Berdiri
di sini, di pelataran pelabuhan kayu Pulau Seraya, di seberang Pulau Batam di
waktu malam adalah hiburan tersendiri bagi mata. Kerlap- kerlip lampu Batam di
kejauhan memperlihatkan keindahan malam yang memanjakan. Mungkin orang- orang
yang saat ini berada di pelataran pelabuhan Sekupang juga beranggapan sama saat
memandang ke arah Pulau Seraya yang
bertaburkan cahaya lampu di malam yang gelap gulita.
Lempengan pengumpul tenaga surya
di depan rumah penduduk Teluk Lengung
Di
kedua pulau ini tidak ada perbedaan pemandangan di waktu malam. Sama- sama
terang benderang, televisi menyala di ruang tamu masing- masing rumah penduduknya,
anak- anak belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah mereka sambil tiduran
di balai- balai depan rumah, di kejauhan
suara azan tanda masuknya waktu shalat isya sayup- sayup sampai ke telinga dari
corong pengeras suara yang ada di atap satu- satunya masjid di pulau ini. Tidak
jauh berbeda dengan Pulau Batam di ujung sana.
Inilah
suasana yang dapat kita tangkap sewaktu berada satu malam di Pulau Seraya yang
masih masuk ke dalam wilayah Kecamatan Sekupang, Kota Batam.
Saat
pagi tiba, di mana riak ombak di bawah rumah panggung terdengar gemericik dan
membuka paksa mata untuk terjaga, perbedaan suasana antara Pulau Seraya dan
Pulau Batampun mulai terasa. Jangan harap ada suara musik pagi hari yang keluar
dari pemutar compact disk atau berita
tentang hebohnya kenaikan harga bahan bakar di televisi yang biasanya dapat
kita konsumsi di Pulau Batam, di Pulau Seraya ini tidak akan kita jumpai
“kesenangan” tersebut. Yah, di pulau dengan 75 kepala keluarga ini listrik
hanya hadir dari pukul 18:00 WIB sampai pukul 6:00 WIB keesokan harinya dari
mesin genset yang terletak di kaki bukit pulau tersebut.
Kita
dapat saja bertanya di dalam hati, apakah penduduk di sini tidak “cemburu”
dengan pemandangan ini ???
Tak
berapa jauh di sebalik Pulau Batam, ada Pulau Kasam yang dapat dicapai hanya
dengan menyeberang sekitar lima menit saja menggunakan pompong dari pelabuhan
Punggur, keadaan yang sama juga dapat kita jumpai di sebuah pulau kecil dengan
jumlah kepala keluarga sekitar 50 KK tersebut. Kita dapat melihat gubug- gubug
kecil dengan dinding menghitam bekas jelaga hasil pembakaran solar dari mesin
di dalamnya. Yah, apa lagi jika bukan tempat penyimpanan mesin genset. Mesin
yang dinyalakan dari pukul 18:00 WIB sampai pukul 6:00 WIB keesokan paginya. Hal
ini ditegaskan oleh Pak Ramadhan selaku ketua RT-nya.
Lagi-
lagi, pemandangan bertabur cahaya di Punggur dapat kita nikmati dari Pulau
Kasam ini dengan diiringi suara anak- anak berhitung mulai dari angka satu
sampai angka sepuluh saat mereka bermain petak umpet, yang teriakan hitungan
mereka seolah- olah berlomba ingin mengalahkan bunyi mesin genset yang memecah
keheningan malam.
Kita
kembali dapat bertanya di dalam hati, apakah penduduk di sini tidak “cemburu”
dengan pemandangan ini ???
Jika
kita punya waktu sempatkan untuk mengunjungi satu Rukun Tetangga (RT) di suatu
teluk di daerah Punggur. Kampung Tua Teluk Lengung namanya. Lokasi ini dapat
dicapai melalui jalan darat ke arah
Punggur, memasuki gerbang Bumi Perkemahan dengan jalan yang sudah diaspal
dengan baik. Hanya sekitar 6 km jauhnya dari simpang terluar Bumi Perkemahan.
Kampung Tua ini masih berada di Pulau Batam. Kita tidak memerlukan pompong atau
yang sejenisnya untuk mencapai Teluk Lengung ini. Kampung ini betul- betul
“satu tanah” dengan Kota Batam.
Tiang
listrik tersusun rapi di sepanjang jalan menuju ke Teluk Lengung, dengan bola
lampu kekuningan yang siap untuk menerangi penduduk yang melewati jalan
tersebut jika gelapnya malam menghampiri daerah tersebut.
Apa
yang dapat kita jumpai ? Di Kampung Tua yang berpenduduk sekitar 73 kepala
keluarga inipun, genset masih menjadi “primadona” , bahkan di halaman beberapa
rumah penduduk dapat kita jumpai lempengan seukuran sekitar 1 x 1 meter yang
mengarah ke langit. Ini penyerap tenaga surya sebagai alternatif pengganti
genset dan listrik sebagai penerangan. Lalu ke mana kabel listrik untuk lampu
jalan yang mengarah ke Kampung Tua Teluk Lengung ini ? Ternyata kabel tersebut
belum sampai ke kampung ini.
Jika
kita berdiri di tugu batas kampung ini, kita dapat melihat gemerlapnya lampu-
lampu di kampung seberang telaga tempat salah satu perusahaan pengolahan air
minum berada. Apakah penduduk di sini tidak “cemburu” dengan pemandangan ini
???
Tentunya
mereka cemburu dengan kondisi ini. Mereka juga mengharapkan pada saatnya nanti
listrik bisa dapat “menyentuh” kampung mereka. Agar anak- anak belajar mengaji
di mushalla tanpa terganggu dengan bunyi genset, agar ibu- ibu dapat
menggunakan mesin jahit listrik untuk menambal pakaian melaut suami mereka yang
sobek, agar segala kegiatan di waktu siang mereka dapat mereka lalui sama
persis dengan yang kita nikmati di pusat kota. Berita infotainment di televisi pagi hari, freezer dan air conditioner
dapat dinikmati saat teriknya mentari, play
station penghibur anak di siang hari sampai pada telenovela dan sinetron di
sore dan malam hari.
Kondisi
ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi PLN selaku penyedia listrik
bagi masyarakat. Terobosan- terobosan baru dan pengembangan infrastruktur baru
sangat dibutuhkan agar listrik dapat dinikmati oleh warga Negara ini di manapun
mereka berada. Pemasangan kabel bawah laut mungkin adalah salah satu solusi
bagi masyarakat yang berada di pulau- pulau di sekitar Kota Batam agar mereka
juga merasakan “keindahan” listrik dari pagi saat mereka terbangun , sampai
malamnya mereka terlelap. Bagi masyarakat yang masih berada satu pulau dengan
Pulau Batam, yang tinggal di pelosok, di teluk, di pesisir, jaringan listrik
bawah tanah adalah salah satu solusi untuk berbagi “keindahan” ini. Terlepas
bahwa solusi tersebut mungkin saja akan menghabiskan dana alokasi yang tidak
sedikit, namun untuk jangka panjang hal ini akan turut mendorong berkembangnya
daerah- daerah yang dialiri listrik tersebut. Jadi, yang tinggal di teluk, di
pesisir dan di pulau, tidak “cemburu” lagi dengan kerlap- kerlip lampu di
seberang tempat tinggal mereka. **** (Bams @2014)
Tulisan
ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis Artikel & Feature 2014 dalam rangka
menyambut hari ulang tahun PLN Bright Batam yang ke 14.
No comments:
Post a Comment