhadap alam tersebut, kita juga tentunya tidak dapat lepas dari hobby dan “jiwa” pendaki kita. Ibarat ikan yang tidak dapat lepas dari air.  Nah, setelah kita menyadari bahwa kita para PENDAKI DAPAT MENJADI PERUSAK ALAM NOMOR 1 DI MUKA BUMI ini, kita harus dapat “mengkondisikan” diri kita untuk MEMINIMALISIR dampak yang akan terjadi terhadap alam sebagai efek samping hobby kita.

Mari kita membedakan  diri kita. Membedakan untuk menjadi Pendaki yang PEDULI, atau menjadi Pendaki yang BODOH. Jadi, inilah penjabaran tentang judul tulisan di atas. PARA PENDAKI ADALAH PERUSAK ALAM. Pendaki yang bagaimana? Pendaki yang bodoh, yang tidak mau peduli akan kelestarian alam. Pendaki bodoh yang tidak peduli terhadap konservasi.

Gunakan Hati Saat Mendaki.
Salam satu jiwa.

* * * *  *
Yang membedakan di antara kita di gunung adalah sikap kita terhadap gunung itu sendiri. Kawan,,, mari ,,, mari menjadi PENDAKI YANG PEDULI…

Semoga jiwamu tercerahkan.

*B4MS*


* * * *  *


BAMS2 photo BAMS2.jpg YULI2 photo OELIEL2.jpg ZAKI photo ZAKI.jpg RAIHAN photo RAIHAN.jpg RAKAN photo RAKAN.jpg KEENAN photo KEENAN.jpg

No comments:

Post a Comment